Senin, 18 Februari 2013

Petaka Demonstrasi

 Vita berjongkok di sudut selnya, membayangkan kembali bagaimana
ia bisa terdampar di tempat itu. Sel Vita berukuran dua kali
tiga meter dan kosong kecuali sebuah matras dan dua buah ember yang
sudut yang lain. Ember itu satu penuh dengan air satu lagi kosong.
Vita sama sekali tidak bisa membayangkan harus minum dari ember itu. Lantai sel
itu sebenarnya ditutupi oleh tikar pandan, tapi tikar itu sudah
robek-robek dan sesekali seekor tikus menjengukkan kepalanya keluar.
Vita ditangkap tiga hari yang lalu ketika ia sedang berdemonstrasi di
kotanya. Tentara menyeretnya dari kerumunan mahasiswa lain yang
sedang berlarian ke sana kemari. Dan kabarnya ia akan segera diadili
di penjara itu karena satu dan lain hal. Segala protes dari Vita sama
sekali tidak berguna ketika ia diseret masuk ke dalam mobil dan
dipindahkan ke sebuah penjara lain yang terletak di pinggir kota.
Ketika pertama kali Vita masuk ke dalam penjara itu ia langsung
diperiksa oleh sekelompok orang yang disebut dokter penjara. Ia
ditelanjangi, kemaluannya diperiksa, seluruh tubuhnya diraba-raba dan
diremas-remas oleh dua orang laki-laki itu. Masih dalam keadaan
telanjang bulat Vita digiring melewati barisan penjaga yang menatap
tubuhnya, masuk ke dalam kamar ganti di mana ia mendapat selembar
baju untuk menutupi tubuhnya. Kemeja itu lusuh dan kasar, dan semua
kancingnya sudah hilang kecuali yang kedua dari atas. Dan ia juga
mendapat sepasang sandal jepit sebagai seragam penjaranya. Kemudian
seorang sipir yang beringas menggiring Vita menuju  selnya. Sepanjang
jalan, Vita melewati sel-sel lain yang berisi wanita- wanita
sebayanya. Ketika ia melewati mereka, semua mata mengalihkan
pandangannya dari Vita. Tapi ketika ia lewat di depan sel pria,
semuanya bersuit dan berteriak. Mereka berteriak 'Barang baru tuh!'
'Sayang, lo perawan kan?' 'Sipirnya seneng tuh!' Vita bergidik
mendengar kata-kata kotor yang baru saja ia dengar dan takut
membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya. Ketika Vita tiba di
sebuah sel yang kosong, Sipir membuka pintu sel dan tanpa berkata ia
mengacungkan tangannya menyuruh Vita masuk. Ketika pintu itu menutup,
Vita seperti mendengar suara paling keras seumur hidupnya yang
langsung diikuti dengan kesunyian. Dan sekarang Vita duduk sendirian
dan mulai menggigil ketakutan. Walaupun selama ini Vita selalu dapat
tegar dalam situasi apapun, tapi sekarang ia benar-benar merasa
putus asa.

Nama lengkapnya adalah Vita Anggraeni. Umurnya 24 tahun, dan sebagian
besar mahasiswa mengatakan Vita adalah gadis yang cantik, pintar
sekaligus berani. Rambutnya hitam legam terurai hingga bahu. Buah
dadanya berukuran sedang dan kenyal hingga mampu mengacung tegak
walaupun ia tidak mengenakan BH. Perut Vita rata, pinggulnya bulat,
pinggangnya ramping. Dan sepasang kaki yang ramping hasil fitness dan
olah raga tampak mempercantik tubuhnya. Selama perjalanan dari kantor
polisi di kotanya hingga penjara ini Vita masih dapat melihat
jalan-jalan yang dilaluinya. Penjara ini benar-benar terpencil, ia
sendiri tidak mengetahui ada penjara di tempat seperti ini. Dan
ketika ia melihat jarak yang ditempuh ternyata jarak penjara itu
dengan batas kotanya saja sudah lima puluh kilometer lebih dan lagi
penjara itu terletak di tengah hutan.

Lamunan Vita terputus ketika sebuah piring seng berisi makanan
didorong masuk ke dalam selnya lewat jeruji. Ia tiba- tiba tersadar
bahwa dirinya belum makan dalam waktu 24 jam ini, semenjak ia
dipindahkan dari kantor polisi ke penjara ini. Ketika mengambil
piring itu, Vita melihat makanannya hanya nasi kering dan sebuah
tempe goreng. Tapi karena perutnya yang tiba-tiba terasa begitu lapar
Vita langsung menghabiskan makanan itu dan kemudian ia dengan
terpaksa meminum air di ember tadi untuk menghilangkan rasa hausnya.

Tengah malam ketika Vita tertidur ditutupi oleh selembar selimut,
seorang penjaga masuk ke dalam selnya. Sambil menarik selimut yang
menutupi tubuh Vita, penjaga itu lalu menarik dan menyeret Vita
keluar dari selnya. Vita berjalan sambil sesekali didorong-dorong
oleh penjaga itu menyusuri gang demi gang sampai akhirnya ia sampai
di sebuah tanah lapang yang dikelilingi tembok tinggi. Di tengah
lapangan itu sudah berdiri lima orang pejaga lain dan seorang tahanan
wanita. Gadis itu tampak cantik sekali walaupun di sekelilingnya
nyaris gelap, hanya ada beberapa api unggun yang menerangi tempat
itu. Vita dengan tangan dilipat ke belakang oleh penjaga yang pertama
tadi didorong terus hingga ia berdiri dengan jarak hanya beberapa
meter dari gadis tadi. "Buka baju!"
Perintah itu bagaikan tamparan keras di wajah Vita. Vita ragu-ragu
dan kaget setengah mati mendengar perintah tadi. Vita melihat gadis
di depannya sudah membuka kancing bajunya. Sebuah pukulan mendarat
di pundak Vita membuatnya terdorong maju.
"Gue bilang buka baju!"
Masih termangu tak percaya Vita melepaskan satu-satunya kancing yang
ada di bajunya dan melepaskan baju itu hingga dengan sendirinya
terjatuh di kedua kaki Vita. Vita sudah menyadari apa yang akan
terjadi pada dirinya. Ia akan diperkosa oleh keenam penjaga itu. Ia
pernah membaca berita tentang tindakan aparat keamanan yang tidak
senonoh kepada tahanan wanita, tapi waktu itu ia tidak percaya. Tapi
sekarang Vita sudah berdiri telanjang ditatap dengan penuh nafsu oleh
para penjaga itu. Vita sendiri masih perawan, ia dan pacarnya belum
pernah berhubungan lebih jauh dari sekedar petting, dan sekarang Vita
berdiri gemetar berusaha menutupi tubuhnya yang telanjang bulat
dengan tangannya. Gadis di depan Vita juga sudah telanjang bulat, dan
Vita melihat tubuhnya yang sempurna, jauh lebih terawat dari pada
dirinya. Gadis terlihat lebih tegar dan kuat dari pada Vita, ia
berdiri tak bergerak di tengah para penjaga dan matanya tidak
menyiratkan rasa takut.

Penjaga yang membawa Vita berdiri di tengah mereka.
"Malam ini kita punya program latihan buat kamu semua. Kamu berdua
harus melawan satu sama lain sampai salah satu dari kalian tidak bisa
bangun lagi. Yang menang boleh balik ke selnya. Yang kalah musti
menghibur kita di sini. Kalau kalian tidak serius, kalian berdua akan
kena hukuman masing-masing tiga puluh kali pecutan. Jelas?!"

Vita shock sekali mendengar perkataan itu sambil melihat gadis di
depannya menganggukkan kepala. Sementara Vita masih berdiri karena
terkejut, gadis di depannya sudah mendekat dan melayangkan pukulan ke
perut Vita sekuat tenaga. Nafas Vita terhentak keluar ketika ia
tersungkur jatuh berlutut sambil memegangi perutnya. Kemudian Vita
melihat kaki gadis itu terangkat dan mengayun kemudian menghantam
dagunya, membuat kepala Vita tersentak ke belakang dan tubuh Vita
terjengkang ke belakang, tergeletak di atas tanah setengah sadar.
Vita mendengar para penjaga bersorak-sorak ketika ia berguling ke
atas perutnya dan berusaha bangun dengan susah payah. Vita kemudian
merasakan tubuh gadis itu menyergapnya dari belakang dan melingkarkan
tangannya ke leher Vita membuatnya susah bernafas. Dengan satu
usahanya yang terakhir Vita mendorong tubuh gadis itu agar ia lepas
dari tubuhnya. Sekarang mereka berdua berdiri berhadapan satu sama
lain. Gadis itu lalu langsung mendekat lagi sambil mengayunkan
tinjunya, dan kembali menghajar Vita tepat di dagunya. Pandangan Vita
berkunang-kunang berusah keras menjaga keseimbangannya. Sebuah
pukulan kembali mendarat di perut Vita membuat ia jatuh terjengkang
lagi. Gadis itu langsung menindihnya dan terus mengayunkan pukulan
ke wajah Vita sampai Vita hampir tak sadarkan diri. Vita masih bisa
merasakan penjaga menarik gadis itu dari atas tubuhnya sementara ia
sendiri terbaring tak berdaya. Setelah itu gelap.

Vita tidak mengetahui berapa lama ia tak sadarkan diri. Ia tersadar
lagi setelah penjaga menyiramkan seember air ke wajahnya membuat Vita
bangun terduduk dan tersedak. Keenam penjaga itu berdiri mengelilingi
Vita. Gadis tadi sudah tidak kelihatan. Ketika Vita melihat wajah
penjaga-penjaga itu, ia melihat wajah yang penuh nafsu dengan lidah
yang menjilati bibir mereka. Vita tersadar bahwa kekalahannya tadi
hanya merupakan awal dari mimpi buruknya malam ini.

Dua orang penjaga memegangi tangan Vita dan menyeretnya kembali ke
bangunan utama. Setengah dipapah setengah diseret Vita dibawa masuk
ke kamar mandi pria. Dengan tubuh penuh keringat dan lumpur Vita
didorong di bawah shower dan air sedingin es langsung menyembur
membuat Vita berjongkok sambil menggigil di depan penjaga tadi.
Seorang penjaga memasang sebuah borgol di tangan Vita dan
mengaitkannya ke sebuah pipa di tembok. Vita menatap dengan panik
ketika keenam laki-laki itu mulai melepaskan pakaian mereka. Ketika
mereka telah telanjang bulat dua orang penjaga memegangi kaki Vita
dan membuka lebar-lebar. Vita meronta-ronta tapi tak berdaya. Penjaga
yang lain mulai meremas dan menarik buah dada Vita sementara yang
satu lagi meraba paha Vita setelah itu memasukan jarinya ke vagina
Vita. Vita mengerang dan menangis ketika tangan-tangan mereka terus
merabai tubuhnya tanpa henti.

Kemudian seorang penjaga berdiri di hadapan Vita, penisnya sudah
tegang dan keras ketika ia tersenyum menyeringai pada Vita. Sambil
meraih pinggul Vita dengan kedua tangannya, ia mengangkat tubuh Vita
sedikit dari atas lantai sementara ia sendiri menekuk kakinya
mengarahkan penisnya ke belahan vagina Vita. Dengan satu dorongan
keras penis itu merobek masuk ke vagina Vita. Tubuh Vita terasa
tersobek-sobek terutama vaginanya ketika penis itu masuk ke dalam
vaginanya yang kering dan sempit. Vita menjerit-jerit keras hanya
untuk menerima satu tamparan di wajahnya yang membuat Vita hampir tak
sadarkan diri. Batang penis yang bergerak keluar masuk vagina Vita
terasa seperti besi panas yang membuat nafas Vita terputus-putus.
Untuk meredam teriakan Vita seorang penjaga memasukan segumpal kain
ke dalam mulut Vita. Sekarang yang keluar dari mulut Vita hanya
erangan tak jelas setiap kali penjaga yang sedang memperkosanya
bergerak masuk. Setelah beberapa lama, Vita merasakan tubuh penjaga
itu mengejang dan erangan nikmat keluar dari mulutnya. Sperma
laki-laki itu menyembur masuk sebanyak-banyaknya ke dalam vagina
Vita. Sambil terengah-engah ia menarik penisnya yang berlumur sperma
dan darah perawan Vita keluar dari tubuh Vita.

Sebelum sempat menarik nafas lagi, penjaga yang lain yang mengambil
giliran selanjutnya dan dengan kasar ia juga mendorong penisnya masuk
ke vagina Vita yang meneteskan darah bercampur sperma. Rasa sakit
itu sekarang sudah berkurang tapi tetap menyakitkan sementara penjaga
tadi tanpa peduli terus mendorong dan menarik penisnya. Vita
memejamkan matanya berharap ia dapat mengurangi rasa sakit dan malu
yang menyerang seluruh tubuhnya. Penjaga yang lain mendekat dan
kembali meremas dan menarik buah dada serta puting susu Vita hingga
nyeri. Suara yang dapat didengar Vita selain erangannya sendiri
hanya suara pinggul penjaga itu yang menumbuk pantatnya ketika
ia mendorong penisnya keluar masuk kemaluan Vita.

Ketika penjaga kedua selesai, Vita sudah bersiap untuk penjaga yang
ketiga. Tapi dengan mata terbelalak kaget dan ngeri Vita merasakan
sepasang tangan membalikkan tubuhnya kemudian membuka belahan
vaginanya. Vita menjerit tapi tak ada suara yang keluar selain
erangan. Vita sempat merasakan kepala penis penjaga itu menempel di
liang anusnya sebelum seluruh rasa sakit kembali menyerang sekujur
tubuh Vita. Vita tidak pernah merasakan rasa nyeri yang
tak tertahankan seperti ini sebelumnya. Penjaga itu bergerak dengan
brutal merobek-robek liang anus Vita, hingga ia pingsan kesakitan.
Sesaat kemudian Vita kembali tersadar dan ia merasa gumpalan kain
yang ada di mulutnya ditarik keluar. Tetapi setelah itu seorang
penjaga langsung memasukkan penisnya ke dalam mulut Vita sambil
menarik kepala Vita ke belakang. Vita tersedak dan terbatuk ketika
penis yang keras itu memotong aliran udaranya membuat ia tidak bisa
bernafas. Penis di anus Vita masih terus bergerak keluar masuk dengan
kera sementara mulut Vita juga dimasukin oleh penis yang lain. Buah
dada Vita terus disakiti oleh tangan keempat penjaga yang lain.
Tubuh Vita bergerak maju mundur seirama dengan gerakan penis
yang keluar masuk di anus dan mulutnya.

Perkosaan itu berlanjut terus, hingga keenam penjaga itu mendapat
giliran sedikitnya dua kali memperkosa Vita. Vita sekarang tergeletak
tak bergerak di lantai kamar mandi, dengan sperma mengalir keluar
dari vagina dan mulutnya. Tubuh Vita kesakitan seperti baru saja
dipukuli selama berhari-hari. Ia mengerang lirih ketika dua orang
menarik tangannya berdiri dan melemparkan baju penjaranya.

Tak berdaya berjalan sendiri, mereka menyeret tubuh Vita ke selnya
dan melemparkannya masuk ke dalam. Dari celah kecil di atasnya Vita
dapat melihat sinar matahari pagi mulai memancar. Ia merangkak menuju
ember berisi air dan dengan sekuat tenaga berusaha membersihkan
dirinya. Kemudian ia kembali merangkak menuju matrasnya
dan tersungkur tidur.

Hari-hari selanjutnya merupaka neraka bagi Vita dan itu terus
berulang. Setiap pagi ia ditarik keluar dari sel jam lima pagi
kemudian bersama tahanan yang lain mereka naik ke sebuah truk yang
membawa mereka ke sebuah tanah lapang yang tandus. Di situ mereka
harus mencangkul tanah lapang itu untuk diolah menjadi lahan
perkebunan. Di tengah hari mereka diijinkan beristirahat selama
setengah jam. Dan ketika matahari mulai tenggelam mereka
baru kembali ke penjara.

Dan pada malam hari di hari-hari tertentu sekelompok penjaga akan
menyeretnya keluar dan memperkosanya bergantian hingga hari menjelang
pagi. Dan jika Vita terlihat kelelahan pada siang harinya maka
komandan penjara akan mengikat Vita di tengah lapangan dan memecuti
tubuhnya disaksikan oleh para tahanan yang lain.
Setelah sebulan berlalu, dan ketika Vita sedang berkerja dengan giat
demi menghindarkan dirinya dari hukuman komandan sekelompok tahanan
wanita yang berkuasa di situ menyeret tubuhnya ke dalam kamar mandi.
Di situ mereka memukuli Vita karena dianggap mencari muka dengan
bekerja dengan rajin. Mereka juga menyiksa Vita dengan memasukkan
batang besi dan sebuah tongkat ke dalam anus dan vagina Vita.

Satu bulan kemudian Vita kembali diseret keluar dari selnya dan
dibawa mendekati sel tahanan pria. Dua orang penjaga memegangi
tangannya dan menyeretnya agar masuk ke dalam sel
tahanan yang penuh dengan tahanan pria.
"Malam ini kamu musti menghibur mereka!"
"Jangan! JANGAAAANNN! Jangan masukkan saya ke sana!" Vita memohon dan
menjerit minta tolong. Tahanan pria sudah mulai berkerumun sambil
merabai bagian bawah tubuhnya. Jeritan Vita tak didengar sama sekali
oleh penjaga itu yang terus membuka kunci pintu sel itu dan mendorong
tubuh Vita masuk ke dalam sel yang lebih luas. Vita berusaha menjauh
dari tahanan pria itu sambil akhirnya terdesak hingga jeruji sel itu.
Sebuah tangan meraih bahu Vita dan menariknya hingga terjatuh ke
lantai. Tangan-tangan lain meraih kaki Vita dan membukanya. Dan
ketika Vita membuka mulutnya untuk menjerit sebuah penis langsung
masuk ke dalam mulutnya sementara sebuah penis lain
masuk ke dalam vaginanya.

Vita harus dirawat selama tiga hari di rumah sakit penjara setelah
semalam bersama tahanan pria itu. Tubuh Vita harus diseret keluar
dari sel di pagi harinya dan Vita hanya merintih "
..lagilagilagilagilagilagilagiĆ¢€¦"

Sebelum Vita pingsan malam harinya, Vita masih bisa mengingat tiga
orang laki-laki sekaligus menikmati tubuhnya dan ia menjerit dengan
sisa-sisa tenaganya dengan penis masuk di dalam mulutnya. Dan ketika
ia sedang terbaring di rumah sakit Vita mengingat kembali
pengalamannya di dalam sel pria itu. Dan ia ingat betapa ia sendiri
mencapai orgasme setelah beberapa orang memperkosanya. Setelah
beberapa orang lagi ia kembali mengalami orgasme berkali- kali hingga
ia pingsan kelelahan. Dan ia sendiri tidak mengerti mengapa itu
semua terjadi pada dirinya.

Suatu hari Vita dan seorang tahanan lainnya Lia. Lia juga mahasiswi
yang diciduk dari Bandung karena demonstrasi. Lia baru masuk sekitar
1 bulan yang lalu, dan juga sudah habis-habisan dikerjai oleh para
penjaga penjara. Vita dan Lia bekerja di bidang tanah yang lain.
Hari itu amat sangat panas. Vita dengan segera telah terengah- engah
kehausan. Menjelang tengah hari Vita mendengar Lia
berbisik kepadanya.

"Vita, Vita.." ia memanggil dengan suara lirih. Vita mengangkat
kepalanya dan melihat mata Lia membesar.
"Apa?" tanya Vita.b"Lihat! Para penjaganya nggak ada!"
Vita memperhatikan sekelilingnya dan ia terkejut ternyata Lia benar.
Tidak ada seorangpun penjaga yang terlihat. Ia memandang kembali pada
Lia dan langsung dapat menebak pikirannya. Mereka akan
berusaha melarikan diri.

Lia langsung melemparkan cangkulnya dan berlari masuk ke
dalam hutan. Vita juga langsung menyusul di belakangnya. Akar-akar yang
bergantungan menghalangi pandangan Vita, tapi ia masih bisa melihat
Lia yang berlari di depannya, entah menuju ke mana yang
penting menjauhi neraka di belakang mereka.

Setelah beberapa saat nafas Vita makin berat dan terputus-putus.
Semakin masuk ke dalam hutan, semakin sulit berlari dengan cepat.
Sebuah dahan mengayun dan memukul pipi Vita hingga berdarah. Makin
lama, pakaian yang dikenakan mereka berdua semakin terkoyak-koyak
karena tersangkut dahan dan akar. Sekarang mereka hanya mengenakan
serpihan kain yang sama sekali tidak menutupi tubuh mereka, Vita
dapat melihat bahu Lia yang tersayat dahan dan memerah
sementara ia terus berlari.

Akhirnya, karena letih dan kehabisan nafas mereka berdua jatuh
tersungkur di bawah pohon yang besar. Selama beberapa menit mereka
hanya bisa terengah-engah menarik nafas sementara
keringat membanjir keluar dari sekujur tubuh mereka.
Lia berbaring terlentang, dan buah dadanya yang mengacung bergerak
naik turun berirama dengan nafasnya yang tersengal- sengal.
"Kita berhasil!" kata Lia dengan senyum penuh kemenangan. Wajahnya
lebih berseri, walaupun ada darah yang menetes dari dahi dan pipinya.
"Semoga kamu benar." Kata Vita tenang. "Kita masih harus keluar dari
hutan ini dan mencari jalan kembali ke kota. Aku sendiri
nggak tau kita ada di mana. Kamu tau?"

Saat itulah terdengar gonggongan anjing.
Mereka langsung berdiri dan berlari lagi, mereka berlari tanpa
mengetahui arah mereka. Anjing-anjing itu terdengar semakin dekat dan
gonggongan mereka terdengar makin keras. Vita dapat mendengar suara
teriakan penjaga-penjaga di sela gonggongan ajing itu, dan itu
membuat ia makin ketakutan dan berlari makin cepat. Hutan itu makin
gelap dan mereka sekarang sama sekali tidak tahu sedang
menuju ke arah mana. Yang mereka inginkan hanya melepaskan diri
dari regu pencari di belakang mereka.

Ketika mereka sampai di sebuah derah kecil yang terbuka tiba-tiba
saja mereka sudah dihadang oleh sekelompok penjaga, dan setiap
kelompok memegang rantai yang mengikat seekor anjing doberman yang
besar dan hitam. Doberman itu menggonggong dan melonjak- lonjak
berusaha mendekati Vita dan Lia tak terkendali. Salah seorang dari
penjaga berteriak dan doberman tadi langsung diam dan duduk di depan
masing-masing kelompok. Lia dan Vita langsung jatuh berlutut
ketakutan. Usaha mereka untuk melarikan diri gagal total.
"Betul juga kata komandan!" kata salah seorang
penjaga. "Yang dua ini pasti berusaha lari!"
"Ya benar, kita semua pasti dapet hadiah malem nanti!" kata yang
lain. "Iket mereka lalu seret balik ke penjara."
"Tunggu!" kata penjaga yang tadi menenangkan doberman. "Masa
anjing-anjing ini nggak dapet bagian. Mustinya mereka
dapet hadiah, kan mereka yang nemuin cewek-cewek ini!"

Rasa mual langsung menyerang perut Vita, karena ia bisa menebak
maksud penjaga itu. Sambil ditertawai oleh penjaga- penjaga itu, Vita
dan Lia didorong hingga jatuh tersungkur di atas siku dan lutut, dan
kaki-kaki mereka ditarik membuka lebar-lebar. Sementara dua penjaga
memegangi tubuh Vita, penjaga yang ketiga menggiring seekor doberman
mendekati tubuh Vita dari belakang. Vita dapat merasakan hembusan
nafas ajing itu di pantatnya dan ia mendengar anjing itu
mendengus-dengus. Tubuh Vita mengejang ketika lidah anjing itu
menjilati vaginanya yang mengirimkan sensasi ke seluruhmtubuhnya.
Dan tiba-tiba kaki depan doberman itu menghujam ke pinggulnya dan penis
binatang itu masuk ke dalam vagina Vita. Dengan perut mual Vita
hanya bisa diam tak bergerak ketika doberman itu mulai bergerak
memperkosanya dari belakang. Sementara penjaga-penjaga
itu mulai tertawa lagi melihat adegan di depan mereka.

Perlahan tubuh Vita mulai bereaksi atas gerakan doberman itu dan
tubuhnya mulai bergerak seirama dengan gerakan doberman. Vagina Vita
perlahan mulai terangsang ketika gerakan Vita makin berirama dengan
gerakan doberman di belakangnya. Tubuh Vita mulai berkeringat lagi
dan nafasnya makin tersengal-sengal. Vita mulai mengerang sembari
menelan ludah dan pandangannya mulai kabur. Tubuh Vita mulai menuju
orgasme yang makin lama makin memuncak di sekujur tubuhnya. Dan
ketika doberman itu melolong, Vita merasakan sperma anjing memenuhi
vaginanya dan ia menjerit dan mengerang nikmat. Doberman itu lalu
mundur dan seekor anjing lain menggantikan posisinya. Kembali Vita
merasakan sebuah daging panas masuk ke dalam vaginanya dan doberman
itu mulai menyetubuhinya. Dengan tubuh makin bergejolak mendekati
orgasme Vita masih sempat melihat Lia yang ada di seberangnya, ia
melihat Lia yang meronta-ronta karena seekor doberman lain sedang
menyetubuhinya juga. Vita seperti sedang bermimpi melihat itu semua,
yang nyata baginya hanyalah orgasme dalam tubuhnya yang makin
mendekati puncak. Dan ketika doberman kedua menyemburkan spermanya,
Vita menjerit dihantam gelombang orgasme yang kedua. Vita tidak tahu
lagi berapa doberman lagi yang menyetubuhinya, tapi ketika anjing
terakhir selesai, tubuh Vita langsung tersungkur
kelelahan. Dari vagina Vita mengalir sperma anjing dan di pinggulnya juga dilumuri
oleh sperma mereka. Vita terus berbaring tak bergerak selama
beberapa menit, terengah-engah dan gemetar ketika gelombang
orgasme yang tersisa masih mengalir ke seluruh tubuhnya. Dengan mata
terkerjap-kerjap ia melihat ke arah Lia, dengan seekor
doberman di depannya dan penis anjing itu di mulutnya, berusaha
mengulum dan menjilati hingga akhirnya anjing itu menggeram dan
sperma menyembur ke wajah Lia.

Setelah itu seorang penjaga mendekat dan menarik kepala  Vita sambil
mendekatkan penisnya ke mulut Vita. Tanpa bisa berpikir jernih lagi
Vita membuka mulutnya dan mulai mengulum dan menjilat penis laki-laki
itu. Vita terus mengulum sementara penis lain juga masuk ke vaginanya
dan mulai bergerak. Vita sudah tidak menyadari keadaan sekelilingnya
lagi. Semuanya tampak kabur sampai akhirnya gelap gulita.

Vita mengulum penis yang besar itu dengan penuh nafsu, lidahnya
menjilati batang penis hingga pangkalnya. Nafas Vita tersentak
ketika sebuah penis lain menghunjam ke anusnya. Vita sedang dalam posisi
merangkak. Buah dada Vita mengayun-ayun ketika tubuhnya mulai
bergerak didorong oleh gerakan penis di anusnya. Tubuh Vita segera
berkeringat ketika Vita dengan sekuat tenaga membuat dua orang itu
mencapai klimaks. Vita sendiri telah mengalami dua kali orgasme
sepanjang hari itu, dan ia sadar dirinya masih akan mengalami
orgasme demi orgasme sebelum akhirnya ia kembali ke penjara lagi.

Sekarang Vita sudah menjadi pelacur bagi penjara itu. Ia
harus melayani setiap orang yang sanggup dan mau membayar
tubuhnya. Penjara itu ternyata memiliki kegiatan pelacuran kelas tinggi.
Bisnisman dari manca negara yang pernah mendengar tentang penjara itu
kebanyakan mengetahui tentang kegiatan terselubung itu, tak terkecuali
juga pejabat-pejabat negara kelas tinggi yang kadang juga menggunakan
tubuh Vita dan tubuh gadis lainnya yang sudah dipilih sendiri oleh
komandan penjara.

Malam itu Vita harus melayani dua orang dari Inggris yang sudah
membayar US$ 1.000 kepada komandan untuk dapat menggunakan tubuhnya
selama delapan jam. Tiga minggu yang lalu Vita melayani seorang
pangeran dari Brunei. Ia membayar US$ 2.000 agar ia dapat memecuti
tubuh Vita yang menjerit dan mohon ampun, selama enam jam
berturut-turut. Vita tidak dapat bergerak selama enam hari setelah
peristiwa itu.

Ketika Lia dan Vita diseret kembali dari usaha pelarian mereka,
komandan telah mempersiapkan hukuman bagi mereka berdua.
Diperlihatkannya sebuah surat yang menyatakan mereka telah ditembak
di tempat karena berusaha melarikan diri dan menyebabkan huru-hara di
penjara itu. Surat itu telah ditanda-tangani oleh komandan dan para
pejabat tinggi ABRI lainnya. Sekarang sudah tidak ada lagi orang yang
menyangka bahwa mereka berdua masih hidup. Dan harapan mereka untuk
dapat bebas dari tempat itu habis sudah.

Vita sendiri tidak tahu lagi bagaimana nasib Lia, tapi ia sempat
mendengar Lia masih berusaha melarikan diri lagi dan sampai sekarang
ia belum diketemukan atau mungkin telah dihabisi di tempat oleh para
penjaga.

Pria yang ada di belakang Vita mulai bergerak makin cepat dan nafas
mendengus-dengus. Vita bersiap-siap menerima semburan sperma di
anusnya. Pria di depan Vita barus saja selesai menyemburkan spermanya
ke dalam mulut Vita dan langsung ditelan oleh Vita. Vita kembali
mengalami orgasme yang ketiga, yang membuatnya menjerit dengan penis
yang masih ada di mulutnya. Dalam orgasmenya, Vita masih membayangkan
awal dari semua ini, ketika ia masih menjadi seorang mahasiswi dan
mengikuti demo demi demo hingga akhirnya ia tertangkap dan dibawa ke
sebuah penjara dan berakhir sebagai seorang pelacur tanpa seorangpun
tahu bahwa sebenarnya ia masih hidup sampai sekarang.

Tak seorangpun tahu itu selain para pelanggan komandan penjara.

Tukang Kebun Bajingan

Sebagai anak tunggal dari keluarga cukup berada, aku terkadang merasa
sangat kesepian di rumahku sendiri. Memang terdengar klasik, tapi
itulah yang aku rasakan. Umurku bulan depan 17 tahun, tinggiku 165 cm
berat 48 kg dengan rambut hitam lurus sebahu. Kulitku putih karena aku
berdarah Menado - Belanda, dan aku pernah terpilih sebagai Finalis
Cover Girl salah satu majalah remaja beken di Jakarta.

Kesepian yang aku rasakan sangat terasa pada saat aku kembali ke rumah
sepulang sekolah ataupun les. Papa sangat sibuk dengan pekerjaannya
sebagai Kepala Rumah Sakit swasta di Jakarta dan Mama aktif di
yayasan-yayasan dan lembaga-lembaga sosial lainnya. Hampir tiap hari
mereka pulang jam 9-10 malam dalam kondisi kelelahan sehingga tiada
waktu buatku untuk membagi cerita dan keceriaan sehari-hari dengan
mereka. Di rumah aku tinggal bersama Mbok Narsih, yang sudah tua,
dan Tarman tukang kebun sekaligus penjaga rumahku yang berumur kira-
kira 25 tahunan.

Kadang aku agak merasa ngeri dengan si Tarman karena beberapa kali
kepergok kalau dia sedang mengamati bentuk tubuhku dari belakang.
Memang kuakui kalau bodiku cukup proporsional didukung wajahku yang
cantik untuk seumuran ABG. Ukuran payudaraku tidak terlalu besar (34B)
tapi padat dan kencang, maklum aku sampai sekarang belum pernah
pacaran, jadi belum seorang pria pun kuijinkan menjamah milikku itu.

Kepada para pembaca Wiro, aku akan menceritakan pengalaman yang
membuatku trauma dan tidak akan kuceritakan kepada siapa pun (termasuk
Papa - Mama), kecuali kepada pembaca untuk mengurangi stressku. Hari
itu adalah hari Senin, dan aku tiba di rumah pukul 3 sore sepulang
dari sekolah. Aku merasa sangat penat karena tadi pagi ada mata
pelajaran Olah Raga...hhmmfffhh!!! Cape abisss...Pengen langsung
tidur.

Seperti biasa rumah dalam keadaan sepi, namun sayup-sayup aku dengar
seperti ada suara TV dinyalakan di ruang tengah. Rasa heran bercampur
penasaran berkecamuk di benakku, siapa yang lagi nonton TV siang- 2
bolong begini....Langsung saja aku menuju sumber suara tersebut.
Makin dekat makin jelas terdengar desahan dan erangan dari suara TV
itu...aku kaget juga...sinetron apaan nih dalam hatiku bertanya-
tanya....kok ada suara-2 aneh beginii...

Aku mengendap-endap mengintip dari belakang tembok ruang tengah dan
aku terkesiap setengah mati!!! Aku melihat adegan yang belom pernah
kulihat seumur hidup...di TV terlihat seorang wanita bule cantik dalam
kondisi bugil sedang dikelilingi oleh beberapa pria (telanjang pula!!)
dan mulut wanita itu penuh mengulum 'burung' pria negro yang besarnya,
ihh amit-amit deh!!

Keringat dingin mulai mengucur dari dahiku....disusul degup jantung
yang tidak keruan...tapi diluar itu, perasaan aneh menjalari
tubuhku....bulu kudukku merinding dan anehnya ada perasaan nikmat
terasa di selangkanganku...seperti berdenyut gitu...Aku terus
mengintip adegan film di TV itu (yang belakangan kutahu kalo itu filem
bokep) sambil bertanya-tanya siapa yang memutar film itu...Papa kah?
Ngga mungkin...dia pasti pulang malam...Mama? Lebih ngga mungkin
lagi!! Siapa ya???

Perhatianku terus tertuju pada adegan film itu sambil dipenuhi
pertanyaan siapa sih yang memutar filem ini...dari tempatku berdiri
aku melihat dengan jelas bagaimana si wanita itu mempermainkan alat
vital pria-pria itu sambil ia sendiri dimasuki dari anus dan
vaginanya....selangkanganku terasa membasah dan jantungku makin tak
keruan detaknya.

Sampai akhirnya satu persatu pria dalam adegan itu mengeluarkan cairan
putih kental yang banyak sekali membasahi muka, rambut, payudara,
perut, dan vagina wanita bule itu...Hffff....aku langsung sesak
nafas...sensasi yang kurasakan sukar dilukiskan dengan kata-
kata...pertama kali aku melihat bentuk penis dan sperma dari berbagai
pria...juga kulihat si wanita bule itu dengan sangat antusias menelan
dan menjilati setiap tetes sperma yang membasahi mukanya...

Namun yang membuatku makin tersedak adalah ketika kulihat bayangan di
cermin ternyata si Tarman yang sedang menonton film itu....dan dia
menonton sambil mempermainkan penisnya yang tegang penuh dengan bulu-
bulu di sekitar kemaluannya...Haaakk!!!! Aku semakin bergidik.
Untungnya (atau sialnya?) si Tarman keliatannya tidak sadar
keberadaanku...langsung saja aku lari ke kamarku...masa bodo si Tarman
akhirnya sadar atau enggak, abis kayaknya dia lagi asik sama
tontonannya (dan penisnya tentu!).

Eeeh ternyata si Tarman langsung sadar dan dia langsung mengejarku ke
arah kamar...Aku menjerit begitu tahu dia ada di belakangku (dalam
keadaan ngga pake celana lagi!!)..Jadi dia mengejarku sambil penisnya
berayun-ayun mengikuti langkah larinya ke arahku. Aku cepat meraih
handle pintu kamarku dan mencoba masuk...sialnya si Tarman bergerak
cukup cepat dia juga berhasil meraih daun pintu dan menahan dengan
kakinya sehingga aku tidak bisa menutup pintu kamarku!! Sambil
menjerit putus asa aku mencoba menahan pintu sehingga terjadi dorong
mendorong pintu kamarku...apa daya tenaga seorang tukang kebun
ternyata jauh lebih besar dari upayaku menutup pintu, sehingga aku
terjengkang ke belakang...dan si Tarman berdiri dengan gagahnya (tanpa
memakai sehelai celana pun) di hadapanku.

"Diam Non! Jangan coba berteriak!! Percuma, di rumah ini cuma ada si
nenek tua yang budeg itu!!" Aku masih mencoba menjerit sampai satu
tamparan keras mendarat di pipiku yang membuatku langsung berkunang-
kunang. Begitu aku membuka mata kulihat muka si Tarman begitu dekat
dengan wajahku sehingga napasnya yang bau rokok murahan itu tercium
menyesakkan hidungku. Sambil mencengkeram leherku dia berkata,

"Gue bunuh lo kalo coba teriak!" Kemudian tangannya yang kasar mulai
menyusup ke kemeja sekolahku dengan sekali sentak lepaslah kancing-2
kemeja itu sehingga nampaklah BH-ku yang berwarna jingga muda dan
belahan payudaraku. Kudengar napas si Tarman menderu deru dan matanya
merah nyalang menyapu ke payudara dan pahaku yang putih mulus.
Sekilas kulirik penisnya telah menegang memerah kehitaman dengan ujung
yang berkilat basah menempel di pahaku...ihhh..jijik sekali aku!!

"Gilee..ternyata dalemnya sama bagus dengan luarnya...gue isep
putting lo yaa..," katanya serak di telingaku.
"Jangann..jangann..tolongg", ibaku lemah. Sejurus kemudian kepalanya
telah tenggelam di payudaraku dan lidahnya menyapu bagian atas
payudaraku karena masih tertutup BH. Sekali sentak, lepaslah BH-ku
dan payudaraku tidak tertutup lagi...aku memejamkan mata sambil
menangis karena payudara yang aku jaga selama ini telah "diperawani"
oleh tukang kebun bajingan ini....dengan kasar dia meremas payudaraku
dan mulutnya tak henti-henti mengisap, mengulum, dan menggigit
putingku sehingga makin memerah....aku menggeliat antara ketakutan,
kesakitan, sekaligus nikmat yang becampur aduk menjadi satu.....
entah ilmu apa yang dipakai si Tarman sehingga saat itu aku merasa lemas
tak bertenaga sama sekali.

Badanku didorong ke lantai dan ditindih olehnya, Tarman juga
melucuti rokku dan tangannya menerobos masuk ke celana dalamku. Aku
terjingkat ketika jarinya menusuk klitorisku...
"Hhh...asikk banget ni anak...masih perawan lo ya?!" si Tarman
terus meracau sambil terus menjilati leherku, payudaraku, turun hingga
ke perut...

"Hentikan!" jeritku. Jeritanku menyadarkan si Tarman kalau
mungkin saja da orang yang mendengar kegaduhan ini.
"Diam!!" dia bangkit mengangkangi wajahku,
"Isep nih! Kalo nggak gue pukul kepala lo!" Aku ketakutan
setengah mati, melihat kegarangannya terlebih lagi menyaksikan penis
hitamnya mengacung di hadapanku.

"Cepet masukin ke mulut lo!!!" bentaknya menyentakku. Perlahan
aku masukkan penisnya ke mulutku...hampir aku muntah mencium bau
khas penis yang keluar dari ujungnya...Hueekkhh!!! Tiba-tiba,
"Iseppp yang kuattt...jangan cumaa dilomoh ajaaa!!
Yaa..gituuu...isepppsss teruussss", ceracau si bangsat itu. Dia
terus mengocok penisnya di mulutku...
"Sshhh...ahhh...enakkkkss...tenannn...terussssinnn sayanggg."

Sambil menggerakkan penisnya keluar masuk mulutku, tangannya
lincah menggerayangi payudaraku dan memilin-milin putingku...lama
kelamaan syaraf rangsangku tersentuh. Si Bangsat itu (sekarang kusebut dia
si Bangsat saja) menarik penisnya dari mulutku (ahh syukur deh
selesailah penderitaanku) tapi dia langsung menggelosor ke arah vaginaku....

"Aaawww....jangan" teriakku kaget setengah mati....dia memegang
kedua pahaku sambil mulai menjilati vaginaku yang sudah agak basah...
"He..heh..hehe...ternyata kamu terangsang juga ya!?"
ledeknya menjijikkan. Sluurrpp...sluurpp..sshhrrpp...bunyi lidahnya
diantara vaginaku. Terus terang saja rasanya ngga pernah aku alami
sebelumnya, kenikmatan yang kualami dengan sapuan lidah si Bangsat ini benar-
benar membuatku melayang... "Ahhh...sudahh...ahhha....oooww...uuuuu," aku mulai meracau
ngga keruan. Antara sadar dan tidak, aku berusaha sekuat tenaga untuk tidak menikmatinya,

"Masak aku kalah dengan si Bajingan ini," kataku dalam hati.
"Enak banget rasa memek lo!" celetuk si Bajingan. Lidahnya tak
henti menyapu ke labia minora dan labia mayoraku...
"Aahh...aahhkkss....aaaaahhkkkkk!!!" akhirnya pertahananku
bobol...Aku orgasme!!! Gilaaa kataku dalam hati...
"He..he..he..gimana enak?" seringai si Bajingan dengan mulut
yang belepotan cairan kewanitaanku. Sekarang si Bajingan itu
berdiri sedangkan aku tergeletak lemas tak berdaya.

"Sekarang giliran gue yang harus klimaks...gue mau ngecretin
mulut lo!" kata si Bajingan. Dia mendekati aku dan,
"Buka mulut lo!!" sambil menjambak rambutpanjangku...
tanpa sepersetujuanku dia masukkan lagi penisnya ke mulutku.
"Ahhh....ayooo...isepp...pegang dan kocokin sambil elo
emut!" perintahnya seperti raja. Dengan lemah aku isap penisnya
sambil mengocok penisnya. Aku mulai berpikir, daripada si Bajingan
ini merusak keperawananku, lebih baik aku bikin dia puas tanpa
penisnya harus merusak selaput daraku. Sambil berpikir begitu, aku
jadi bersemangat mengulum penisnya dan menjilati kepala penisnya,

"Naaahh...gituuuu dong cah ayu sayangku... maniskuuwww.....
aduuuh.. duuu.. duhh... enakkksss... ujungnya sayang...jilat ujungnyaaa",
aku menuruti perintahnya dengan harapan si Bajingan ini cepat-
cepat ejakulasi. Harapanku mulai membayang, ketika gerakan pantatnya
makin cepat dan tangannya menjambaki rambut indahku, sambil sesekali
menahan kepalaku...aku jadi lebih termotivasi karenanya...kupercepat
gerakan mulutku... Tiba-tiba,

"Aaahhkkk....gue mo keluar...gue mo keluar," si Bajingan
kelabakan dan... cret.. cret.. crettt.. crett.. crettt.. lima kali semprotan
air mani kurasakan menerpa langit-langit mulutku dan langsung meluncur
ke tenggorokan... ehhekk.. hekkk!! Aku tersedak tapi kepalaku
ditahan oleh tangannya sehingga aku harus menelan air mani Bajingan
ini. Terasa agak asin dan kenyel seperti agar-agar... hikkk!

"Aaaaaahhh....aahh," lenguhan panjang si Bajingan
menandakan kenikmatan yang tiada tara menerpa tubuhnya.
"Ayo jilat!!! Abisin sisa pejuh gue!!" bentaknya lagi...terpaksa
aku menjilati sisa-sisa sperma di kepala penisnya...
"Abisin jangan sampe sisa!" Aku menelan semuanya sampe penis
si Bajingan itu betul-betul bersih seperti abis dimandiin... aneh
aku baru tau ternyata setelah dia ejakulasi ukuran penisnya
menyusut drastis jadi hanya sebesar ibu jari... hihihi... bentuknya malah lucu..

Setelah menunaikan hajatnya, si Bajingan buru-buru memakai
celananya dan bergegas keluar kamarku. Begitu dia keluar aku langsung
mengunci kamar dan termangu di kamar tanpa sehelai benang pun dan sisa
aroma sperma yang masih memenuhi kamarku yang berantakan akibat
pergulatan tadi. Ternyata hari berikutnya, si Bajingan itu sudah hengkang dari
rumahku untungnya tidak ada barang-2 berharga yang dibawanya. Hanya
orangtuaku kebingungan dan sempat melaporkan ke polisi karena takut ada
motif pencurian. Mereka tidak tahu, dan tidak akan pernah tahu kalau
si Bajingan itu telah merampas "harta" anak perempuan mereka
satu-satunya.

Minggu, 13 Januari 2013

Bispak yang masih Perawan

Malam minggu malam yg ditunggu tunggu para remaja untuk berwakuncar…banyak remaja yg membawa pacarnya ke mall ,bukan untuk membelikan sang pacar barang mewah tapi hanya sekedar meneraktir pacar ke bioskoop atau makan di kedai makan yg jumlahnya cukup banyak di setiap mall…tapi bagaimana klo lagi jomblo seperti gw saat ini…? no problem…malam ini walaupun gw sendirian pasti gw pulang ama cewek ,paling enggak sama bispak….hehehee…tapi nasib memang lagi mujur.. saat gw menunggu empek empek yg baru gw pesen tiba tiba datang dua orang gadis remaja 17 /18 tahunan duduk di dekat meja gw…sambil cekikikan…mereka melirik ke arah gw….wah bispak neh pikir gw….yg satu berambut panjang, susunya gede banget….yg satu berambut pendek sebahu, susunya sedang sedang aja…tapi dua duanya berkulit kuning bening…dan berwajah manis…setelah berkenalan yg berambut panjang namanya yuni dan yg berambut pendek nita…mereka blom punya pacar( gleg gleg….perawankah …gleg )
Setelah makan bersama gw ajakin mereka untuk nonton film di salah satu bioskop yg ada di mall itu…dan mereka mau aja asal di bayarin….
Didalam bioskop gw duduk di tengah nita di sebelah kanan dan yuni di sebelah kiri…baru lima menit film nya di putar tangan gw mulai bergerak …jatuh di bahu mereka trus turun kebawah ,pertama tangan yg kanan meremas susu nita yg ngak terlalu besar tapi sangat kenyal…wow…nita ngak marah malah diem aja menikmati remasan gw…trus tangan kiri gw juga ngak mau kalah meremas susunya sih yuni yg besar itu….kenyal,besar..wow … yunipun ngak marah malah kayaknya ketagihan untuk diremas lebih lanjut…. akhirnya gw ngak tahan lagi gw bilang sama mereka kita keluar aja yuk…film nya ngak rame ini…. kata gw lagi dan merekapun setuju….sampai di mobil mereka bilang nita ngak bisa ikut mau pulang aja…. karena sakit perut lagi mens seh…katanya …lalu gw anterin kerumah sih nita…

tinggal si yuni neh…gw bawah ke hotel salak..di bogor…chek in….trus masuk kamar….sambil minum bier yuni menari nari depan gw…gw biarin dia minum dua botol heineken bier…trus dia mulai membuka bajunya wow…dua buah gunung mencuat kedepan di bungkus bHnya yg tipis…gw samperin dia gw remes remes lagi susunya yg mengkal itu dengan lincahnya gw buka tali bhnya …susunya yg besarpun terpampang bebas di depan mata gw …puting yg ke merahan itu gw masukin kemulut gw….dengan lidah gw gw isepin…sampai dia membesar dan mengeras…hhhsst…geli….hsst cuman itu yg keluar dari mulut yuni….trus gw prosotin roknya….cdnya …sekarang yuni terlanjang bugil…..bulu jembutnya blom begitu banyak…yg membuat kontol gw ngaceng….blom sempet gw rabah buljemnya yuni sudah berjongkok didepan gw memberikan blowjob…wow….kontol gw di pegangnya sambil lidahnya bermain di kepala kontol gw….wow…sadapppppppnya…..kelur masuk mulut yuni yg hangat diputerin lidahnya di kepala kontol gw di masukin lagi kedalam mulutnya….biji peler gw sekali sekali di ciumin..wow komplit banget..akhirnya gw ngecrot di mulutnya….sperma putih membasahi mulut yuni yg mungil itu….trus gw suruh dia rebahan di kasur….sekarang giliran gw beraksi…gw buka celahan bibir memeknya yg masih berwarna pink yg sudah mulai mengkilat oleh cairan birahinya….gw masukin lidah gw…gw cari itunya dengan lidah gw…gw jilatin itilnya sampai dia menjerit menahan orgasme…sambil tangannya meremas rambut gw….trus gw amabil posisi…gw naik ke atas ranjang …gw buka pahanya lebar lebar….gw bawah kontol gw kecelahan memeknya …gw gesek gesekin di celah celah memeknya itu…husssst…hhhssst…aaghhh…rintihan nya mulai terdengar..gw terusin sampai memeknya menjadi banjir cairan pelumas yg hangat dan bening itu….baru gw tekang ke arah lobang nya yg masih kecil itu …tapi baru sampai kepalanya saja yg masuk yuni mulai menjerit aauggh… pelan pelan ….kamu yg pertama..wah…masih perawan neh…ngak di sangka gw dpt perawan lagi….pelan pelan gw tarik kontol gw trus gw dorong lagi sampai permukaan lobangnya….akhirnya yuni bisa lagi menikmati permainan gw…dan lobangnya semakin becek dan licin…. sampai akhirnya gw ngak tahan …gw dorong semua kontol gw kedalam memek perawan yuni yg sempit itu…yuni menjerit..auughh sakit….sambil mencubit tangan gw….augh….augh…dan darah perawan yuni membasahi kontol gw….gw tarik pelahan lahan keluarlah beberapa tetes darah dari memeknya membasahi sprei rajang hotel salak…pelahan tapi pasti gw mulai mengoyangkan kontol gw…dorng masuk tarik lagi mulanya pelahan lalu semakin lama semakin cepat sampai yuni ngak merasa sakit lagi…dan memeknya semakin licin gw dorong dengan cepat kedalam keluar kedalam keluar….erangan sakit yuni berubah menjadi erangan nikmat…hhsst….trus…. yg dalem….trus…..hhssstt….gw berubah posisi menjadi seperti org berpush up…sehingga kontol gw bisa masuk kedalam semuanya…urat urat di sekitar kontol gw membuat yuni menjadi tambah nikmat…..uugh hhsst…aagh…. jeritnya…yaaay yyaaa….yuni sudah mencapai puncak kenikmatannya di susul sama gw….dua macam cairan hangat bersatu di dlam satu lobang….woow..nikmatnya……gw cabut kontol gw…bersamaan dengan keluarnya kontol gw keluar juga cairan hangat bercampur darah perawan dan sperma gw..dari memeknya…. hhmm ternyata dugaan gw salah dia bukan cewek bispak ,cuman cewek yg lagi jomblo kayak gw….yg sama sama butuh….ke esokan harinya…. gw bawah dia kerumah nita…sejak saat itu yuni dan nita menjadi temen seks gw ….kadang kadang kita main trio…..nita sampai saat ini blom gw perawanin….tunggu sampai memek yuni ngk sempit lagi baru nita gw perawanin…. saat ini cukup dengan lidah saja….ehhehheh….

Pesta Seks Bersama 3 gadis dusun Cantik

Ringkasan ini tidak tersedia. Harap klik di sini untuk melihat postingan.