Sabtu, 12 Januari 2013

Alfi, si Loper Koran dan Sandra, pacarku

Sudah lima tahun aku pacaran dengan Sandra. Kami kuliah di perguruan tinggi yang sama. Enam bulan kuliah kami berdua bakal selesai.Lalu tahun depan berencana menikah. Sandra pacarku adalah seorang gadis yang cantik, pandai, populer di kampus. Body bak model dengan tinggi 174 cm, 32-28-32, dengan rambut hitam panjangnya yang indah seperti model-model iklan shampo. Nilai plus lain baginya adalah ia masih perawan, ya…selama ini kami memang hanya bercinta sebatas peting. Aku memiliki fantasi seks, sejak kecil aku ingin bersetubuh oleh seorang gadis dewasa, namun hal itu tak pernah jadi kenyataan. Hingga akhirnya muncul pikiran gila ini. Aku berpikir untuk meminta Sandra membantuku mewujudkan mimpi itu. Aku mengatakan keinginanku pada Sandra. Awalnya ia menolak mendengar permintaan aneh dariku. Bahkan ia sempat marah karena heran bagaimana aku rela dirinya ditiduri oleh orang lain apalagi sampai menyerahkan kegadisannya pada seorang bocah ingusan seperti Alfi.

“Please manis…aku benar-benar memimpikannya sejak kanak-kanak. Dan aku akan tetap mencintaimu setelah itu terjadi.”

“Tapi itu benar-benar gila Dit!”

“Memang itu ide gila sayang…tapi kepada siapa lagi aku hrs minta tolong?”

Begitulah, setelah setiap hari kubujuk dan kuyakinkan bahwa aku tak akan meninggalkannya, akhirnya ia bersedia melakukannya. Pilihanku jatuh pada Alfi, seorang pengantar koran langgananku yang baru berusia 15 tahun. Dari segi fisik, Alfi tak bisa dibilang tampan, penampilannya lusuh, kulitnya gelap karena sering terjemur matahari, tubuhnya pun krempeng. Ibunya seorang pelacur di lokalisasi X. Sejak usia 7 tahun Alfi sudah merasakan hubungan seks dengan beberapa pelacur yang tinggal di sana termasuk ibunya sendiri. Penis anak itu menjadi besar, jauh lebih besar dibanding anak lain seusianya, bahkan menyamai milik orang dewasa, warnanya hitam legam, panjangnya 15 cm diameter 3,5 cm, kepala penis merah pekat panjang 3,5 cm diameter 4 belum disunat kulit kulupnya meruncing menutupi glans penisnya. Jembut pun baru muncul beberapa helai. Aku sangat bernafsu membayangkan anak itu bercinta dengan Sandraku yang cantik.



Setelah direncanakan matang-matang, hari itu pun tiba. Aku menyewa sebuah cottage dengan satu kamar tidur di pinggir laut yang sepi, satu ranjang besar bersprey putih, dan satu set sofa empuk di ruang tengah. Setelah makan malam Alfi segera masuk dan menunggu di kamar. Sandra meminta waktu bicara denganku di ruang tengah. Aku tahu ia masih ragu dan nervous untuk melakukan hal itu

“Sayang, apa kau benar-benar ingin aku melakukannya dengan anak itu? kau pasti tahu resikonya setelah ini aku bukanlah gadis suci lagi”

“Tentu manis sejak awal aku tidak mempermasalahkannya”

“Apakah kau tetap mencintai dan tidak akan meninggalkanku setelah ini terjadi?”

“Tentu manis, ku mohon demi aku ….”

“Baiklah”

Sandra masuk ke kamar, tapi pintu kamar dibiarkannya terbuka lebar. Semua lampu cottage kami padamkan agar tak ada orang mengintip dari luar. Meski demikian cahaya bulan cukup menerangi pandanganku. Sesaat sebelum lampu padam, aku sempat melihat Alfi, ia sudah telanjang bulat di atas kasur. Akupun melepas pakaianku hingga telanjang lalu rebah di atas sofa menunggu. Kudengar mereka bicara tak jelas. Kemudian kudengar desah Sandra, agaknya mereka sudah mulai. Aku bangkit perlahan merayap menuju kamar hingga di dalam. Pada jarak 3 meter jarak pandangku cukup jelas, aku duduk bersandar pada dinding tanpa terlihat oleh mereka berdua. Tanganku mulai ngocok penisku. Kulihat Alfi sedang menetek pada Sandra. Ternyata selama ini aku salah

Alfi yang benar caranya menetek. Wajar saja gurunya para lonte pro. Ngemut persis bayi, tidak hanya putting dihisap, mulutnya dibuka lebar-lebar lalu sebanyak mungkin payudara Sandra ia lahap membuatnya merintih dan menggelinjang. Kurasa ia mengakui

Alfi lebih pandai dari aku. ‘Plok!!’ puting itu terlepas dari mulut Alfi, ujungnya memerah, indah dan mengacung tegak, aerolanya pun ikut mengembung bagai bukit di puncak payudaranya. Kemudian Alfi menggarap payudara Sandra yang satunya. Menit demi menit berlalu, aku terus menonton hingga akhirnya Alfi naik ke atas tubuh Sandra

kembali menetek pada payudara Sandra seperti tadi

“Kak, Alfi ngentot kakak sekarang ya?”

“pelan-pelan ya, Fi, Kakak masih perawan kakak takut…punya kamu besar banget”

“Alfi janji nanti Alfi ngentotnya pelan-pelan”

Alfi memegang penisnya dan diarahkannya tepat dibelahan basah tersebut. Ujung kulupnya dengan mudah menyelip di celah vagina Sandra. Alfi menekan penisnya

“Engg!!” kulihat Sandra menggigit bibir bawahnya, entah merasa sakit atau nikmat



‘Jleb!!’ bibir vagina Sandra pun membelah dan penis hitam Alfi mendesak masuk. Kepala penisnya sudah tak nampak menancap kaku dalam mulut vagina Sandra

“Tahaan dulu Fi, sakittt!” Sandra mendorong perut Alfi mencegahnya maju lagi

Alfi menurut, ia diam, sepertinya ujung kulup penisnya sudah menyentuh selaput dara Sandra. Setengah menit berlalu, nampak Sandra sudah tenang

“Ih, gede banget!”

Bibir vagina Sandra melingkar ketat pada leher penis Alfi

“Enggghhh!!” Sandra kembali merintih, tapi kali ini bukan karena sakit

“Udah ngga sakit kan Kak?” bisik Alfi

“He eh” angguk Sandra sambil mendesah lirih

Pinggul Alfi mulai bergerak mundur maju mengocok lembut vagina pacarku itu. Ia lalu mundur sedikit namun tak sampai penisnya lepas tercabut lalu kembali melesak masuk lagi sedalam tadi. Memang tak banyak gerakan yang dibuat Alfi, namun itu cukup untuk membuat Sandra menggelinjang nikmat. Pompaan kecil itu berlangsung sejenak hingga tiba-tiba ‘Plop!!’ kepala penis Alfi terlepas dari jepitan mulut vagina Sandra. Alfi memang sengaja melakukannya. Kepala penis anak itu basah bekilat berlumuran lendir licin.

“Fiii kenapa dicabut? Kakak tadi sudah enak ngga sakit lagi kok!” protes Sandra, sepertinya ia sudah bisa menikmati

Alfi kembali menekan masuk kepala penisnya, , ‘Clep!!’ sedalam tadi. Sandra mencengram pinggul anak itu, seolah kuatir Alfi mencabutnya lagi

Ouuggghh!

“Enak kakkk?”

“Iyaaa..eenakk sekalii, Fihh”

“Kakak suka sama punya ku?”

“He e…”

“Besar ya kak..?”

“Iya besar bangettt!”



Kembali Alfi mengenyot payudara Sandra. Kini Sandra sudah tak berkutik lagi, ia terlentang pasrah menikmati dirinya dicabuli oleh Alfi kecil, dada dan selangkangannya tersengat kenikmatan, erangannya pun terdengar meninggi. Sedetik kemudian

“Ouuughhhh!! Fiiiiii!!!! Enakkk!!” Sandra terpekik nikmat

Ia mencapai orgasmenya,Alfi, si loper koran itulah yang membuatnya orgasme. Meski penis hanya tertancap sedikit, anak belasan tahun yang jembut saja baru tumbuh satu dua helai itu telah membuat seorang gadis perawan cantik dewasa bertubuh sintal dan indah itu menggelepar dalam sengatan kenikmatan. Vagina Sandra berdenyut-denyut keras

mengempot dan menghisap penis Alfi untuk masuk semakin dalam memprovokasi penis anak itu untuk berejakulasi. Namun Alfi berusaha keras bertahan, nampaknya ia berhasil mengendalikan dorongan itu. Perlahan orgasmenya reda, Alfi masih di posisi semula mengangangkangi tubuh pacarku dengan kepala penis tertancap dalam vaginanya. Sandra membelai rambut anak itu

“Kemari Fii!!” Sandra membuka bibirnya melumat bibir anak itu

Mereka berciuman penuh gairah, Alfi berhasil mendapatkan cinta gadisku. Tubuh Sandra memang jauh lebih tinggi dari Alfi kecil sehigga gadis itu harus sedikit melengkungkan tubuhnya untuk dapat berciuman dengan anak itu. Kulihat pinggul Alfi bergerak-gerak lembut mengocok perlahan agar tautan bibir mereka tak terlepas



Kenikmatan kembali mendera Sandra. Alfi melepas ciuman mereka

“Kenapa?”

“Kakak ..Allfi … udah mauuu…” ujarnya terbata-bata dengan tubuhnya gemetar, wajahnya pucat sekali

“Engg… Alfi …kepingin muncrat?” tanya Sandra

“Iyaa… punya kakak sempit sekali… Alfi ngga tahan lagiii…”

“Fii, kamu cabut dulu burungnya, nanti muncratin di seprey…ya”

“Engga mau…enakan di dalem punya kakak aja…”

“Jangan Fi nanti kakak hamil anak kamu”

“Kakak ngga usah kuatir, kata dr Lila mani Alfi belum ada benihnya, masih kosong jadi kakak ngga mungkin hamil”

“Eng…dr Lila bilang begitu?”

“Iya kak, lagian enakan muncrat bareng kak,”

“Boleh ya, kak? Alfii udah ngga tahannnn…ughhh” pinta Alfi sambil terus menggenjot

Aku tahu Sandra masih ragu, namun ia tak lagi mencegah Alfi untuk berejakulasi di dalam vaginanya. Mungkin juga ia kasihan mendengar rengekan anak itu. Alfi melahap putting susu Sandra, menghisapnya kuat-kuat seolah ada air susunya. Pantatnya bergerak mengocok naik turun, awalnya pelan sekali lalu semakin cepat

“Alfiii!!! Sayanggggg kakakkk keluuu…aarrr lagiii!!!!”

“kak Sandraaa sekarang kakk!! Alfiiii jugaaa muncraattt”

Alfi memeluk pinggang Sandra, penisnya ia benamkan seluruhnya dalam-dalam sejauh mungkin penisnya dapat masuk. Seketika itu juga…cretttt, crettttt, cretttt, ia berejakulasi melepas benih-benih kejantanannya di dalam rahim Sandra.

“Fiiiiii!!! Sakiitttttt!!!” Sandra terpekik antara kenikmatan dan sensasi rasa sakit ketika untuk kedua kalinya penis Alfi memberinya orgasme.

Kali ini lebih dasyat dari yang pertama, penis anak 15 tahun itu menerobos masuk ke liang vaginanya dan merobek selaput daranya



Penis Alfi kini tertanam seluruhnya, aku hanya melihat testis kecilnya menempel di selangkangan Sandra. Belum kulihat lelehan sperma maupun darah keperawanan Sandra. Semuanya masih terkumpul di dalam vaginanya tersumbat oleh ketatnya tautan kemaluan mereka, mungkin juga disebabkan kentalnya sperma Alfi. Alfi telah menyetubuhi gadisku, pacarku yang cantik, calon istriku, sekaligus merengut kegadisannya dan memberinya orgasme pada coitus pertama yang tak mampu dilakukan kebanyakan pria dewasa manapun membuat Sandra rela menerima anak itu berjakulasi dalam vaginanya

tanpa kondom atau pencegah kehamilan lain sama sekali dengan resiko dapat terjadi kehamilan akibat siraman benih Alfi pada rahimnya. Satu menit sudah berlalu sejak orgasme bareng tadi. Keduanya masih enggan berpisah dan masih menikmati sisa kenikmatan dasyat tadi. Kaki Sandra menyilang menekan pinggul Alfi, tampaknya ia belum rela anak mencabut batang kemaluannya. Perlahan aku mendekat ke kasur, kuhidupkan lampu kap di samping Sandra. Keduanya baru melepaskan ciuman saat melihatku. Alfi membenamkan wajahnya di leher jenjang Sandra. Kini semuanya dapat kulihat dengan jelas. Pemandangan yang membuat gairahku melonjak naik. Sandra yang bertubuh tinggi sintal dan berkulit putih dalam keadaan menyatu dengan Alfi yang bertubuh kecil krempeng dan berkulit hitam. Bercak-bercak noda merah di seprey membuatku yakin kalau keperawanan Sandra telah berhasil dirobek total oleh penis anak itu. Lalu…aku mengintip bagian intim mereka yang belum terpisahkan sejak tadi. Labia luar Sandra terbuka lebar menampung diameter penis Alfi yg besar. Disela-selanya ada lelehan sperma anak itu bercampur darah yang mulai mengalir keluar. Sampai saat ini batang penis Alfi tetap dalam kuluman vagina Sandra sementara ujung kulupnya mengeram di dasar liang cinta itu. Pipi Sandra bersemu merah tersirat kepuasan, mungkin ia merasa malu padaku

“Dit, kamu ngga pa pa, kan? kini aku sudah ….”

Aku mengecup keningnya yang basah oleh keringat

“sayang … sayang, tadi itu begitu sempurna” aku berusaha menenangkan dirinya, “kamu telah membuat mimpiku menjadi kenyataan, terima kasih manis.”



“masih sakit ya, San?”

“Iya tadi ngilu sekali .. tapi sekarang dah ngga lagi…”

Kulihat masih ada sekitar satu sentian batang penis Alfi yang tak masuk ke vagina Sandra

sepertinya ujung sudah mentok

“Kak Didit, apa Alfi boleh entot kak Sandra sekali lagi?”

“Tentu, Fi…Kak Sandra adalah milik kamu selama kita di sini. Kamu boleh melakukannya sesering kamu mau”

“Uhhh…Dit, titit si Alfi kurasakan membesar dan mengeras lagi punyaku terasa penuh” kata Sandra

Aku ingat perkataan dr Lila tempo hari, anak seusia Alfi memiliki libido sangat besar, mereka sangat cepat pulih setelah berejakulasi dan penisnya kembali mengeras sehingga mereka selalu dapat melakukan persetubuhan berulang-ulang tanpa henti sepanjang malam. Sebab lain selain cantik yang Sandra masih perawan dan Alfi belum pernah dapat perawan sebelumnya. Liang vagina Sandra yang sempit juga sungguh tak terlukiskan nikmatnya, tentu hal itu membuat Alfi ingin mengulanginya lagi…lagi dan lagi.

“Fi, kalau kak Sandra mu ngga tahan dan minta berhenti, kamu mau ya?”

“Iya, kak, Alfi juga mau kak Sandra kapok entotan sama Alfi “

“Sstt kak, waktu entotan tadi Alfi buat kak Sandra muncrat dua kali, dia juga bilang suka sama titit Alfi, katanya besar enak” Alfi nampak bangga, ternyata ia tak mengetahui jika aku menyaksikan persetubuhan mereka dalam suasana gelap tadi.

“Oh ya, kata Mbak Sriti kamu emang hebat Fi”

Aku pernah dengar komentar salah satu pelacur lokalisasi X yang adalah teman sekamar ibu Alfi, masih muda dan cantik. Alfi paling sering ngentot dengan gadis itu ketimbang pelacur lain, bahkan Sriti lah yang pertama kali mengenalkan seks pada Alfi. Wajah Sandra bersemu kemerahan membuatnya semakin cantik mungkin ia malu kami ngomong soal itu di depannya. Menit- menit berlalu persetubuhan kembali terjadi.

Alfi kembali memompa penis yang masih kukuh berdiri tegak ke dalam vagina kekasihku

dan Sandra melingkarkan kakinya mengunci pinggul anak itu.



Alfi mengocok bagai bintang porno profesional menghajar pacarku. Dia terus memompa dan memompa dengan ganasnya. Gadisku dibuatnya merintih tak karuan, matanya memutih. Kali ini batang penis Alfi dapat Sandra rasakan seluruhnya, vaginanya mencengram kuat daging nikmat itu. Tak menunggu lama buat Sandra kembali orgasme.

Orgasme berikutnya susul menyusul sangat cepat, kenikmatan demi kenikmatan hanya berkelang detik.Selangkangannya disengat kenikmatan yang tiada putus-putus dan semakin lama semakin menggila. Aku takjub melihat kenyataan Alfi membuat Sandra orgasme berkali kali. Luar biasa stamina jantan kecil ini pikirku, sudah dua kali penisnyai memuncratkan sperma sejak yang pertama, namun anak itu terus menerus mengocokan kemaluannya tanpa henti bagai sebuah mesin seks. Akhirnya kali ini keduanya terpekik bareng, mereka memperoleh orgasme pada saat yang bersamaan. Tak terasa dua setengah jam sudah persetubuhan ini berlangsung, tak terhitung sudah berapa orgasme yang mereka peroleh. Sandra mengeluh vaginanya ngilu, Alfi menghentikan pompaannya,

kelihatan ia masih ingin mengulanginya. Perlahan ia mencabut penisnya hingga terlepas. Penis Alfi basah bersimbah lendir spermanya sendiri. Kupandangi benda perkasa

yang telah mengaduk aduk kewanitaan Sandra itu. Sungguh beruntung ia berkesempatan memerawani pacarku yang cantik itu. Penis besar itu meninggalkan lobang merah mengaga pada vagina Sandra. Dari situ cairan putih kental mulai mengalir tumpah membasahi sprey. Aku berbisik meminta giliranku, Sandra menganguk lemah mengiyakannya.

“Parlahan ya sayang.. punyaku masih ngilu” pintanya

Aku pun menindih Sandra dan memasukan penisku, merasakan untuk pertama kali vaginanya, vagina gadis yang kelak menjadi istriku. Sandra yang masih dalam kondisi mengangkang menyambut hujamanku. ‘SLep!!’ duh…seretnya meski sudah diaduk-aduk oleh penis Alfi, nikmatnya bukan kepalang. Karena sejak awal disuguhi persetubuhan mereka, aku sudah dalam tegangan tinggi dan konak, akibatnya aku gagal mengontrol diri..



“Sayang ..jangan muncratin di dalam nanti aku hamilll”

Hitungan detik…aku masih sempat mencabut penisku dan…

“Sandra sayangggg!!! aaaaakkkk!!!”

Spermaku pun berlomba bermuncratan di atas perut Sandra tanpa tertahankan.

Crooottttt…. Croottt ..crottt

Aku pun terkulai di samping Sandra, aku tak seberuntung Alfi yang bisa berejakulasi di dalam kuluman nikmat vagina Sandra. Bahkan sampai berkali-kali. Demikian malam itu kami tertidur lelap bertiga. Saat pagi harinya saat aku terjaga, baik Sandra maupun Alfi sudah tidak terlihat di kamar ini. Kupikir mereka sudah terbangun lebih dahulu. Aku beranjak bangun menuju ruang tengah. Di sanalah aku melihat mereka, entah sejak kapan mereka sudah bersetubuh. Sandra terlentang di atas sofa sementara Alfi dalam posisi menindihnya. Kedua putting payudara Sandra tegak berdiri, ada sisa air liur membasah di situ. Selangkan Alfi bertumpu dengan milik Sandra, tak kulihat kocokan ganas seperti semalam, hanya ayunan lembut dan itupun hanya sekali-sekali, terkadang gerakan itu berhenti sama sekali. Mereka berdua saling memandang mata dalam-dalam seolah sepasang kekasih kasmaran, mungkin ingin lebih menikmati penyatuan alat kelamin mereka

“oughh!!! Fiii…!!” aku tahu Sandra orgasme

Sungguh luar biasa tanpa banyak gerakan dilakukan Alfi kembali menaklukan kekasihku, entah untuk yang keberapa kali nya pagi ini. Mereka berciuman, saling melumat mesra. Aku tak ingin mereka tahu keberadaanku di situ agar tak mengganggu, bukankah hal ini yang menjadi fantasiku selama bertahun-tahun?

“Kakkkk!!!”

“Kenapa Fii…enak?”

“Ya..enak sekaliii..kak,”

“Kak..

“Iya..”

“Alfi cinta sama kak Sandra…kak Sandra cantik sexy … “

“Tapi kalo ngentot sama mbak Sriti Alfi lebih kuat.”

“Emang kenapa kalo sama kak Sandra?”

“Lobang Kak Sandra kecil sempit terus jadi kalo nyedot titit Alfi rasanya enak bangeeeet!”

“Ih, kecil-kecil udah pintar ngegombal!

“Kalau gitu kamu mau ngga…. nikah sama kakak?”

“Mauu kak…”

“Kepingin ngga ..ngebuntingin kakak?”

“Ouughh!!! penggenn kakkkk!!!”



Sampai disitu Alfi tak mampu lagi membendung dorongan orgasmenya. Spermanya memancar deras keluar ‘crettttt……crotttt….crettt!’ Tubuh kecil itu mendekap pinggang Sandra menekan dalam-dalam penisnya. Untuk kesekian kali menyuntikan benihnya ke rahim Sandra. Selang beberapa menit. Alfi meminta agar merubah posisi senggamanya menjadi women on top. Namun Sandra menolak, ia lebih menikmati bila liang kewanitaannya ditikam oleh penis Alfi dari atas. Alasannya ia merasakan sensasi lebih dikuasai dan tak ketidakberdayaan saat Alfi mencabulinya. Demikianlah, selama tiga hari aku menyaksikan mereka mereguk kenikmatan tanpa henti. Sepanjang hari persetubuhan berlangsung hingga malam terakhir kami di sana. Berkali kali ia menghantarkan Sandra ke puncak kepusaan sebagai wanita dewasa diatas peraduan mereka berdua. Di kamar itu hanya aku yang menjadi saksi persebadanan dua insan berbeda jenis dan usia tersebut. Menjelang pagi akhirnya mereka menyudahi persetubuhan itu dan tertidur dengan saling berpelukan dan keringat yang membasahi tubuh keduanya. Paginya Setelah check out, Alfi kami antar pulang ke pool bis. Ketika berpisah dengan gigolo kecil itu, mereka sempat saling melumat bibir. Sesaat sebelum Alfi turun dari mobilku dalam perjalanan pulang ke rumah, Sandra lebih banyak diam. Mungkin ia sulit melupakan pertualangan bersama Alfi. Sejak saat itu kami tak pernah lagi bertemu dengan Alfi, iapun tak pernah lagi mengantar koran ke rumahku. Kudengar ia ikut ibunya pindah ke kota H. Sandra sering merengek memintaku mencari Alfi. Aku tahu ia ketagihan ngentot sejak malam itu

Meski demikian ia tak pernah memintaku melakukan hubungan seks dengannya. Nampaknya Sandra hanya menginginkan persetubuhan dengan Alfi. Aku cukup maklum dan tak pernah memaksanya melakukan itu, Alfi memang seorang pejantan sejati. Sebelas bulan berikutnya kami menikah. Malam pengantin aku memberinya surprise

Setelah resepsi aku ajak dia keluar dari kamar pengantin yang telah disediakan oleh panitia. Dengan mata tertutup selembar kain ia ku ajak ke sebuah tempat. Ketika kain penutup dibuka..

“Alfiii?! Kamu…”

Sandra menghambur ke arah kasur di mana Alfi menunggu dengan tubuh bugil dan

penis telah mengacung tegak. Mereka melumat satu sama lain melepas kerinduan

akan kenikmatan.



“Kakak kangen sama kamu!” kata Sandra setelah ciuman mereka terpisah

“Alfi juga kangen sekali sama kak Sandra”

“Kamu jangan pergi lagi Fi, kakak sangat membutuhkanmu”

“tenang saja kak.. kemarin kak Didit bilang Alfi bakal tinggal serumah dengan kakak berdua”

“Benarkah?”

Sandra menoleh padaku, aku tersenyum dan mengangguk

“kakak, ada yang mau Alfi kasih tahu ke kakak”

“Apa Fii?”

Sandra menoleh ke arah ke kemaluan Anak itu yang tegak

“Fiii.. punyamu tambah besaarrr.”

Gila! Memang saat kuperhatikan titit Alfi sudah tambah panjang dan besar dengan jembut bergerombol pada pangkal batangnya. Kupikir benda itu akan terus tumbuh hingga bebarapa tahun ke depan.

“Kak Sandra, Dr lila bilang benih Alfi sudah subur dan kak Didit sudah bilang ke Alfi…katanya Alfi boleh membuat kak Sandra Hamil duluan. Kak Sandra maukan Alfi setubuhi sampe hamil?” Alfi bertanya sambil menoleh kepadaku seakan memintaku menepati janjiku omonganku kemarin.

Aku berhasil menemukannya minggu lalu di kota H. Atas izin ibunya, aku mengadopsi Alfi. Semua ini aku lakukan demi kebahagian Sandra dan demi kelanjutan fantasiku tentu saja.

“Oh.. Alfii kakak bahagia kamu miliki” dekap Sandra

“Kak Sandra, Alfi mau ngentot kakak sekarang. Alfi sudah tidak pernah lagi ngentot sejak berpisah dengan kak Sandra dulu, Alfiii mau sekarang kakkk” rengek Alfi

“Ohh.. Alfi ..puasin dirimu sayang, sejak malam ini aku adalah milikmu, habiskan benih kejantananmu di rahim kakak”

Demikianlah malam pertama pengantin kami akhirnya berlansung indah dan sejak saat itu kami menjadi keluarga yang bahagia. Alfi selalu menyetubuhi Sandra tanpa pengaman jenis apapun, ia bebas berejakulasi dalam liang senggama istriku. Sedangkan aku diwajibkan pakai kondom atau melakukan coitus intruptus.Meski demikian Sandra tak kunjung hamil, namun kamipun tak pernah memusingkan hal itu, yang penting hubungan aneh ini berjalan lancar. Aku yakin akan hal itu.

Cerita sex sedarah kakek ngentot cucu sendiri

Cerita sex sedarah biasanya terjadi antara kakak dan adik, ayah atau ibu dengan anak kandungnya. Sedikit berbeda, incest terjadi antara kakek dengan cucunya sendiri yang terjadi dalam cerita ini. Kakek tua yang seharusnya mencari bekal untuk persiapan kematiannya malah justru berbuat cabul terhadap cucunya. Dasar tua-tua keladi, makin tua makin menjadi, nafsu telah membutakan segalanya. Seperti apa kisah cerita sex sedarah ini, simak berikut ini..

Pembaca Cerita-Sex.Org yang budiman, perkenalkan namaku Budyanto (bukan nama sebenarnya), saat ini usiaku telah menginjak 63 tahun. Boleh dibilang untuk urusan main perempuan aku pakarnya. Ini bisa kukatakan karena pada saat usiaku 13 tahun aku sampai menghamili 3 temanku sekaligus. Dan di usiaku ke 17 sampai dengan 5 orang teman yang aku hamili, satu di antaranya Winnie, seorang gadis peranakan Belanda dan Cina yang pada akhirnya aku terpaksa mengawininya karena hanya dia yang ambil risiko untuk melahirkan bayi atas kenakalanku dibanding gadis lain. Winnie sampai memberiku 3 orang anak, tetapi selama aku mendampinginya dalam hidupku, aku masih juga bermain dengan perempuan sampai usiaku 50 tahun, inipun disebabkan karena Winnie harus tinggal di Belanda karena sakit yang dideritanya hingga akhir hayatnya yaitu 7 tahun yang lalu, otomatis aku harus mendampinginya di Belanda sementara ketiga anakku tetap di Indonesia.

Kira-kira satu tahun yang lalu petualanganku dengan perempuan terjadi lagi, tapi kali ini orangnya adalah yang ada hubungan darah denganku sendiri yaitu Dhea dan Marsha, keduanya merupakan cucuku sendiri. Satu tahun yang lalu, anakku yang kedua mengontakku di Belanda yang memberitahukan bahwa kakaknya yaitu anakku yang pertama dan istrinya mengalami kecelakaanyang akhirnya harus meninggalkan dunia ini. Aku pun langsung terbang ke Jakarta. Setiba di Jakarta aku lansung menuju ke rumah anakku, di sana aku menemukan anakku dan istrinya telah terbujur kaku dan kulihat Dhea dan adiknya Marsha sedang menagis meraung-raung di depan keduajenazah itu. Sewaktu kutinggal ke Belanda, Dhea dan Marsha masih kecil. Setelah peguburan jenazah kedua anakku, atas anjuran anakku yang kedua, aku diminta untuk tinggal di Jakarta saja dan tidak usah kembali ke Belanda, aku harus menjaga kedua cucuku, aku pun setuju. Sejak saat itu, aku pun tinggal di Indonesia.

Satu minggu aku sudah tinggal di rumah almarhum anakku, dan kutahu Dhea usianya 15 tahun (kelas 3 SMP) sedangkan adiknya Marsha usianya 13 tahun (kelas 1 SMP) ini kutahu karena tugasku sekarang menjaga dan mengantarkan cucuku sekolah. Dhea sudah tumbuh menjadi anak gadis tetapi kelakuannya agak nakal, setiap pulang dari sekolah bukannya belajar malah main ke temannya sampai jam 09.00 malam baru kembali, di saat aku sudah tertidur.

Suatu hari ketika Dhea pulang aku masih terbangun, Dhea langsung masuk kamar setelah mandi dan berdiam di dalam kamarnya yang membuat aku penasaran melihat sikap Dhea, sampai di depan kamarnya sebelum kuketuk aku coba mengintip dari lubang pintu dan aku terkaget-kaget melihat apa yang dilakukan Dhea di kamarnya. TV di kamar itu menyala dimana gambarnya film porno, sedangkan Dea sedang mengangkat roknya dan jarinya ditusukkan ke dalam lubang kemaluannya sendiri. Aku mengintipnya hampir 15 menit lamanya yang membuat aku tidak sadar bahwa batangkemaluanku mulai mengeras dan celanaku basah. Setelah itu kutinggalkan Dhea yang masih onani, sedang aku pun ke kamar untuk tidur, tapi dalam tidurku terbayang kemaluan Dhea.

Paginya aku bangun terlambat karena mimpiku. Dhea dan Marsha sudah berangkat sekolah naik angkutan kota. Sore hari aku kembali setelah mengurus surat-surat kuburan anakku. Ketika aku masuk ke ruang keluarga, aku sempat terkejut melihat Dhea sedang menonton TV, pikirku tumben sore-sore Dhea ada di rumah dan aku makin terkejut ketika aku menghampiri Dhea, Dhea sedang melakukan onani sementara TV yang ia tonton adalah film porno yang tadi malam sudah dilihatnya. Dhea pun tidak tahu kalau aku sedang memperhatikannya dimana Dhea sedang asyik-asyiknya onani.

“Dhea… kamu lagi… ngapain?”
“Uh… kakek.. ngagetin aja… nih…”
Dhea yang kaget langsung menutupinya dengan rok dan memindahkan channel TV.
“Kamu kaget.. yach, kamu.. belajar begini sama siapa.. kamu ini bandel yach..”
“Belajar dari film dan bukunya temen, tapi Dhea.. nggak bandel loh… Kek…”
“Sini Kakek.. juga mau nonton,” kataku sambil duduk di sebelahnya.”Kakek mau nonton juga.. Kakek nggak marah sama Dea khan?” katanya agak manja sambil melendot di bahuku.
“Nggak… ayo pindahin channel-nya!”

Gambar TV pun langsung berubah menjadi film porno lagi. Tanpa bergeming, Dhea asyik menatap film panas itu sementara nafasku sudah berubah menjadi nafsu buas dan batang kemaluanku mulai mengeras berusaha keluar dari balik celanaku. “Dhe… mau Kakek pangku.. nggak?” Tanpa menoleh ke arahku Dhea bergeser untuk dipangku. Dhea yang sudah meloloskan celana dalamnya merasa terganggu ketika kemaluannya yang beralaskan roknya tersentuh batang kemaluanku yang masih tertutup celana.
“Ah.. Kakek.. ada yang mengganjal lubang kemaluan Dhea nih dari bawah.”
“Supaya nggak ganjal, rok kamu lepasin aja, soalnya rok kamu yang bikin ganjal.”

Tiba-tiba Dhea menungging dipangkuan melepaskan roknya, badannya menutupi pemandanganku ke arah TV tapi yang kulihat kini terpampang di depan mukaku pantat Dhea yang terbungkus kulit putih bersih dan di bawahnya tersembul bulu-bulu tipis yang masih halus menutupi liang kemaluannya yang mengeluarkan aroma bau harum melati.
“Dhea.. biar aja posisi kamu begini yach!”
“Ah.. Kakek, badan Dhea khan nutupin Kakek… nanti Kakek nggak lihat filmnya.”
“Ah.. nggak apa-apa, Kakek lebih suka melihat ini.”
Pantatnya yang montok sudah kukenyot dan kugigit dengan mulut dan gigiku. Tanganku yang kiri memegangi tubuhnya supaya tetap berdiri sedangkan jari tengah tangan kananku kuusap lembut pada liang kemaluannya yang membuat Dhea menegangkan tubuhnya.

“Ah… Ah… ssh.. sshh…” Pelan-pelam jari tengahku kutusukkan lebih ke dalam lagi di lubamg kemaluannya yang masih sangat rapat. “Aw.. aw… aw.. sakit.. Kek…” jerit kecil Dhea. Setelah lima menit jariku bermain di kemaluannya dan sudah agak basah, sementara lubang kemaluannya sudah berubah dari putih menjadi agak merah. Kumulai memainkan lidah ke lubang kemaluannya. Saat lubang kemaluan itu tersentuh lidahku, aku agak kaget karena lubang kemaluan itu selain mengeluarkan aroma melati rasanya pun agak manis-manis legit, lain dari lubang kemaluan perempuan lain yang pernah kujilat, sehingga aku berlama-lama karena aku menikmatinya.

“Argh… argh… lidah Kakek enak deh.. rasanya.. agh menyentuh memek Dhea… Dhea jadi suka banget nih.”
“Iya… Dhea, Kakek juga suka sekali rasanya, memekmu manis banget rasanya.”
Dengan rakusnya kujilati lubang kemaluan Dhea yang manis, terlebih-lebih ketika biji klitorisnya tersentuh lidahku karena rupanya biang manisnya dari biji klitorisnya. Dhea pun jadi belingsatan dan makin menceracau tidak karuan. “Argh.. sshh.. agh… aghh… tidddaak… Kek… uenak… buanget… Kek.. argh… agh.. sshhh…” Hampir 30 menit lamanya biji klitoris Dhea jadi bulan-bulanan lidahku dan limbunglah badan Dhea yang disertai cairan putih kental dan bersih seperti lendir, mengucur deras dari dalam lubang kemaluannya yang langsung membasahi lubang kemaluannya dan lidahku. Tapi karena lendir itu lebih manis lagi rasanya dari biji klitorisnya langsung kutelan habis tanpa tersisa dan membasahi mukaku. “Arggghh.. aaawww… sshhh.. tolong… Kek… eennaak… baangeeet… deh…” Jatuhlah tubuh Dhea setelah menungging selama 30 menit meniban tubuhku.

Setelah tubuhku tertiban kuangkat Dhea dan kududukkan di Sofa, sementara badannya doyong ke kiri, aku melepaskan semua pakaianku hingga bugil dimana batang kemaluanku sudah tegang dan mengeras dari tadi. Kemudian kedua kaki Dhea aku lebarkan sehingga lubang kemaluan itukembali terbuka lebar dengan sedikit membungkuk kutempelkan batang kemaluanku persis di liang kemaluannya. Karena lubang kemaluannya masih sempit, kumasukkan tiga buah jari ke lubang kemaluannya, supaya lubang kemaluan itu jadi lebar. Ketika jari itu kuputar-putar, Dhea yang memejamkan mata hanya bisa menahan rasa sakit, sesekali ia meringis. Setelah 5 menit lubang kemaluannya kuobok-obok dan terlihat agak lebar, kutempelkan batang kemaluanku tepat di lubang kemaluannya, lalu kuberikan hentakan. Tapi karena masih agak sempit maka hanya kepala kemaluanku saja yang bisa masuk. Dhea pun menjerit.
“Awh… sakit.. Kek… sakit.. banget…”
“Sabar… sayang… nanti juga enak.. deh…”

Kuhentak lagi batang kemaluanku itu supaya masuk ke lubang kemaluan Dhea, dan baru yang ke-15 kalinya batangan kemaluanku bisa masuk walau hanya setengah ke lubang kemaluan Dhea. Dhea pun 15 kali menjeritnya. “Ampun… Kek… sakit.. banget… ampun!” Karena sudah setengah batang kemaluanku masuk, dan mulai aku gerakan keluar-masuk dengan perlahan, rasa sakit yang dirasakan Dhea berubah menjadi kenikmatan.
“Kek.. Kek.. gh… gh… enak.. Kek… terus.. Kek.. terus.. Kek… batang.. Kakek.. rasanya… sampai.. perut Dhea.. terus… Kek!”
“Tuh.. khan… benar.. kata Kakek… nggak.. sakit lagi sekarang.. jadi enak.. kan?”
Dhea hanya mengangguk, kaus yang digunakannya kulepaskan berikut BH merah mudanya, terlihatlah dengan jelas payudara Dhea yang baru tumbuh tapi sudah agak membesar dimana diselimuti kulit putih yang mulus dan di tengahnya dihiasi puting coklat yang juga baru tumbuh membuatku menahan ludah. Lalu dengan rakusnya mulutku langsung mencaplok payudara itu dan kukulum serta kugigit yang membuat Dhea makin belingsatan.

Setelah satu jam, lubang kemaluan Dhea kuhujam dengan batang kemaluanku secara ganas, terbongkarlah pertahanan Dhea yang sangat banyak mengeluarkan cairan lendir dari dalam lubang kemaluannya membasahi batanganku yang masih terbenam di dalam lubang kemaluannya disertai darah segar yang otomatis keperawanan cucuku Dhea telah kurusak sendiri. Dhea pun menggeleparlalu ambruk di atas Sofa. “Agh… agh.. agh.. argh… argh… sshh… ssshh… argh… gh.. gh… Dhea… keluar.. nih.. Kek.. aw… aw…”

Lima belas menit kemudian aku pun sampai pada puncak kenikmatan, dimana tepat sebelum keluar aku sempat menarik batang kemaluanku dari lubang kemaluan Dhea dan menyemburkan cairan kental hangat di atas perut Dhea dan aku pun langsung ambruk meniban tubuh Dhea. “Aw.. agh.. agh.. Dhea.. memekmu.. memang.. luar biasa, kontol Kakek.. sampai dipelintir di dalam memekmu…agh… kamu.. me.. memeng… hebat…”

Setengah jam kemudian, dengan terkaget aku terbangun oleh elusan tangan lembut memegangi kontolku.
“Kakek… habis… ngapain.. Kakak Dhea… kok… Kakak Dhea dan Kakek telanjang… kayak habis.. mandi.. Marsha juga.. mau dong telanjang.. kayak… Kakek dan.. Kakak Dhea.”
“Hah.. Marsha jangan… telanjang!”
Tapi perkataanku kalah cepat dengan tindakannya Marsha yang langsung melepaskan semua pakaiannya hingga Marsha pun bugil. Aku terkejut melihat Marsha bugil dimana tubuh anak umur 11 tahun ini kelihatan sempurna, lubang kemaluan Marsha yang masih gundul belum tumbuh bulu-bulu halus tetapi payudaranya sudah mulai berkembang malah lebih montok dari payudara Dhea. Kulit tubuh Marsha pun lebih putih dan mengkilat dibanding kulit tubuh Dhea, sehingga membuat nafsu seks-ku kembali meningkat.

“Kek… Marsha kan tadi ngintip ketika perut Kakak Dhea dimasukin sama punya kakek.. Marsha juga mau dong.. kata mama dan papa, kalau Kakak Dhea dapat sesuatu pasti Marsha juga dapat.”
“Oh… mama dan papa bilang begitu yach, kamu memang mau perut kamu dimasukin punya Kakek.”
“Iya.. Kek.. Marsha mau sekali.”

Tanpa banyak basa-basi kusuruh Marsha terlentang di atas karpet. Dengan agak riang Marsha langsung terlentang, aku duduk di sampingnya kedua kakinya aku lebarkan sehingga lubang kemaluannya yang gundul terlihat jelas. Kusuruh Marsha menutup mata. “Marsha sekarang tutup matanya yach, jangan dibuka kalau Kakek belum suruh, nanti kalau sakit Marsha hanyaboleh bilang sakit.” Marsha pun menuruti permintaanku. Lubang kemaluannya kuusap dengan jari tengahku dengan lembut dan sesekali jariku kumasukkan ke lubang kemaluannya. Tangan kiriku dengan buasnya telah meremas payudaranya dan memelintir puting yang berwarna kemerahan. Marsha mulai menggelinjang. Dia tetap memejamkan matanya, sedang mulutnya mulai nyerocos. “Ah… ah… ah.. sshh.. ssh…” Kedua kakinya disepakkan ketika jari tengahku menyentuh klitorisnya. Lidahku mulai menjilati lubang kemaluannya karena masih gundul, dengan leluasa lidahku mengusapliang kemaluannya sampai lidahku menyentuh klitorisnya. Dikarenakan usianya lebih muda dari Dhea maka lubang kemaluan dan klitoris Marsha rasanya belum terlalu manis dan 10 menit kemudian keluarlah cairan kental putih yang rasanya masih hambar menetes dengan derasnya dari dalam lubang kemaluannya membasahi lidahku yang sebagian tidak kutelan karena rasanya yang masih hambar sehingga membasahi paha putihnya.

“Ah… ah… ngeh.. ngeh… Marsha.. basah nih Kek…” Kuambil bantal Sofa dan kuganjal di bawah pantat Marsha sehingga lubang kemaluan itu agak terangkat, lalu kutindih Marshadan kutempelkan batang kemaluanku pada lubang kemaluannya yang masih berlendir. Kuhentak batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluan Marsha yang masih lebih rapat dari lubang kemaluan Dhea. Kuhentak berkali-kali kemaluanku sampai 25 kali baru bisa masuk kepala kemaluanku ke lubang kemaluan Marsha. 25 kali juga Marsha menjerit.

“Aw.. aw.. sakit.. Kek… sakit.. sekali..”
“Katanya kamu mau perutmu aku masukin punya Kakek seperti lubang kemaluan Kakak Dhea.”
“Iya Kek… Marsha mau… Marsha tahan aja deh sakitnya.”
Kepala kemaluanku yang sudah masuk ke lubang kemaluan Marsha kehentak sekali lagi, kali ini masuk hampir 3/4-nya batang kemaluanku ke lubang kemaluan Marsha, ini karena lubang kemaluan Marsha masih licin sisa lendir yang tadi dikeluarkannya. “Hegh… hegh… hegh.. iya Kek sekarang Marsha nggak sakit lagi… malah enak.. rasanya di perut Marsha ada yang dorong-dorong… Hegh.. Hegh…” komentar Marsha ketika menahan hentakan batang kemaluanku di lubang kemaluannya. Setelah 30 menit lubang kemaluannya kuhujam dengan hentakan batang kemaluanku, meledaklah cairan kental dan tetesan darah dari lubang kemaluan Marsha keluar dengan derasnya yang membasahi kemaluanku dan pahanya. Marsha pun langsung pingsan. “Arrgh.. arrghh.. ssh… Kek… Marsha.. nggak kuat… Kek… Marsha.. mau pingsan… nih… nggak.. ku.. kuaatt…”

Pingsannya Marsha tidak membuatku mengendorkan hentakan kemaluanku di lubang kemaluannya yang sudah licin, malah membuatku makin keras menghentaknya, yang membuatku sampai puncak yang kedua kalinya setelah yang pertama kali di lubang kemaluannya Dhea, tapi kali ini aku tidak sempat menarik batang kemaluanku dari dalam lubang kemaluan Marsha sehingga cairan kental hangat itu kubuang di dalam perut Marsha dan setelah itu baru kulepaskan batang kemaluanku dari lubang kemaluan Marsha yang masih mengeluarkan lendir. “Ah.. ah… ser… ser… ser… jrot.. jrot.. agh… ag.. ssh… argh…” Tubuhku pun langsung ambruk di tengah Marsha yang pingsan di atas karpet dan Dhea yang tertidur di sofa. Satu jam kemudian aku terbangun di saat batang kemaluanku berasa dijilat dan ketika aku melirik aku melihat Dhea dan Marsha sedang bergantian mengulum batang kemaluanku dan menjilati sisa cairan lendir tadi, kuusap kedua kepala cucuku itu yang lalu kusuruh keduanya mandi.

“Dhea.. sudah.. sayang.. sana ajak adikmu.. bersih-bersih dan mandi setelah itu kita ke Mall, beli McDonal.. ayo sayang!”
“Kek.. Dhea puas deh.. lain.. kali lagi yach Kek!”
“Asyik beli McDonal.. tapi lain kali lagi yach… Kek, perut Marsha jadi hangat.. deh.. enak..”
“Iya.. sayang.. pasti lagi.. ayo sekarang Kakek yang mandiin.”

Setelah itu kami pun mandi bertiga, sejak saat itu kedua cucuku selalu tiap malam minta coba lagi keganasan batang kemaluanku. Aku pun tersenyum bangga bahwa aku memang penakluk perempuan, walau perempuan yang aku taklukan adalah kedua cucuku yang sekarang tinggal bersamaku.

Aku diperkosa 3 orang gadis

Sebenarnya aku tidak istimewa, wajahku juga tidak terlalu tampan, tinggi dan bentuk tubuhku juga biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa dalam diriku. Tapi entah kenapa aku banyak disukai wanita. Bahkan ada yang terang-terangan mengajakku berkencan. Tapi aku tidak pernah berpikir sampai ke sana. Aku belum mau pacaran. Waktu itu aku masih duduk di bangku kelas dua SMA. Padahal hampir semua teman-temanku yang laki, sudah punya pacar. Bahkan sudah ada yang beberapa kali ganti pacar. Tapi aku sama sekali belum punya keinginan untuk pacaran. Walau sebenarnya banyak juga gadis-gadis yang mau jadi pacarku.

Waktu itu hari Minggu pagi. Iseng-iseng aku berjalan-jalan memakai pakaian olah raga. Padahal aku paling malas berolah raga. Tapi entah kenapa, hari itu aku pakai baju olah raga, bahkan pakai sepatu juga. Dari rumahku aku sengaja berjalan kaki. Sesekali berlari kecil mengikuti orang-orang yang ternyata cukup banyak juga yang memanfaatkan minggu pagi untuk berolah raga atau hanya sekedar berjalan-jalan menghirup udara yang masih bersih.

Tidak terasa sudah cukup jauh juga meninggalkan rumah. Dan kakiku sudah mulai terasa pegal. Aku duduk beristirahat di bangku taman, memandangi orang-orang yang masih juga berolah raga dengan segala macam tingkahnya. Tidak sedikit anak-anak yang bermain dengan gembira.

Belum lama aku duduk beristirahat, datang seorang gadis yang langsung saja duduk di sebelahku. Hanya sedikit saja aku melirik, cukup cantik juga wajahnya. Dia mengenakan baju kaos yang ketat tanpa lengan, dengan potongan leher yang lebar dan rendah, sehingga memperlihatkan seluruh bahu serta sebagian punggung dan dadanya yang menonjol dalam ukuran cukup besar. Kulitnya putih dan bersih celana pendek yang dikenakan membuat pahanya yang putih dan padat jadi terbuka. Cukup leluasa untuk memandangnya. Aku langsung berpura-pura memandang jauh ke depan, ketika dia tiba-tiba saja berpaling dan menatapku.


"Lagi ada yang ditunggu?", tegurnya tiba-tiba.


Aku terkejut, tidak menyangka kalau gadis ini menegurku. Cepat-cepat aku menjawab dengan agak gelagapan juga. Karena tidak menduga kalau dia akan menyapaku.


"Tidak.., Eh, kamu sendiri..?", aku balik bertanya.


"Sama, aku juga sendirian", jawabnya singkat.

Aku berpaling dan menatap wajahnya yang segar dan agak kemerahan. Gadis ini bukan hanya memiliki wajah yang cukup cantik tapi juga punya bentuk tubuh yang bisa membuat mata lelaki tidak berkedip memandangnya. Apalagi pinggulnya yang bulat dan padat berisi. Bentuk kakinya juga indah. Entah kenapa aku jadi tertarik memperhatikannya. Padahal biasanya aku tidak pernah memperhatikan wanita sampai sejauh itu.


"Jalan-jalan yuk..", ajaknya tiba-tiba sambil bangkit berdiri.


"Kemana?", tanyaku ikut berdiri.


"Kemana saja, dari pada bengong di sini", sahutnya.

Tanpa menunggu jawaban lagi, dia langsung mengayunkan kakinya dengan gerakan yang indah dan gemulai. Bergegas aku mengikuti dan mensejajarkan ayunan langkah kaki di samping sebelah kirinya. Beberapa saat tidak ada yang bicara. Namun tiba-tiba saja aku jadi tersentak kaget, karena tanpa diduga sama sekali, gadis itu menggandeng tanganku. Bahkan sikapnya begitu mesra sekali. Padahal baru beberapa detik bertemu. Dan akujuga belum kenal namanya.

Dadaku seketika jadi berdebar menggemuruh tidak menentu. Kulihat tangannya begitu halus dan lembut sekali. Dia bukan hanya menggandeng tanganku, tapi malah mengge1ayutinya. Bahkan sesekali merebahkan kepalanya dibahuku yang cukup tegap.


"Eh, nama kamu siapa..?", tanyanya, memulai pembicaraan lebih dulu.


"Angga", sahutku.


"Akh.., kayak nama perempuan", celetuknya. Aku hanya tersenyum saja sedikit.


"Kalau aku sih biasa dipanggil Ria", katanya langsung memperkenalkan diri sendiri. Padahal aku tidak memintanya.


"Nama kamu bagus", aku memuji hanya sekedar berbasa-basi saja.


"Eh, boleh nggak aku panggil kamu Mas Angga?, Soalnya kamu pasti lebih tua dariku", katanya meminta.

Aku hanya tersenyum saja. Memang kalau tidak pakai seragam Sekolah, aku kelihatan jauh lebih dewasa. Padahal umurku saja baru tujuh belas lewat beberapa bulan. Dan aku memperkirakan kalau gadis ini pasti seorang mahasiswi, atau karyawati yang sedang mengisi hari libur dengan berolah raga pagi. Atau hanya sekedar berjalan-jalan sambil mencari kenalan baru.


"Eh, bubur ayam disana nikmat lho. Mau nggak..?", ujarnya menawarkan, sambil menunjuk gerobak tukang bubur ayam.


"Boleh", sahutku.

Kami langsung menikmati bubur ayam yang memang rasanya nikmat sekali. Apa lagi perutku memang lagi lapar. Sambil makan, Ria banyak bercerita. Sikapnya begitu riang sekali, membuatku jadi senang dan seperti sudah lama mengenalnya. Ria memang pandai membuat suasana jadi akrab.

Selesai makan bubur ayam, aku dan gadis itu kembali berjalan-jalan. Sementara matahari sudah naik cukup tinggi. Sudah tidak enak lagi berjalan di bawah siraman teriknya mentari. Aku bermaksud mau pulang. Tanpa diduga sama sekali, justru Ria yang mengajak pulang lebih dulu.


"Mobilku di parkir disana..", katanya sambil menunjuk deretan mobil-mobil yang cukup banyak terparkir.


"Kamu bawa mobil..?", tanyaku heran.


"Iya. Soalnya rumahku kan cukup jauh. Malas kalau naik kendaraan umum", katanya beralasan.


"Kamu sendiri..?"


Aku tidak menjawab dan hanya mengangkat bahu saja.


"Ikut aku yuk..", ajaknya langsung.

Belum juga aku menjawab, Ria sudah menarik tanganku dan menggandeng aku menuju ke mobilnya. Sebuah mobil starlet warna biru muda masih mulus, dan tampaknya masih cukup baru. Ria malah meminta aku yang mengemudi. Untungnya aku sering pinjam mobil Papa, jadi tidak canggung lagi membawa mobil. Ria langsung menyebutkan alamat rumahnya. Dan tanpa banyak tanya lagi, aku langsung mengantarkan gadis itu sampai ke rumahnya yang berada di lingkungan komplek perumahan elite. sebenarnya aku mau langsung pulang. Tapi Ria menahan dan memaksaku untuk singgah.

"Ayo..", Sambil menarik tanganku, Ria memaksa dan membawaku masuk ke dalam rumahnya. Bahkan dia langsung menarikku ke lantai atas. Aku jadi heran juga dengan sikapnya yang begitu berani membawa laki-laki yang baru dikenalnya ke dalam kamar.


"Tunggu sebentar ya..", kata Ria setelah membawaku ke dalam sebuah kamar.

Dan aku yakin kalau ini pasti kamar Ria. Sementara gadis itu meninggalkanku seorang diri, entah ke mana perginya. Tapi tidak lama dia sudah datang lagi. Dia tidak sendiri, tapi bersama dua orang gadis lain yang sebaya dengannya. Dan gadis-gadis itu juga memiliki wajah cantik serta tubuh yang ramping, padat dan berisi.

Aku jadi tertegun, karena mereka langsung saja menyeretku ke pembaringan. Bahkan salah seorang langsung mengikat tanganku hingga terbaring menelentang di ranjang. Kedua kakiku juga direntangkan dan diikat dengan tali kulit yang kuat. Aku benar-benar terkejut, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Karena kejadiannya begitu cepat dan tiba-tiba sekali, hingga aku tidak sempat lagi menyadari.

"Aku dulu.., Aku kan yang menemukan dan membawanya ke sini", kata Ria tiba-tiba sambil melepaskan baju kaosnya.

Kedua bola mataku jadi terbeliak lebar. Ria bukan hanya menanggalkan bajunya, tapi dia melucuti seluruh penutup tubuhnya. Sekujur tubuhku jadi menggigil, dadaku berdebar, dan kedua bola mataku jadi membelalak lebar saat Ria mulai melepaskan pakaian yang dikenakannya satu persatu sampai polos sama sekali.. Akhh tubuhnya luar biasa bagusnya.. baru kali ini aku melihat payudara seorang gadis secara dekat, payudaranya besar dan padat. Bentuk pinggulnya ramping dan membentuk bagai gitar yang siap dipetik, Bulu-bulu vaginanya tumbuh lebat di sekitar kemaluannya. Sesaat kemudian Ria menghampiriku, dan merenggut semua pakaian yang menutupi tubuhku, hingga aku henar-benar polos dalam keadaan tidak berdaya. Bukan hanya Ria yang mendekatiku, tapi kedua gadis lainnya juga ikut mendekati sambil menanggalkan penutup tubuhnya.


"Eh, apa-apaan ini? Apa mau kalian..?", aku membentak kaget.

Tapi tidak ada yang menjawab. Ria sudah menciumi wajah serta leherku dengan hembusan napasnya yang keras dan memburu. Aku menggelinjang dan berusaha meronta. Tapi dengan kedua tangan terikat dan kakiku juga terentang diikat, tidak mudah bagiku untuk melepaskan diri. Sementara itu bukan hanya Ria saja yang menciumi wajah dan sekujur tubuhku, tapi kedua gadis lainnya juga melakukan hal yang sama.

Sekujur tubuhku jadi menggeletar hebat Seperti tersengat listrik, ketika merasakan jari-jari tangan Ria yang lentik dan halus menyambar dan langsung meremas-remas bagian batang penisku. Seketika itu juga batang penisku tiba-tiba menggeliat-geliat dan mengeras secara sempurna, aku tidak mampu melawan rasa kenikmatan yang kurasakan akibat penisku di kocok-kocok dengan bergairah oleh Ria. Aku hanya bisa merasakan seluruh batangan penisku berdenyut-denyut nikmat.

Aku benar-benar kewalahan dikeroyok tiga orang gadis yang sudah seperti kerasukan setan. Gairahku memang terangsang seketika itu juga. Tapi aku juga ketakutan setengah mati. Berbagai macam perasaan berkecamuk menjadi satu. Aku ingin meronta dan mencoba melepaskan diri, tapi aku juga merasakan suatu kenikmatan yang biasanya hanya ada di dalam hayalan dan mimpi-mimpiku.

Aku benar-benar tidak berdaya ketika Ria duduk di atas perutku, dan menjepit pinggangku dengan sepasang pahanya yang padat. Sementara dua orang gadis lainnya yang kutahu bernama Rika dan Sari terus menerus menciumi wajah, leher dan sekujur tubuhku. Bahkan mereka melakukan sesuatu yang hampir saja membuatku tidak percaya, kalau tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri.

Saat itu juga aku langsung menyadari kalau gadis-gadis ini bukan hanya menderita penyakit hiperseks, tapi juga biseks. Mereka bisa melakukan dan mencapai kepuasan dengan lawan jenisnya, dan juga dengan sejenisnya. Bahkan mereka juga menggunakan alat-alat untuk mencapai kepuasan seksual. Aku jadi ngeri dan takut membayangkannya.

Sementara itu Ria semakin asyik menggerak-gerakkan tubuhnya di atas tubuhku. Meskipun ada rasa takut dalam diriku, tetapi aku benar-benar merasakan kenikmatan yang amat sangat, baru kali ini penisku merasakan kelembutan dan hangatnya lubang vagina seorang gadis, lembut, rapat dan sedikit basah, Riapun merasakan kenikmatan yang sama, bahkan sesekali aku mendengar dia merintih tertahan. Ria terus menggenjot tubuhnya dengan gerakan-gerakan yang luar biasa cepatnya membuatku benar-benar tidak kuasa lagi menerima kenikmatan bertubi-tubi aku berteriak tertahan. Ria yang mendengarkan teriakanku ini tiba-tiba mencabut vaginanya dan secara cepat tangannya meraih dan menggenggam batang penisku dan melakukan gerakan-gerakan mengocok yang cepat, hingga tidak lebih dari beberapa detik kemudian aku merasakan puncak kenikmatan yang luar biasa berbarengan dengan spermaku yang menyemprot dengan derasnya. Ria terus mengocok-ngocok penisku sampai spermaku habis dan tidak bisa menyemprot lagi tubuhku merasa ngilu dan mengejang.

Tetapi Ria rupanya tidak berhenti sampai disitu, kemudian dengan cepat dia dibantu dengan kedua temannya menyedot seluruh spermaku yang bertebaran sampai bersih dan memulai kembali menggenggam batang penisku erat-erat dengan genggaman tangannya sambil mulutnya juga tidak lepas mengulum kepala penisku. Perlakuannya ini membuat penisku yang biasanya setelah orgasme menjadi lemas kini menjadi dipaksa untuk tetap keras dan upaya Ria sekarang benar-benar berhasil. Penisku tetap dalam keadaan keras bahkan semakin sempurna dan Ria kembali memasukkan batangan penisku ke dalam vaginanya kembali dan dengan cepatnya Ria menggenjot kembali vaginanya yang sudah berisikan batangan penisku.

Aku merasakan agak lain pada permainan yang kedua ini. Penisku terasa lebih kokoh, stabil dan lebih mampu meredam kenikmatan yang kudapat. Tidak lebih dari sepuluh menit Ria memperkosaku, tiba-tiba dia menjerit dengan tertahan dan Ria tiba-tiba menghentikan genjotannya, matanya terpejam menahan sesuatu, aku bisa merasakan vagina Ria berdenyut-denyut dan menyedot-nyedot penisku, hingga akhirnya Ria melepaskan teriakannya saat ia merasakan puncak kenikmatannya. Aku merasakan vagina Ria tiba-tiba lebih merapat dan memanas, dan aku merasakan kepala penisku seperti tersiram cairan hangat yang keluar dari vagina Ria. Saat Ria mencabut vaginanya kulihat cairan hangat mengalir dengan lumayan banyak di batangan penisku..

Setelah Ria Baru saja mendapatkan orgasme, Ria menggelimpang di sebelah tubuhku. Setelah mencapai kepuasan yang diinginkannya, melihat itu Sari langsung menggantikan posisinya. Gadis ini tidak kalah liarnya. Bahkan jauh lebih buas lagi daripada Ria. Membuat batanganku menjadi sedikit sakit dan nyeri. Hanya dalam tidak sampai satu jam, aku digilir tiga orang gadis liar. Mereka bergelinjang kenikmatan dengan dalam keadaan tubuh polos di sekitarku, setelah masing-masing mencapai kepuasan yang diinginkannya.

Sementara aku hanya bisa merenung tanpa dapat berbuat apa-apa. Bagaimana mungkm aku bisa melakukan sesuatu dengan kedua tangan dan kaki terikat seperti ini..?

Aku hanya bisa berharap mereka cepat-cepat melepaskan aku sehingga aku bisa pulang dan melupakan semuanya. Tapi harapanku hanya tinggal angan-angan belaka. Mereka tidak melepaskanku, hanya menutupi tubuhku dengan selimut. Aku malah ditinggal seorang diri di dalam kamar ini, masih dalam keadaan telentang dengan tangan dan kaki terikat tali kulit. Aku sudah berusaha untuk melepaskan diri. Tapi justru membuat pergelangan tangan dan kakiku jadi sakit. Aku hanya bisa mengeluh dan berharap gadis-gadis itu akan melepaskanku.

Sungguh aku tidak menyangka sama sekali. Ternyata ketiga gadis itli tidak mau melepaskanku. Bahkan mereka mengurung dan menyekapku di dalam kamar ini. Setiap saat mereka datang dan memuaskan nafsu birahinya dengan cara memaksa. Bahkan mereka menggunakan obat-obatan untuk merangsang gairahku. Sehingga aku sering kali tidak menyadari apa yang telah kulakukan pada ketiga gadis itu. Dalam pengaruh obat perangsang, mereka melepaskan tangan dan kakiku. Tapi setelah mereka mencapai kepuasan, kembali mengikatku di ranjang ini. Sehingga aku tidak bisa meninggalkan ranjang dan kamar ini.

Dan secara bergantian mereka mengurus makanku. Mereka memandikanku juga di ranjang ini dengan menggunakan handuk basah, sehingga tubuhku tetap bersih. Meskipun mereka merawat dan memperhatikanku dengan baik, tapi dalam keadaan terbelenggu seperti ini siapa yang suka? Berulang kali aku meminta untuk dilepaskan. Tapi mereka tidak pernah menggubris permintaanku itu. Bahkan mereka mengancam akan membunuhku kalau berani berbuat macam-macam. Aku membayangkan kalau orang tua dan saudara-saudara serta semua temanku pasti kebingungan mencariku.

Karena sudah tiga hari aku tidak pulang akibat disekap gadis-gadis binal dan liar ini. Meskipun mereka selalu memberiku makanan yang lezat dan bergizi, tapi hanya dalam waktu tiga hari saja tubuhku sudah mulai kelihatan kurus. Dan aku sama sekali tidak punya tenaga lagi. Bahkan aku sudah pasrah. Setiap saat mereka selalu memaksaku menelan obat perangsang agar aku tetap bergairah dan bisa melayani nafsu birahinya. Aku benar-benar tersiksa. Bukan hanya fisik, tapi juga batinku benar-benar tersiksa. Dan aku sama sekali tidak berdaya untuk melepaskan diri dari cengkeraman gadis-gadis binal itu.

Tapi sungguh aneh. Setelah lima hari terkurung dan tersiksa di dalam kamar ini, aku tidak lagi melihat mereka datang. Bahkan sehari semalam mereka tidak kelihatan. Aku benar-benar ditinggal sendirian di dalam kamar ini dalam keadaan terikat dan tidak berdaya. Sementara perutku ini terus menerus menagih karena belum diisi makanan. Aku benar-benar tersiksa lahir dan batin.

Namun keesokan harinya, pintu kamar terbuka. Aku terkejut, karena yang datang bukan Ria, Santi atau Rika Tapi seorang lelaki tua, bertubuh kurus. Dia langsung menghampiriku dan membuka ikatan di tangan dan kaki. Saat itu aku sudah benar-benar lemah, sehingga tidak mampu lagi untuk bergerak. Dan orang tua ini memintaku untuk tetap berbaring. Bahkan dia memberikan satu stel pakaian, dan membantuku mengenakannya.


"Tunggu sebentar, Bapak mau ambilkan makanan", katanya sambil berlalu meninggalkan kamar ini.

Dan memang tidak lama kemudian dia sudah kembali lagi dengan membawa sepiring nasi dengan lauk pauknya yang mengundang selera. Selama dua hari tidak makan, membuat nafsu makanku jadi tinggi sekali. Sebentar saja sepiring nasi itu sudah habis berpindah ke dalam perut. Bahkan satu teko air juga kuhabiskan. Tubuhku mulai terasa segar. Dan tenagaku berangsur pulih.


"Bapak ini siapa?", tanyaku


"Saya pengurus rumah ini", sahutnya.


"Lalu, ketiga gadis itu..", tanyaku lagi.


"hh.., Mereka memang anak-anak nakal. Maafkan mereka, Nak..", katanya dengan nada sedih.


"Bapak kenal dengan mereka?", tanyaku.


"Bukannya kenal lagi. Saya yang mengurus mereka sejak kecil. Tapi saya tidak menyangka sama sekali kalau mereka akan jadi binal seperti itu. Tapi untunglah, orang tua mereka telah membawanya pergi dari sini. Mudah-mudahan saja kejadian seperti ini tidak terulang lagi", katanya menuturkan dengan mimik wajah yang sedih.

Aku juga tidak bisa bilang apa-apa lagi. Setelah merasa tenagaku kembali pulih, aku minta diri untuk pulang. Dan orang tua itu mengantarku sampai di depan pintu. Kebetulan sekali ada taksi yang lewat. Aku langsung mencegat dan meminta supir taksi mengantarku pulang ke rumahku. Di dalam perjalanan pulang, aku mencoba merenungi semua yang baru saja terjadi.

Aku benar-benar tidak mengerti, dan hampir tidak percaya. Seakan-akan semua yang terjadi hanya mimpi belaka. Memang aku selalu menganggap semua itu hanya mimpi buruk. Dan aku tidak berharap bisa terulang lagi. Bahkan aku berharap kejadian itu tidak sampai menimpa orang lain. Aku selalu berdoa semoga ketiga gadis itu menyadari kesalahannya dan mau bertobat. Karena yang mereka lakukan itu merupakan suatu kesalahan besar dan perbuatan hina yang seharusnya tidak perlu terjadi.

Bercinta dengan anak bosku

Belum lama ini saya bergabung dengan sebuah perusahaan eksportir fashion ternama di kotaku. Dan anak gadis pemilik perusahaan itu, Dewi namanya, baru lulus sekolah dari Singapore, umurnya sekitar 23 tahun, cantik dan waktu masih SMA sempat berprofesi sebagai model lokal. Nah, Dewi itu ditugaskan sebagai asisten GM (yaitu saya), jadi tugasnya membantu saya sambil belajar.

Singkat cerita, Dewi semakin dekat dengan saya dan sering bercerita.
“Nico, cowok tuh maunya yang gimana sih. Ehm.., kalo di ranjang maksud gue..”
“Nic, kamu kalo lagi horny, sukanya ngapain?”
“Kamu suka terangsang enggak Nic, kalo liat cewek seksi?”

Yah seperti itulah pertanyaan Dewi kepadaku.
Terus terang percakapan-percakapan kita selang waktu kerja semakin intim dan seringkali sensual.
“Kamu pernah gituan nggak, Wi..?, tanyaku.
“Ehm.. kok mau tau?”, tanyanya lagi.
“Iya”, kataku.
“Yah, sering sih, namanya juga kebutuhan biologis”, jawabnya sambil tersipu malu.
Kaget juga saya mendengar jawabannya seperti itu. Nih anak, kok berani terus terang begitu.

Pernah ketika waktu makan siang, ia kelepasan ngomong.
“Cewek Bali itu lebih gampang diajakin tidur daripada makan siang”, katanya sambil matanya menatap nakal.
“Kamu seneng seks?”, tanya saya.
“Seneng, tapi saya enggak pandai melayani laki-laki”, katanya.
“Kenapa begitu?”, tanya saya lagi.
“Iya, sampe sekarang pacarku enggak pernah ngajak kimpoi. Padahal aku sudah kepengen banget.”
“Kepengen apa?”, tanyanku.
“kimpoi”, katanya sambil tertawa.

Suatu ketika ia ke kantor dengan pakaian yang dadanya rendah sekali. Saya mencoba menggodanya, “Wah Dewi kamu kok seksi sekali. Saya bisa lihat tuh bra kamu”. Ia tersipu dan menjawab, “Suka enggak?”. Saya tersenyum saja. Tapi sore harinya ketika ia masuk ruangan saya, bajunya sudah dikancingkan dengan menggunakan bros. Rupanya dia malu juga. Saya tersenyum, “Saya suka yang tadi.”

Suatu ketika, setelah makan siang Dewi mengeluh.
“Kayaknya cowokku itu selingkuh.”
“Kenapa?”, tanyaku.
“Habis udah hampir sebulan enggak ketemu”, katanya.
“Terus enggak.. itu?”, tanyaku.
“Apa?”
“Itu.. seks”, kataku.
“Yah enggak lah”, katanya.
“Kamu pernah onani enggak?”, tanyaku.
Dia kaget ketika saya tanya begitu, namun menjawab.
“Ehm… kamu juga suka onani?”
“Suka”, jawabku.
“Kamu?”, tanyaku.
“Sekali-sekali, kalo lagi horny”, jawabnya jujur namun sedikit malu.

Pembicaraan itu menyebabkan saya terangsang, Dewi juga terangsang kelihatannya. Soalnya pembicaraan selanjutnya semakin transparan.
“Dewi, kamu mau gituan enggak.”
“Kapan?”
“Sekarang.”
Dia tidak menjawab, namun menelan ludah. Saya berpendapat ini artinya dia juga mau. Well, setelah berbulan-bulan flirting, sepertinya kita bakalan just do it nih.

Kubelokkan mobil ke arah motel yang memang dekat dengan kantorku.
“Nic, kamu beneran nih”, tanyanya.
“Kamu mau enggak?”
“Saya belum pernah main sama cowok lain selain pacarku.”
“Terakhir main kapan?”
“Udah sebulan.”
“Trus enggak horny?”
“Ya onani.. lah”, jawabnya, semakin transparan. Mukanya agak memerah, mungkin malu atau terangsang. Aku terus terang sudah terangsang. This is the point of no return. Aku sadari sih, ini bakalan complicated. But… nafsuin sih.

“Terus, kapan kamu terakhir dapet orgasme”
“Belum lama ini.”
“Gimana?”
“Ya sendirilah.. udah ah, jangan nanya yang gitu.”
“Berapakali seminggu kamu onani?”, tanyaku mendesaknya.
“Udah ah… yah kalo horny, sesekali lah, enggak sering-sering amat. Lagian kan biasanya ada Andree (cowoknya-red).”
“Kamu enggak ngajak Andree.”
“Udah.”
“Dan..?”
“Dia bilangnya lagi sibuk, enggak sempet. Main sama cewek lain kali. Biasanya dia enggak pernah nolak.”
Siapa sih yang akan menolak, bersenggama sama anak ini. Gila yah, si Dewi ini baru saja lulus kuliah, tapi soal seks sepertinya sudah terbiasa.

“Nic, enggak kebayang main sama orang lain.”
“Coba aja main sama saya, nanti kamu tau, kamu suka selingkuh atau enggak.”
“Caranya?”
“Kalo kamu enjoy dan bisa ngilangin perasaan bersalah, kamu udah OK buat main sama orang lain. Tapi kalo kamu enggak bisa ngilangin perasaan bersalah, maka udah jangan bikin lagi”, kataku.
“Kamu nanti enggak bakal pikir saya cewek nakal.”
“Enggaklah, seks itu normal kok. Makanya kita coba sekali ini. Rahasia kamu aman sama saya”, kataku setengah membujuk.
“Tapi saya enggak pintar lho, mainnya”, katanya. Berarti sudah OK buat ngeseks nih anak.

Mobilku sudah sampai di kamar motel. Aku keluar dan segera kututup pintu rolling door-nya. Kuajak dia masuk ke kamar. Tanpa ditanya, Dewi ternyata sudah terangsang dengan pembicaraan kita di mobil tadi. Dia menggandengku dan segera mengajakku rebahan di atas ranjang.
“Kamu sering main dengan cewek lain, selain pacar kamu, Nic?”
“Yah sering, kalo ketemu yang cocok.”
“Ajarin saya yah!”

Tanganku mulai menyentuh dadanya yang membusung. Aku lupa ukurannya, tapi cukup besar. Tanganku terus menyentuhnya. Ia mengerang kecil, “Shh.. geli Nic.” Kucium bibirnya dan ia pun membalasnya. Tangannya mulai berani memegang batang kemaluanku yang menegang di balik celanaku.
“Besar juga…”, katanya. Matanya setengah terpejam. “Ayo, Nic aku horny nih.” Kusingkap perlahan kaos dalamnya, sampai kusentuh buah dadanya, branya kulepas, kusentuh-sentuh putingnya di balik kaosnya. Uh.. sudah mengeras. Kusingkap ke atas kaosnya dan kuciumi puting susunya yang menegang keras sekali, kuhisap dan kugigit pelan-pelan, “Ahh.. ahh.. ahh, terus Nic.. aduh geli… ahh.. ah.”

Dewi, yang masih muda ternyata vokal di atas ranjang. Terus kurangsang puting susunya, dan ia hampir setengah berteriak, “Uh.. Nic… uh.” Aku sengaja, tidak mau main langsung. Kuciumi terus sampai ke perutnya yang rata, dan pusarnya kuciumi. Hampir lupa, tubuhnya wangi parfum, mungkin Kenzo atau Issey Miyake. Pada saat itu, celanaku sudah terbuka, Aku sudah telanjang, dan batang kemaluanku kupegang dan kukocok-kocok sendiri secara perlahan-lahan. Ah.. nikmat. Bibirnya mencari dan menciumi puting susuku. “Enak.. enak Dewi”. Rangsangannya semakin meningkat.

“Aduuhh.. udah deh.. enggak tahan nih”, ia menggelinjang dan membuka rok panjangnya sehingga tinggal celana dalamnya, merah berenda. Bibir dan lidahku semakin turun menjelajahi tubuhnya, sampai ke bagian liang kenikmatannya (bulu kemaluannya tidak terlalu lebat dan bersih). Kusentuh perlahan, ternyata basah. Kuciumi liang kenikmatannya yang basah. Kujilat dan kusentuh dengan lidahku. liang kenikmatan Dewi semakin basah dan ia mengerang-erang tidak karuan. Tangannya terangkat ke atas memegang kepalanya. Kupindahkan tangannya, dan yang kanan kuletakkan di atas buah dadanya. Biar ia menyentuh dirinya sendiri. Ia pun merespon dengan memelintir puting susunya.

Kuhentikan kegiatanku menciumi liang kenikmatannya. Aku tidur di sampingnya dan mengocok batang kemaluanku perlahan. Dia menengokku dan tersenyum, “Nic.. kamu merangsang saya.”
“Enak..”
“Hmm…”, matanya terpejam, tangannya masih memelintir putingnya yang merah mengeras dan tangan yang satunya dia letakkan di atas liang kenikmatannya yang basah. Ia menyentuh dirinya sendiri sambil melihatku menyentuh diriku sendiri. Kami saling bermasturbasi sambil tidur berdampingan.
“Heh.. heh.. heh.. aduh enak, enak”, ceracaunya.
“Gile, Nic, gue udah kepengin nih.”
“Biar gini aja”, kataku.

Tiba-tiba dia berbalik dan menelungkup. Kepalanya di selangkanganku yang tidur telentang. Batang kemaluanku dihisapnya, uh enak banget. Nih cewek sih bukan pemula lagi. Hisapannya cukup baik. Tangannya yang satu masih tetap bermain di liang kenikmatannya. Sekarang tangannya itu ditindihnya dan kelihatan ia sudah memasukkan jarinya.
“Uh… uh… Nic, aku mau keluar nih, kita main enggak?”
Kuhentikan kegiatannya menghisap batang kemaluanku. Aku pun hampir klimaks dibuatnya.
“Duduk di wajahku!”, kataku.
“Enggak mau ah.”
“Ayo!”

Ia pun kemudian duduk dan menempatkan liang kenikmatannya tepat di wajahku. Lidah dan mulutku kembali memberikan kenikmatan baginya. Responnya mengejutnya, “Aughhh…” setengah berteriak dan kedua tangannya meremas buah dadanya. Kuhisap dan kujilati terus, semakin basah liang kenikmatannya.

Tiba-tiba Dewi berteriak, keras sekali, “Aahhh… ahhh”, matanya terpejam dan pinggulnya bergerak-gerak di wajahku. “Aku.. keluar”, sambil terus menggoyangkan pinggulnya dan tubuhnya seperti tersentak-sentak. Mungkin inilah orgasme wanita yang paling jelas kulihat. Dan tiba-tiba, keluar cairan membanjir dari liang kenikmatannya. Ini bisa kurasakan dengan jelas, karena mulutku masih menciumi dan menjilatinya.

“Aduh… Nic.. enak banget. Lemes deh”, ia terkulai menindihku.
“Enak?”, tanyaku.
“Enak banget, kamu pinter yah. Enggak pernah lho aku klimaks kayak tadi.”

Aku berbalik, membuka lebar kakinya dan memasukkan batang kemaluanku ke liang kenikmatannya yang basah. Dewi tersenyum, manis dan malu-malu. Kumasukkan, dan tidak terlalu sulit karena sudah sangat basah. Kugenjot perlahan-lahan. Matanya terpejam, menikmati sisa orgasmenya.
“Kamu pernah main sama berapa lelaki, Dewi..?, tanyaku.
“Dua, sama kamu.”
“Kalo onani, sejak kapan?”
“Sejak di SMA.”
Pinggulnya sekarang mengikuti iramaku mengeluar-masukkan batang kemaluan di liang kenikmatannya.
“Nic, Dewi mau lagi nih.” Uh cepat sekali ia terangsang. Dan setelah kurang lebih 3 menit, dia mempercepat gerakannya dan “Uhh… Nic.. Dewi keluar lagi…” Kembali dia tersentak-sentak, meski tidak sehebat tadi.
Akupun tak kuat lagi menahan rangsangan, kucabut batang kemaluanku dan kusodorkan ke mulutnya. Ia mengulumnya dan mengocoknya dengan cepat. Dan “Ahhh…” klimaksku memuncratkan air mani di wajah dan sebagian masuk mulutnya. Tanpa disangka, ia terus melumat batang kemaluanku dan menjilat air maniku. Crazy juga nih anak.

Setelah aku berbaring dan berkata, “Dewi, kamu bercinta dengan baik sekali.”
“Kamu juga”, mulutnya tersenyum.
Kemudian ia berkata lagi, “Kamu enggak nganggap Dewi nakal kan Nic.”
Aku tersenyum dan menjawab, “Kamu enjoy enggak atau merasa bersalah sekarang.”
Dia ragu sebentar, dan kemudian menjawab singkat, “Enak..”
“Nah kalau begitu kamu emang nakal”, kataku menggodanya.
“Ihh… kok gitu..” Aku merangkulnya dan kita tertidur.

Setelah terbangun, kami mandi dan berpakaian. Kemudian kembali ke kantor. Sampai sekarang kami kadang-kadang masih mampir ke motel. Aku sih santai saja, yang penting rahasia kami berdua tetap terjamin.

Aku Menghamili Anak Tante

Cerita ini merupakan kejadian nyata yang pernah kualami.Perkenalkan nama saya adalah feri,saya seorang pria dengan umur 21 thn.kejadian tak pernah kulupakan seumur hidupku terjadi saat saya berumur 14 thn.saya merupakan anak pertama dari 3 bersaudara,dan semua saudara kandung saya laki-laki semua.Tetapi pada tahun 2004 salah satu sepupu perempuan saya,yg merupakan anak tante saya sendiri tinggal dirumahku.Karena dia ingin sekolah sma dikotaku. dia bernama anti,dia gadis yang bisa dibilang lumayan cantik.dengan tinggi badan 167 cm,kulit putih rambut lurus.pokoknya yang liat dia dijamin bakal naksir.
Setelah beberapa bulan berjalan,ternyata dia jadi idola para cowok disekolahnya.sering dia dianter pulang sama cowok dan biasanya sampai si cowok maen kerumahku.singkat cerita,saat itu rumahku dalam keadaan sepi karena ortuku sama adik-adikku pergi untuk menghadiri acara pernikahan saudara diluar kota.saat itu aku sedang tidur dikamar dan tiba-tiba terdengar ada suara motor yang parkir diteras depan rumahku.terus aku intip dari jendela kamarku.ternyata itu suara motor cowoknya anti yang sedang mengantar pulang anti.sampai dirumah ternyata si cowok itu gak langsung pulang dan mampir dirumahku.aku terus mengintip dia dan akhirnya mereka masuk ke ruang tamu.

Terus aku intip apa yang mereka lakukan.dan ternyata sekarang sepupuku itu lagi mesra-mesraan.aku liat mereka sedang ciuman bibir dan terus aku lihat sampai si cowok itu berhasil membuka bra sepupuku itu.aku kaget setengah mati,ternyata sepupuku yang terlihat pendiam,alim mau begituan juga.mungkin sepupuku itu berfikir bahwa dirumah tidak ada orang sama sekali dan dia gak menyadari kalau aku dirumah.setelah puas menghisap puting anti,cowok itu kemudian mulai membuka rok anti.aku sendiri ikut terangsang melihat adegan nyata itu.bodi anti yang semok,puting anti yang masih merah merona dan paha anti yang putih mulus membuat penisku pun ikut berdiri.tanpa sadar aku mengocok penisku sendiri sambil melihat adegan itu.aku liat si anti mulai kelojotan menahan kenikmatan karena vaginanya dijilat cowoknya.pada saat itu anti sudah tidak memakai pakaian sehelai pun.dan akhirnya cowoknya anti mulai mengarahkan penisnya kevagina anti.perlahan tapi pasti penisnya mulai memasuki vagina anti.dan akhirnya masuk semua penisnya kevagina sepupuku itu.pada saat itu pun aku sangat bernafsu dan semakin cepat mengocok penisku sendiri.akhirnya keluar sperma ku dan kusudahi aksi ngintipku itu.aku pun kembali kekamar dan tidur.

Semenjak kejadian itu,aku sering membayangkan bisa menikmati tubuh sepupuku itu.berbagai rencana telah aku rencanakan,tetapi belum ada yang pas.aku pun sering menyelinap masuk kekamar sepupuku pada saat tengah malam.saat dia sedang tidur pulas,aku hanya berani memandangi wajah cantiknya sambil ngocok penisku.aku sama sekali tidak berani menyentuh dia karena takut terbangun.apa jadinya kalau dia terbangun saat aku bertindak begituan sama dia,bisa-bisa dia teriak dan keluargaku tau,kan bisa jadi kasus yang memalukan.Sampai suatu hari aku menemukan ide untuk bisa menikmati tubuh sepupuku itu.yaitu dengan cara membeli obat tidur yang dosisnya cukup tinggi.jadi saat aku menggrayangi tubuh anti,dia gak bakalan bangun dan tak sadar.

Singkat cerita aku telah membeli obat tidur itu.Rencana itu sudah aku rencanakan jauh-jauh hari.Saat ortu dan adik-adikku tidak ada dirumah aku siap melancarkan niat bejatku itu.saat itu hanyalah aku dan anti yang berada dirumah.saat anti sedang makan,aku mendekati dia.aku basa-basi dengannya, ” mbak,tolong bikinin aku telor goreng sih”.terus anti menjawab “bikin telor goreng aja nyuruh mbak,mang kamu bikin sendiri gak bisa apa fer??”. ” yeh lagi males nih mbak,,lagian aku juga ingin mencicipi telor goreng bikinan mbak” kataku.”iya deh mbak bikinin”.Akhirnya anti meninggalkan piringnya yang belum selesai makannya.waktu liat piring anti,aku gak sia-siakan kesempatan ini.aku campurkan obat tidur dosis tinggi itu kepiring anti.beberapa saat kemudian anti kembali,” tuh telor pesanmu dah jadi”,” makasi ya mbak” kataku.Anti pun melanjutkan sisa makannya dengan tidak sadar bahwa makanannya telah aku beri obat tidur.setelah selesai makan,anti pun menuju kamar dengan sempoyongan.mungkin karena reaksi obat tidur itu.aku pun mengikuti perlahan dari belakang dan ternyata dia dah tidur lelap di atas ranjang.terus aku masuk kekamarnya.karena aku masih ragu dengan kehebatan obat itu.untuk membuktikannya aku coba membangunkan anti dengan cara aku tampar mukanya dan ternyata tidak ada tanda-tanda dia mau bangun.aku pun mengunci kamar dan mulai melakukan aksiku.kucopot satu persatu pakaianku,sampai akhirnya aku pun bugil.terus aku mulai berani menyentuh tubuh sepupuku itu.perlahan-lahan aku mulai menggesekan batang kemaluan ditelapak kakinya.kontolku pun langsung berdiri tegak,layaknya roket yang siap diluncurkan.aku mencium kening sepupuku itu dan berbisik “maafin aku ya mbak,tapi aku butuh tubuh mbak”.anti pun masih tertidur pulas.terus aku cium bibirnya dengan nafsu.mulai melepaskan baju dan bra nya.aku hisap putingnya dan mengocok penisku diantara kedua payudaranya dengan nafsu.terus aku buka rok dan cd nya.dan akhirnya sepupuku itu tidak memakai pakaian sehelai benang pun.aku jilat vaginanya,trasa wangi.mungkin karena dia rajin merawat vaginanya.setelah puas menjilati vagina anti,aku pun sudah tidak sabar lagi untuk menikmati lubang kenikmatan anak tanteku itu.aku angkat kedua pahanya,terus aku ganjel pantatnya dengan bantal supaya posisi vaginanya agak tinggi.terus aku mulai mengarahkan penisku kevaginanya.aku dorong sudah masuk kepala penisku,aku dorong lagi dengan kuat dan akhirnya batang kemaluanku masuk semua kevagina sepupuku itu.aku mulai memompa penisku,rasanya nikmat banget dan belum pernah aku ngerasain nikmat yang luar biasa seperti ini.setelah sekitar 10 menit,aku merasakan mau mengeluarkan sesuatu yang sangat kuat dari penisku.aku tekan kuat-kuat penisku sampai dinding rahim anti dan crot,,,crot,,,crot,,,crot,,,.entah berapa banyak sperma yang kukeluarkan didalan vagina anti.dengan posisi penisku masih menancap di vagina anti,aku peluk tubuhnya dengan kuat sambil melumati bibirnya.setelah beberapa menit kemudian aku pun bangun.karena belum puas aku mengulangi adegan itu sampai 3 x.sampai penisku bener-bener loyo.setelah puas aku bersihkan tubuh dan vaginanya sampai benar-benar bersih,supaya dia tidak sadar kalau aku telah menyetubuhinya.aku pakai kan lagi semua bajunya hingga rapi dan seakan-akan tidak terjadi apa-apa.saat aku mau meningalkan kamarnya,aku penasaran dengan buku yang terselip di sprei kamarnya.terus aku lihat dan ternyata itu buku diary.karena penasaran isinya apa aku baca dari awal.dan ternyata isi mengejutkan,ternyata dia sering ML dengan cowoknya.tapi dia mempunyai jadwal ML dengan cowoknya.memperhitungkan tanggal saat dia lagi tidak subur,baru dia berani ML ma cowoknya.tapi yang lebih buat jantungku copot,saat aku baca status diary hari kemaren.statusnya gini ” maaf ya cowokku yang paling kusayang,untuk beberapa hari ini ayang puasa dulu ya coz anti lagi subur nih,anti kan takut klo sampe hamil”. aku terus berfikir “duh gimana nih,klo anti hamil dan mengandung anakku,tadi kan semua spermaku aku keluarkan didalem vagina anti”.ah masa bodohlah,lagian klo dia benar-benar hamil atas perbuatanku ini kan gak ada orang yang tau termasuk anti sendiri dan pastinya cowoknya yang suruh tanggungjawab”,setelah berfikir demikian aku pun lega.

Pukul 6 sore pun anti pun terbangun dan menemuiku.aku pun berbasa-basi seakan tidak terjadi apa-apa ” duh mbak ini,jam segini kok baru bangun,belum mandi lagi”, “emang ini jam berapa fer?” ,,,”jam 6 sore mbak,mana ortuku belum pulang lagi”,,”gak tau nih fer,tadi siang abis makan kok kepala mbak pusing banget”,,”ah,,,masuk angin kali mbak,sini aku kerikin”,,,”ah gak usah lha minum obat juga pasti sembuh,ya dah mbak mau mandi dulu” jawabnya.aku pun lega ternyata anti tidak sadar kalau aku telah menyetubuhinya.

hari-hari berikutnya semua berjalan dengan normal,seakan tidak pernah terjadi apa-apa.aku dan anti pun masih seperti biasanya dan tak ada rasa canggung sama sekali.sampai 2 bulan kemudian mendengar kabar mengejutkan.anti berterus terang kalau dirinya sedang hamil di luar nikah.terus aku langsung menyadari kalau janin yang di kandungnya itu adalah anakku.ibu dan ayah ku pun bagai disambar petir di siang bolong.setelah didesak lelaki mana yang telah menghamilinya,anti sambil menangis mengakui kalau cowoknya yang telah menghamilinya.aku pun lega ternyata anti tidak menyadari bahwa aku yg telah menghamilinya.2 hari kemudian diadakan rapat keluarga dan semua keluarga besarku datang juga perwakilan keluarga cowoknya anti.setelah mendapatkan hari yang pas,akhirnya diadakan pernikahan.

Setelah menikah anti ikut bersama suaminya yang kebetulan suaminya itu anak orang kaya.semakin hari perut anti semakin membesar,dia dan suaminya pun sering berkunjung kerumahku yang kebetulan rumahnya tidak terlalu jauh.sampai 7 bulan kemudian anti melahirkan bayi laki-laki dengan normal.aku pun lega karena darah dagingku itu bisa lahir dengan selamat.Setelah beberapa tahun kemudian,nampak jelas anak anti mirip denganku.tapi semua orang tidak ada yang menyadari kalau anaknya anti itu anakku.mungkin orang-orang berfikir anaknya anti mirip denganku karena anti dan aku masih ada ikatan keluarga jadi wajar kalau anaknya anti mirip denganku.aku pun sangat menyayangi anaknya anti yang juga merupakan darah dagingku sendiri.setelah itu aku mencoba melupakan semua kejadian itu.tapi sampai sekarang pun aku belum bisa melupakannya dan mungkin butuh seumur hidupku untuk melupakannya.

Aku Dijebak Oleh Bosku

Namaku Nina, ini tentang cerita dewasa saat aku di jebak dalam hubungan seks oleh bosku. saat ini aku sedang kuliah semester akhir di salah satu perguruan tinggi swasta di kota Bandung. Saat kejadian itu menimpaku, aku sedang duduk di semester dua. Sebenarnya seluruh keluargaku tinggal di kota Jakarta, dan mereka agak keberatan jika aku harus kuliah di luar kota, tapi saat itu aku sudah bertekad untuk belajar hidup mandiri hingga akhirnya mereka mengijinkan aku untuk melanjutkan studi di kota tersebut.

Seks

Di Bandung aku tinggal di sebuah kos putri yang letaknya tidak begitu jauh dari kampusku. Aku tinggal bersama seorang temanku yang aku kenal di kampus. Namanya Lenny, dia gadis berdarah Sunda asli. Padahal dia bisa saja tinggal di rumahnya yang juga berada di kota Bandung, tapi menurutnya dia ingin lebih bisa berkonsentrasi dengan kuliahnya, jadi dia memutuskan untuk tinggal di kos bersamaku.

Lenny adalah gadis yang sangat pintar dan juga sopan, begitu sopannya sampai-sampai dia tidak pernah mengenakan pakaian yang seksi atau sedikit terbuka saat bepergian atau berangkat kuliah, padahal menurutku wajah Lenny sangat cantik, rambutnya panjang dan hitam dengan kulit tubuh yang putih mulus, layaknya gadis gadis Sunda pada umumnya.

sementara postur tubuhnya juga sangat bagus dan proporsional, pinggangnya ramping didukung oleh kedua belah kakinya yang jenjang, apalagi Lenny juga memiliki payudara yang besar, mungkin dua kali lebih besar daripada buah dadaku. Pokoknya, jika saja Lenny mau berdandan dan sedikit mengubah penampilannya, dia bisa menjadi salah satu gadis tercantik di tempat kuliahku.

Untuk memenuhi kebutuhanku agar tidak terlalu mengandalkan uang kiriman dari orang tuaku, aku memutuskan untuk kuliah sambil bekerja paruh waktu di salah satu club billiard yang cukup besar dan eksklusif di kota Bandung. Aku bekerja menjadi salah seorang penjaga meja, sekaligus merangkap pramusaji di club tersebut, kadang kadang aku merasa sangat lelah dan letih, apalagi jika aku harus terpaksa pulang larut malam dari tempat kerja.

Tapi tidak apalah, yang penting aku bisa mempunyai cukup uang dan dapat memenuhi kebutuhanku sendiri tanpa harus mengandalkan kiriman uang dari orang tuaku, lagipula aku sudah bertekad untuk belajar hidup mandiri.

Singkat cerita, hari itu aku sedang bingung, karena besok adalah hari terakhir waktu pembayaran uang semester, padahal kiriman dari orang tua belum juga sampai ke rekeningku, dan saat gajianku masih seminggu lagi, sementara uang tabunganku sudah habis untuk keperluan dan biaya hidupku sehari-hari hingga sore itu aku benar benar pusing memikirkannya.

Akhirnya, kuberanikan diri untuk meminjam uang ke club tempat aku bekerja, tapi perusahaan tidak dapat mengabulkan permohonanku dengan alasan saat itu tidak ada dana yang tersedia karena seluruh uang yang ada sudah disetorkan ke pemiliknya.

Malam itu, dengan perasaan sedih dan bingung, aku berkemas untuk pulang kembali ke kosku. Saat itu jam kerjaku memang telah selesai. Aku berjalan lunglai dari ruangan karyawan, bingung memikirkan nasibku besok, saat kulihat Lenny sudah menungguku di ruang tunggu

“Gimana Nin? Dapat pinjaman uangnya?” tanya Lenny.
“Nggak bisa Len.. Nggak apa-apa deh, besok gua minta keringanan aja dari kampus” ujarku dengan nada lemas.

“Elu sendiri, dari mana.? Tumben mampir ke sini?” tambahku sambil melihat ke arah jam tanganku, saat itu sudah hampir jam sepuluh malam, tidak biasanya Lenny berani keluar malam-malam, pikirku heran.
“Gua abis dari mall di depan, ngecek ATM, siapa tahu kiriman gua udah sampai, buat nalangin bayaran elu, tapi ternyata belum sampai..” ujar Lenny dengan nada menyesal.
“Thanks banget untuk usaha lu Len.” ujarku sambil mengajaknya pulang.

Kami berdua berjalan melewati ruangan billiard. Saat itu di sana masih ada empat orang tamu yang sedang bermain ditemani oleh manajerku, mereka adalah teman-teman dari pemilik club tersebut, jadi walaupun club tersebut sudah tutup, mereka tetap dapat bebas bermain. Aku sempat berpamitan dengan mereka sebelum aku kembali berjalan menuju pintu keluar saat tiba-tiba salah seorang dari mereka memanggilku..

“Nin.., Temenin kita main dong..!” serunya.
“Kita taruhan. Berani nggak?” tambah temannya sambil melambaikan tangannya ke arahku.

Aku tertegun sejenak sambil menatap bengong ke arah mereka. Rupanya mereka sedang berjudi, dan mereka mengajakku untuk bergabung. Wah, boleh juga nih. Siapa tahu menang.., pikirku.

“Taruhannya apa? Saya lagi tidak bawa uang banyak..!” seruku, sementara kulihat Pak Dicky manajerku, berjalan menghampiriku.
“Gampang.., kalau kamu bisa menang, satu game kami bayar lima ratus ribu, tapi kalau kamu kalah, nggak perlu bayar, kamu cuma harus buka baju aja, kita main sepuluh game.. Setuju?” seru salah seorang dari mereka.

Aku terkesiap mendengar tantangannya, kulirik Lenny yang saat itu sudah berada di depan pintu keluar, dia tampak menggelengkan kepalanya, sambil memberi tanda kepadaku, agar aku cepat-cepat meninggalkan club tersebut.

“Brengsek! Nggak mau..!” ujarku sambil membalikkan tubuhku. Bisa-bisa aku telanjang kalau dalam sepuluh game itu aku kalah terus, pikirku dengan sebal. Tapi tiba-tiba langkahku terhenti saat tangan manajerku menahan pundakku.
“Terima aja Nin, kamu kan lagi butuh uang, lagipula mereka nggak begitu jago kok..!” ujar manajerku berusaha membujuk.

“Tapi Pak..!” jawabku dengan nada bingung, sebenarnya aku mulai tertarik untuk memenuhi tantangan mereka, dengan harapan aku bisa memenangkan seluruh game, lagipula aku benar benar membutuhkan uang tersebut.
“Sudahlah.! Kalau kamu bersedia nanti saya kasih tambahan uang, lagipula nggak enak menolak tamu-tamu bos..” ujarnya sambil terus membujukku.
“Oke.. Tapi kalau saya kalah terus gimana?” tanyaku kepada mereka.

“Tenang aja, kamu hanya lepas baju aja kok! Kami janji nggak akan berbuat macam macam..!” seru orang yang berada paling dekat denganku.
“Baik.. Tapi janji.. Tidak akan macam macam!” jawabku memastikan perkataan mereka, sementara Lenny langsung berjalan menghampiriku.
“Lu udah gila apa Nin..! Gua ngga setuju!” serunya dengan nada marah.

“Tenang aja Len, elu duduk aja di sana, nungguin gua..! Oke?” ujarku sambil menunjuk ke arah sofa yang berada di pojok ruangan.
“Tapi Nin?” ujar Lenny dengan wajah ketakutan.
“Udah, nggak apa-apa, elu nggak perlu takut..” sanggahku sambil tersenyum menenangkan hatinya, akhirnya Lenny pun berjalan dan duduk di sofa tersebut.

Sudah lima game berjalan, aku menang dua kali dan kalah tiga kali, membuat aku harus menanggalkan jaket, blouse dan celana panjang yang kukenakan hingga saat itu hanya tersisa bra dan celana dalam saja yang masih melekat di tubuhku. Jangan sampai kalah lagi, ujarku dalam hati, dua kali lagi aku kalah, maka aku akan benar-benar bugil. Pikiranku mulai panik, sementara di pojok ruangan, Lenny sudah tampak mulai resah melihat keadaanku.

Tapi naas. Udara dingin dari AC di ruangan tersebut membuat aku sulit untuk berkonsentrasi sehingga aku kembali kalah pada game keenam, membuat mereka langsung bersorak riuh, memintaku untuk segera menanggalkan bra yang kukenakan. Aku sudah hampir menangis saat itu, tapi mereka terus memaksaku, maka dengan perasaan berat dan malu, akhirnya kulepaskan juga bra yang melekat di tubuhku, membuat buah dadaku langsung mencuat dan terbuka di hadapan mata mereka yang tampak melotot saat memandang tubuh telanjangku.

“Sudah.. Sudah, kita berhenti saja, saya menyerah!” seruku memelas sambil berusaha menutupi tubuh bagian atasku, saat itu aku sudah merasa sangat malu dan tidak lagi berminat untuk meneruskan taruhan itu.
“Nggak bisa..! Perjanjiannya kan sampai kamu telanjang, baru permainannya selesai..!” protes lawan mainku, akhirnya aku hanya bisa menuruti kemauannya.
“Buka.. Buka..!” sorak mereka saat pada game berikutnya aku kembali kalah dan harus melepas celana dalamku.

“Sudah.. Kita batalkan saja taruhannya..!” jeritku sambil meraih pakaianku dan berlari menjauhi mereka, tapi salah seorang dari mereka dengan sigap menubrukku dari belakang, membuatku terhempas di atas meja billiard dengan posisi menelungkup dan laki-laki itu menindihku dari atas.
“Lepaskan..!” teriakku kaget sambil meronta dengan sekuat tenaga, tapi laki laki itu terus menindihku dengan kuat, membuat aku benar benar tidak bisa bergerak sama sekali, akhirnya aku terkulai lemah tak berdaya sambil terus menangis.
“Pak dicky..! Tolong saya Pak..!” jeritku sambil menyapukan pandangan mencari manajerku.

Betapa terkejutnya aku saat kulihat Pak Dicky sedang mendekap tubuh Lenny sambil tangannya berusaha melucuti pakaian yang melekat di tubuhnya dibantu oleh tiga orang temannya. Bersamaan dengan itu kurasakan sesuatu mendesak masuk ke dalam liang kemaluanku.

Rupanya saat itu laki-laki yang berada di atas tubuhku, sudah akan memperkosaku. Dia menyelipkan batang penisnya dari sela-sela celana dalam yang kukenakan dan terus menekannya dengan keras, membuat batang kemaluannya makin terhunjam masuk melewati bibir vaginaku.

“Jangan.. Ouh..!!” jeritku sambil berusaha menahan pahanya dengan kedua tanganku, tapi batang kemaluannya terus melesak masuk, sehingga akhirnya benar-benar terbenam seluruhnya di dalam liang vaginaku.

“Jangan keluar di dalam, Pak..!” gumamku pelan sambil menahan tubuhku yang berguncang saat laki-laki itu mulai memompaku.
“Oke.. Uh.. Ssh.. Kamu cantik Nina..!” ceracau laki laki itu saat mulai bergerak di dalam tubuhku.
“Ouh.. Hh..!” desahku lirih.

Aku memejamkan mataku, merasakan getaran yang mulai menjalari seluruh tubuhku, saat pemerkosaku menghentakkan tubuhnya dengan makin cepat, membuat aku mulai terangsang saat itu, dan tanpa sadar aku pun ikut menggerakkan pinggulku, berusaha mengimbangi gerakannya.

Aku memang sudah sering melakukan hubungan badan dengan pacarku sejak aku masih duduk di bangku SMU, malah kegadisanku telah terenggut oleh pacarku saat aku masih di kelas satu SMA, dan sejak saat itu kami rutin melakukan aktifitas seks, sampai akhirnya aku pergi melanjutkan studi di Bandung, dan sekarang aku kembali merasakan kenikmatan itu setelah selama satu tahun aku tidak pernah lagi bersetubuh.

“Ouh.. Shh. Ah.” desahku sambil terus menggoyangkan pinggulku.

Sementara di pojok ruangan, kulihat Lenny sedang berjuang dengan sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari keempat orang yang sedang menggumulinya. Saat itu keadaan Lenny benar benar sudah sangat berantakan, kemeja lengan panjang yang di kenakannya sudah terbuka lebar dan hampir lepas dari tubuhnya, sementara bra yang dikenakannya sudah tampak setengah terbuka hingga membuat satu payudaranya menyembul keluar.

“Jangan.. Jangan.. Lepaskan.. Tolong..!” jeritnya keras sambil berusaha meronta dan melawan dengan gigih saat seseorang dari mereka mulai mengangkat rok panjang yang dikenakan oleh Lenny.
“Jangan..! Toloong..!” jerit Lenny makin keras sambil menendang-nendangkan kedua belah kakinya saat mereka mulai menggerayangi tubuh bagian bawahnya dengan buas.

“Hentikann..! Hentikan.!” teriak Lenny putus asa sambil menangis sejadi-jadinya sementara tangannya berusaha menggapai ke arah bawah, mencoba menahan tangan-tangan yang sedang melolosi celana dalamnya, tapi gerakannya tertahan oleh tangan Pak Dicky yang saat itu terus mendekap tubuh Lenny dari belakang.

Manajerku itu terus memaksanya untuk tetap berada di dalam pangkuannya, sambil sesekali meremas dan mempermainkan puting buah dada Lenny. Beberapa saat kemudian, dua orang dari mereka mengangkat tubuh Lenny sambil merenggangkan kedua belah kakinya, sementara Pak Dicky tetap mendekap tubuh Lenny sambil mulai mengarahkan batang kemaluannya ke sela-sela bibir kemaluan temanku itu.

Saat itu keadaan Lenny sungguh sangat mengenaskan, pakaian bagian atasnya sudah terbuka dengan lebar, sementara roknya pun telah tersingkap sampai sebatas perutnya, dan aku dapat melihat jelas, saat tubuh Lenny tampak menggeliat hebat ketika kedua orang yang mengangkat tubuhnya itu mulai menurunkannya dengan perlahan, membuat batang kemaluan Pak Dicky melesak masuk ke dalam liang vaginanya.

“Ough..! Jangaan..!” jerit Lenny parau sambil meringis kesakitan ketika vaginanya mulai dijejali oleh kemaluan Pak Dicky.

Perlahan, kulihat batang kemaluan itu terus melesak masuk sampai akhirnya lenyap dan terbenam seluruhnya di dalam liang rahim Lenny, saat itu tubuh Lenny benar-benar telah menyatu dengan tubuh Pak Dicky. Dan Lenny tampak mengerang kesakitan sambil menggeliatkan tubuhnya.

“Arghh.. Sakitt.., perihh, lepaskan itu dari tubuhku..!” jerit Lenny dengan nafas yang tersengal-sengal, dia masih berusaha meronta, ketika Pak Dicky mulai bergerak di dalam tubuhnya, membuat Lenny makin menjerit-jerit kesakitan, sampai akhirnya tubuhnya terkulai lemas tak sadarkan diri di dalam dekapan Pak Dicky.

Pak Dicky masih terus memompa tubuh Lenny yang pingsan itu dengan kasar, begitu kasarnya hingga membuat tubuh temanku itu ikut berguncang dengan hebat. Buah dadanya yang besar tampak menggeletar dan terlempar kesana kemari saat tubuhnya bergerak naik turun, sementara saat itu aku pun masih terus digarap oleh laki-laki yang sedang memperkosaku, sampai akhirnya tubuhku menegang dengan keras.

“Ohh..!” aku mendesah keras saat telah mencapai orgasme, seluruh sumsum di tulangku serasa ditarik keluar ketika aku benar-benar telah mencapai puncak kenikmatan, tapi tiba-tiba aku menjadi panik luar biasa saat kurasakan penis laki-laki itu berdenyut keras di dalam liang rahimku.

“Jangan.. Jangan di dalam..! Lepaskan.. Bajingan..!” jeritku putus asa saat kurasakan cairan hangat membanjiri rongga kemaluanku. Laki-laki itu telah menyemburkan cairan spermanya di dalam liang rahimku.

Sesaat kemudian posisinya sudah digantikan oleh temannya, dan aku kembali diperkosa. Sementara di pojok ruangan, Lenny pun masih terus digarap oleh mereka, kulihat darah keperawanannya meleleh keluar dari sela-sela bibir vaginanya, bercampur dengan cairan sperma, saat seorang dari mereka mulai kembali melesakkan liang vagina Lenny dengan batang penisnya.

Malam itu, Aku dan Lenny menjadi piala bergilir, tubuh kami berdua dikerjai dan diperkosa habis-habisan oleh mereka. Siksaan itu baru berakhir saat waktu sudah menunjukkan jam empat subuh.

Kulihat di depanku tertumpuk sejumlah uang pecahan seratus ribu. Kuraih uang tersebut sambil berusaha bangkit dan mengenakan seluruh pakaianku, setelah itu aku berjalan mendekati tubuh Lenny yang masih meringkuk di sudut ruangan. Saat itu dia sudah siuman dari pingsannya, dia mengerang kesakitan sambil menangis meratapi kegadisannya yang telah terenggut paksa pada malam itu.
Kurangkul tubuhnya dan membantunya berjalan pulang…

kunikmati diperkosa adik kandung

Namaku Ratih, umurku 21 tahun. Aku tinggal di sebuah kawasan perumahan di Yogyakarta. Aku sekarang sedang kuliah di sebuah universitas negeri terkenal. Asalku sendiri sebenarnya dari Surabaya. Orang tuaku cukup kaya sehingga semua kebutuhanku terpenuhi di sini. Adikku juga di sekolahkan di sini, di sebuah SMU Negeri terkenal di Yogyakarta. Jadi kami berdua mengontrak sebuah rumah, tidak terlalu besar tetapi cukup lengkap. Ada TV, mesin cuci, kulkas, motor untuk masing-masing, komputer dan sambungan internet, dan fasilitas lain yang cukup membuat hidupku tidak kekurangan suatu apapun. Adikku bernama Dody, kelas dua SMU. Anaknya besar, cenderung bongsor tapi nggak gemuk. Tingginya sekarang saja sudah hampir 175 cm. Tubuhnya tegap dan atletis. Sedang aku sendiri sekitar 165-167 cm, wajahku termasuk cantik (buktinya banyak sekali yang mengejar-ngejar aku), tubuhku agak kurus sedikit, tapi payudaraku tumbuh sempurna. Sebenarnya aku hanya punya satu adik laki-laki dan satu kakak perempuan. Jadi kami sekeluarga ada 3 orang. Dody adalah anak pamanku yang meninggal sekeluarga dalam kecelakaan tragis, kecuali Dody ini yang saat itu masih berumur kurang dari dua bulan. Papa mengambilnya dan memeliharanya sejak kecil. Hanya aku dan kakakku yang tahu kalau dia ini sebenarnya adik angkat. Bahkan Dody sendiri sampai sekarang belum tahu bahwa dia ini adalah anak angkat. Keharuan kami sekeluarga atas nasibnya membuat nyaris tak pernah ada diskusi tentang masalah itu dan menganggapnya sebagai si bungsu.
Dody adalah saudara yang paling akrab denganku. Kadang-kadang kami bercandanya kelewatan, kalau dulu mama sering marah, karena dia sering mengunci pintu kamar mandi kalau aku sedang mandi, atau kami berduel seperti layaknya dua orang anak laki-laki. Berguling-guling di karpet sampai papa membentak keras karena acara nonton bolanya terganggu, dan kami digiring untuk tidur segera. Kamarku satu kamar dengannya, ketika itu Dody masih kecil. Ketika aku ke Yogyakarta untuk kuliah, Dody masih kelas tiga SMP. Ketika itu aku masih kost, dan mengontrak rumah, setahun kemudian Dody dikirim ke sini untuk sekolah SMA di sini. Karena dia pandai dan punya NEM tinggi, dia diterima di sebuah sekolah Negeri ternama di Yogyakarta. Papa menghadiahkan sebuah motor kepadanya.
Seiring dengan masa sekolahku di sini, aku kena juga yang namanya panah asmara. Yang kuincar adalah seorang cowok kakak angkatanku. Namanya panggilannya Pin-pin, agak lucu kedengarannya, tapi orangnya benar-benar sempurna. Tinggi (mungkin lebih tinggi dari Dody), badannya bagus banget, pintar sepertinya, dan dari cerita-cerita yang pernah kudengar, dia bukanlah seorang mata keranjang.
Singkat kata, aku berpacaran dengannya. Tapi seperti yang digariskan papa, aku tidak boleh begini tidak boleh begitu. Semuanya aku turuti. Untungnya Pin-pin ternyata memang benar-benar cowok yang sempurna, dia hanya berani mencium, meskipun di bibir, tapi tak pernah terus gerilya. Sampai setahun, aku dan Pin-pin terus langgeng saja, dan selama itu tidak ada yang berubah di dalam pengetahuan tentang seks-ku. Artinya aku betul-betul seorang cewek lugu dan polos. Nasihat papa ternyata baru aku tahu dikemudian hari, ternyata tidak mempan ke Dody. Bayangkan saja, dikemudian hari ada peristiwa yang membuatku memandang lain padanya. Pacarnya banyak sekali, dan ganti-ganti pula. Sering dia mencuri-curi waktu mengajak pacar-pacarnya ke rumah saat aku sedang kuliah. Padahal dia baru kelas 2 SMA.
Kejadiannya begini. Sore itu sekitar pukul 14.00 aku berangkat ke kampus untuk mengikuti tutorial, kali ini aku tidak memakai motorku sendiri tapi dijemput oleh Pin-pin, pakai Honda Tiger-nya. Dody baru bangun tidur, dan seperti biasa aku cium pipinya terus acak-acak rambutnya dan pamit.
“Berangkat dulu ya!”
“Hmm”, wajahnya yang kusut baru bangun, menggeletak lemas di atas meja makan, matanya menatap layar TV, menetap Sarah sedang siaran.
“Mbak, bawa oleh-oleh ya!”
“Ya nanti tak bawain kucing! Ha.. ha.. ha”, sambil berlari aku keluar rumah.
“Makan tuh kucing..”
Pin-pin sudah siap dengan motornya dan segera kami berangkat. Berhubung jarak antara rumah dan sekolah cukup jauh, maka aku berangkat setengah jam sebelum jam tutorial dimulai. Saat mau masuk ke halaman kampus, baru ingat aku lupa tidak membawa diktat temanku. Padahal besok mau dipakai ujian. Tanya sana-sini, kebetulan tutorialnya diundur satu jam lagi, padahal pula Pin-pin harus segera pulang. Akhirnya aku minta dianterin sampai rumah saja terus nanti ke sininya berangkat sendiri.
Sampai depan rumah, pintu tertutup, garasi pun demikian. Aku berusaha membukanya tetapi dikunci. Akhirnya aku buka pintu depan dengan kunciku sendiri. Aku bertanya-tanya apakah Dody keluar kok rumah dikunci begini. Aku segera masuk ke kamar. Aku heran kok pintu kamarku terbuka sedikit. Tanpa berpikir apa-apa aku segera membukanya dan mengambil buku dilaci meja. Ketika aku bergerak tanganku menyentuh monitor komputerku. Lagi-lagi aku heran, kok panas. Tapi sekali lagi karena buru-buru aku memasukkan diktat itu ke dalam tas dan ketika berbalik aku tertegun menyaksikan pemandangan di depanku.
Dody, bercelana pendek tanpa baju berjongkok di bawah cantolan jaketku, sementara di sebelahnya berjongkok meringkuk pula seorang cewek, yang sepertinya masih SMU atau malah SMP. Bahunya terbuka, dadanya ditutupinya dengan kaos biru milik di Dody, pahanya terbuka, dan karena posisi jongkoknya, aku melihat segaris lipatan selangkangannya yang masih belum ditumbuhi bulu terlihat berkilat basah membeliak terkena himpitan pahanya. Terlihat jelas, bahwa tanpa kaos biru itu dia telanjang bulat. Dody sendiri meskipun pakai celana pendek, tak sanggup menutupi tonjolan yang tampak mengeras di balik celana pendeknya itu, di ujungnya tampak noktah bening di kain celananya.
Keduanya berwajah panik karena tidak menyangka aku datang secepat itu. Aku terdiam beberapa saat seakan tak percaya adik kesayanganku bisa berlaku seperti itu. Aku saat itu pun tak tahu harus bagaimana bertindak, keduanya benar-benar seperti tikus di pojok ruangan dikepung oleh kucing. Aku melihat lagi ranjangku, baru sadar ada yang tidak beres. Biasanya aku selalu meninggalkan ranjang dalam keadaan rapi, tapi kali ini di permukaannya tampak kusut-kusut yang tampak sedikit lembab. Kali ini aku benar-benar marah.
“Kalian ngapain di kamarku?” aku berkata nyaris membentak.
Sepertinya kalimatku ini untuk Dody. Dody berdiri, dan menunduk. Sekilas aku melirik selangkangannya. Sepertinya dia masih belum reda, terlihat dari bentuk permukaan celananya yang tampak mencuat oleh sesuatu dari dalam. Sementara pacarnya seperti mau menangis, dia menangkupkan kedua tangannya ke wajahnya dan menempelkan lututnya.
“Belum.. ngapa-ngapain kok!”
Aku memegang telinganya dan menarik keluar keduanya dari dalam kamarku.
“Kamu bisa pulang sendiri tho, Dik!” aku berkata setengah membentak pada teman ceweknya itu. Dia sesenggukan berdiri dan setengah berlari masuk ke kamar Dody seperti sudah biasa saja dan sebentar kemudian keluar dengan memakai pakaian sekolah. Benar dia masih SMP, Dody akan bergerak menolong tapi melihat pandanganku dia berhenti dan menunduk. Ceweknya itu (di kemudian hari aku ketahui namanya adalah Chintya, murid sebuah SMP swasta), keluar dari pintu depan dan berlari di jalan depan rumah.
“Duduk!”
“Sudah berapa kali kamu melakukan itu?”
“Kamu udah begituan beneran?” dan berondongan pertanyaan lain yang seperti senapan mesin tak sanggup membuatnya menjawab. Dody, masih bertelanjang dada, duduk di depanku, menunduk dan beberapa saat kemudian tangisnya meledak. Saat itu aku tiba-tiba jatuh kasihan padanya. Meskipun bongsor, kalau pas begini ya keluar bungsu-nya.
Tiba-tiba yang teringat olehku, paman, tante, sepupu-sepupuku yang telah tiada. Ini cukup membuatku bangkit dari dudukku dan duduk di sebelah kirinya dan memeluknya erat. Semakin dipeluk, semakin keras tangisnya, aku mengelus-elus rambut dan bahunya. Dody sendiri memelukku sambil terasa di dadaku sesenggukannya tepat di tengah-tengah di antara payudaraku. Kaki kanannya terangkat diletakkan di atas pahaku, sehingga aku bisa merasakan batang kemaluannya. Agak lama dia sesenggukan itu, aku sesekali memberikan apa yang papa berikan padaku, dan yang tak kurasakan bahwa batangannya itu mengeras tepat segaris dengan pahaku. Dia masih berada di antara kedua payudaraku.
Lama baru aku sadari, apa yang terjadi. Anak ini, sama kakaknya sendiri berani begitu. Aku mendorongnya perlahan, supaya dia tidak tersinggung. Dan segera masuk kamar. Aku tidak berani ke atas ranjang, jangan-jangan di atasnya sudah ada noda-noda itu. Dan hanya duduk di atas kursi di depan komputer dan menyalakannya. Ketika sudah menyala, ketika sudah keluar windowsnya. Eh, tiba-tiba ada tampilan Mpeg, aku curiga dan sedikit iseng menggerakkan mouse-ku untuk mengklik tanda play.
Gambar pertama yang tampil sangat membuatku syok. Terlihat seorang bule sedang memegang batang kemaluannya. Dari ujungnya itu keluar sesuatu seperti cairan berwarna putih, jatuh ke lidah seorang cewek di depannya yang sedang menjulur-julurkan lidahnya. Dalam pikiranku pertama, bahwa itu adalah air pipis, dan seketika aku mual dan berlari masuk kamar mandi dan muntah. Selesai membersihkan diri aku kembali masuk kamar dan baru ingat aku belum mematikan komputer dan program itu, kali ini adegannya seorang pria bule sedang memasuk-masukkan batang kemaluannya ke liang kemaluan seorang cewek. Batang kemaluannya besar sekali. Ceweknya kelihatan kesakitan dalam pandanganku. Aku segera mematikan komputer dan menekan tombol eject CD ROM serta mengambil isinya keluar.
“Dody, ini VCD-mu!” aku melemparkan VCD itu sehingga jatuh di lantai.
Dody masih sesenggukan di sofa ruang tengah.
Jadilah sore hari itu aku tidak masuk tutorial, dan mencuci spreiku yang lembab dan basah itu. Peristiwa pertama itu sebulan dua bulan pertama memang masih membekas dengan kuat di ingatanku. Aku jadi jarang bermanja-manja sama adikku ini. Biasanya sambil nonton TV aku biasa tidur-tiduran di atas pahanya atau kalau dia nontonnya sambil tiduran tengkurap di karpet, aku menungganginya dan berpura-pura sedang naik perahu di atas punggungnya. Atau kadang-kadang dia dengan lembut tertidur di pangkuanku. Dody pun, jadi canggung mau berkata-kata kepadaku, biasanya kalau ada apa-apa selalu saja diceritakannya kepadaku.
Seiring dengan berlalunya waktu, aku mulai menganggap bahwa Dody sudah berubah dan aku mulai kembali seperti semula bersikap kepadanya. Demikian pula dia. Entah karena apa, aku mulai memasuki ruangan yang dinamakan seks itu. Ketika dicium Pin-pin kalau dulu biasa-biasa aja, sekarang mulai terasa perasaan lain seperti ingin dipeluk erat setiap kali dicium di bibir. Atau setiap kali membonceng naik motor, kalau dulu aku menempelkan dadaku ke punggungnya dengan cuek tanpa rasa apapun, sekarang sentuhan lembut saja dari jaketnya terasa ada rasa enak yang aneh. Apalagi ketika mandi, kalau dulu membersihkan dan menyabun area selangkanganku terasa biasa saja seperti halnya menyabun siku atau telapak tangan, sekarang sentuhan-sentuhan itu menimbulkan rasa lain bagiku.
Sebenarnya secara fisik dan seksual baru aku sadari adikku ini memang seksi. Kami mulai biasa berbincang-bincang terus terang seperti dulu lagi. Suatu ketika aku memergokinya sedang onani tapi dia tidak tahu kalau aku tahu. Dia melakukannya di kamar mandi belakang yang sebenarnya bukan kamar mandi tapi tempat cuci. Saat itu minggu pagi, aku jogging bersama teman-teman, saat balik suasana rumah kosong lagi. Bayangkanku Dody masih tidur, aku terus ke belakang untuk menjemur sepatu, saat lewat dekat tempat cuci aku melihat kepala Dody, wajahnya tampak serius sekali, sesekali menengadah.
Perlahan-lahan aku mendekatinya dan melihatnya dari balik rooster beton. Ketika tampak seluruh badannya, aku kembali tertegun, tapi kali ini bukan dengan amarah, tetapi dengan rasa ingin tahu yang semakin tinggi. Dari balik lubang roster beton aku melihat adegan yang tak terlupakan seumur hidupku, dan begitu terekam secara kuat dalam ingatanku sampai sekarang. Dody dalam posisi berdiri, pantatnya bersandar sebagian ke pinggiran bibir sumur.
Dia memakai kaos oblong dalam warna putih, bagian bawahnya terlipat ke atas sebagian sehingga menampakkan perutnya. Yang mencekamku tapi justru membuatku terpaku adalah pemandangan di bawahnya. Celana pendeknya merosot sampai dekat lutut, sebagian celana dalamnya masih menutupi pantatnya, tapi bagian depannya tertarik ke bawah sehingga menekan sebagian buah zakarnya ke atas. Tangan kirinya memegangi botol lotion (kalau nggak salah Sari Ayu, dan itu milikku!) dan menempel di paha kirinya. Sedangkan sebagai fokus adalah tangan kanannya membentuk genggaman seperti sedang memegang raket dan bergerak-gerak teratur mengurut-urut batang kemaluannya yang tampak berkilat. Tubuhnya sedikit membungkuk ke depan dan tampak dari tangan dan sebagian anggota tubuhnya yang lain yang tidak tertutupi oleh pakaian, seperti mengeras dan mengejang. Aku belum pernah membayangkan ada peristiwa seperti itu. Sebenarnya dari membaca aku sudah memiliki pengetahuan tentang seks umumnya dan organ-organ vital laki-laki khususnya. Tetapi menyaksikan sendiri semuanya memberi perasaan yang sulit terungkapkan.
Aku terdiam di balik roster itu dan menyaksikan adikku sendiri sedang melakukan itu. Lagi pula tak pernah terbayangkan kemaluannya itu yang dulu waktu masih kecil begitu lucu sekarang bisa sebesar itu. Pokoknya perasaanku saat itu betul-betul campur aduk tak karuan. Kali ini tiba-tiba aku melihatnya sebagai laki-laki dewasa yang tampak sedang terengah-engah. Gerakan mengurutnya tampak semakin cepat, kulit penisnya yang tampak coklat tua bersemu merah ikut tertarik-tarik seiring gerakan mengurutnya. Kepala penisnya yang tampak seperti jamur merang tampak mengkilat lucu. Sesekali dia menambahkan lotion-ku ke tangan kanannya dan meratakannya di tangan dan terus bergerak mengurut (di kemudian hari baru aku ketahui kalau gerakan itu diistilahkan mengocok, padahal kan sebenarnya itu gerakan mengurut).
Wajah Dody tampak tidak seperti Dody yang kukenal, yang masih tampak imut-imut meskipun secara fisik dia bener-benar sudah dewasa. Tubuhnya berkeringat sebagian terlihat di leher, dahi dan tangannya. Sesekali dia menengadahkan kepalanya. Nafasnya tertahan-tahan terdengar sampai di tempatku berdiri. Semakin cepat dan semakin cepat.
Tak berapa lama kemudian gerakannya melambat beberapa saat dibarengi oleh suaranya yang terdengar seperti mengerang atau mendesah. Tubuhnya menekuk ke depan sehingga nyaris mendekatkan pusarnya ke ujung penisnya. Gerakan tangan kanannya kemudian tiba-tiba bergerak dengan cepat sekali dan sekian detik kemudian aku menyaksikan dari ujung penisnya keluar cairan berwarna putih atau sedikit kekuningan yang menyemprot-nyemprot seperti orang meludah tapi banyak sekali dan berjatuhan kelantai cuci. Otot di tangannya tampak mengeras, begitu juga pantat di balik celana dalamnya tampak mengejang sehingga terlihat dari samping seperti memanpat ke dalam. Aku sendiri tiba-tiba merasakan getaran-getaran aneh di tengkuk, perut maupun area selangkanganku setelah menyaksikan adikku sedang meregang di sana. Itu cukup membuatku terdiam dan baru tersadar ketika Dody bergerak dan sepertinya akan masuk rumah. Aku tiba-tiba panik dan tiba-tiba saja bergerak ke dalam rumah dan masuk kamar, menutup pintu perlahan terus rebahan di ranjang, tengkurap.

 Beberapa saat masih terngiang tentang kejadian tadi. Adikku yang tersayang telah aku saksikan dalam kondisi paling privat. Tiba-tiba secara fisik aku merasa Dody seperti bukan adik kecilku yang dulu selalu bergulat berguling-guling di lantai denganku yang sampai kemarin masih suka bermanja-manja di pangkuanku. Masih terngiang bentuk batang kemaluannya yang menurutku besar. Dalam hal ini aku betul-betul buta tentang ukuran-ukuran itu, bayanganku dulu batang kemaluan paling besar dan panjang adalah sebesar kemasan Redoxon saja. Tetapi di kemudian hari kuketahui bahwa memang ada batang kemaluan yang segitu bahkan lebih kecil, tetapi ada juga yang sebesar botol Aqua ukuran sedang itu.
Aku membandingkannya dengan bentuk kemaluanku sendiri yang kecil, jika ada benda yang jauh lebih besar dari lingkarannya bagaimana bisa masuk, tapi kemudian terpikir olehku jika bayi saja bisa keluar mengapa benda yang lebih kecil darinya tidak bisa masuk. Aku tidak bisa membayangkan kalau dulu aku sering melihat Dody telanjang dan burungnya itu paling-paling cuma sebesar jempol tanganku, tapi sekarang sungguh berbeda, melihatnya batang kemaluan Dody yang sebesar dan sepanjang itu benar-benar membuat shok. Apalagi dalam keadaan sedang berfungsi seperti itu.
Tiba-tiba aku dikagetkan oleh pintu kamarku yang terbuka dan melihat Dody sedang memegang botol Sari Ayu-ku dan terpaku di pintu.
"Eh.. Mbak.. udah pulang ya?" tangannya berusaha menutupi botol lotion itu tapi tak berhasil.
"Itu Sari Ayu-ku khan? Buat apa hayo?" Didikan papaku tiba-tiba saja keluar, tegas dan tanpa basa-basi. Dody berdiri di pintu dan memandangku. Aku masih duduk di tepi ranjang, aku melihatnya berkeringat deras sekali.
"Ke sini!" aku sedikit menguatkan suaraku, dan dia bergerak mendekatiku terus duduk di sampingku. Aku memeluknya dan terdiam beberapa saat. Aku tidak sanggup memilih kata-kata, aku menyadari apa yang dilakukannya barusan jauh lebih baik daripada dia melakukannya benaran untuk melampiaskan nafsunya.
"Sudah sana mandi dulu, Mbak udah tahu semua!" dia pun bangkit dan bergerak keluar kamarku. Sempat-sempat aku melirik pantatnya yang bagus bulat dan tampak kokoh, tercetak di balik celana pendeknya.
Kejadian ketiga inilah inti dari keseluruhan ceritaku. Saat itu Dody sudah naik kelas tiga dan aku sendiri sudah berani raba-rabaan sama Pin-pin. Meski jarang yang sampai telanjang bulat, kadang-kadang apa yang dilakukan Pin-pin bisa membuatku melayang, aku tidak tahu apakah itu yang disebut orgasme atau tidak. Cuma setelahnya memang membuatku sayang banget sama Pin-pin. Kadang-kadang aku melakukan masturbasi juga. Sebaliknya Dody dalam pengamatanku sekarang jadi anak yang serius dan cenderung jadi pendiam.
Sesekali Pin-pin mengajakku nonton film blue, kadang-kadang di rumahnya yang besar kadang-kadang juga di kamarku, untuk menambah pengetahuan alasannya. Meskipun tidak sering, sesekali setelah nonton film itu, kami bercumbu. Pertama sih cuma cium-ciuman saja, lama kelamaan aku jadi semakin berani dilucuti. Kalau dulu diraba saja sudah gemetaran, sekarang kalau cuma dicium rasanya seperti ada yang kurang. Kadang-kadang rabaannya membuatku melayang dan membuatkan membiarkannya melepaskan pakaianku. Sering cumbuannya begitu merangsangku sehingga kadang ketika tersadar Pin-pin sudah berada di antara pahaku yang terbentang dan aku merasakan batang kemaluannya sudah menempel di pintu lubang kemaluanku dan kurasakan seperti sedang menekan-nekan masuk. Kadang kepalanya sudah hampir masuk semua. Sampai tahap itu biasanya aku tersadar, bangkit dan mendorongnya perlahan-lahan, memeluknya sambil berbisik.
"Kamu kan janji, nggak sampai begini khan?"
Biasanya Pin-pin tersadar dan tidak marah. Kadang sebagai tanda terima kasihku, aku membaringkannya dan sambil duduk di atas lututnya bertelanjang bulat, aku menyelesaikan nafsunya itu. Aku urut batang kemaluannya perlahan-lahan, dan mengadopsi dari ilmunya si Dody, aku mengoleskan Sari Ayu untuk bahan pelicin. Ejakulasinya kadang-kadang kuat sekali menerpa dada dan perutku. Begitu kuat sampai lututnya kurasakan gemetar dan kejang kurasakan di selangkanganku yang mendudukinya. Secara umum aku masih perawan sampai saat ini (jika ukurannya sudah penetrasi atau belum).
Kejadiannya dengan Dody terjadi di suatu sore hari. Hari itu hari libur dan di kampus ada acara hiking pada hari sebelumnya dan baru selesai pada sekitar jam 3 sore. Pokoknya super lelah deh. Saat itu hujan deras sekali, dan sekalian berbasah-basah aku boncengan sama Pin-pin pulang. Pin-pin hanya mengantarku sampai depan rumah dan langsung pulang. Aku sambil berbasah-basah, aku membuka kunci pintu rumah, langsung ke kamar mandi belakang untuk melepas bajuku yang basah kuyup. Aku lihat Dody sedang tertidur nyenyak di atas karpet di ruang tengah. Sementara itu hujan di luar tampak semakin deras saja.
Aku segera melepas kaosku yang basah kuyup, bra, celana jeans dan celana dalamku. Aku merasakan kulit pinggulku seperti berkerut-kerut kedinginan terkena air hujan, terutama di bagian karet celana dalamku yang membentuk tekstur akibat tergencet dua hari berturut-turut. Perutku rasanya dingin sekali, payudaraku mengeras dan terutama putingnya yang tegak mengacung akibat kedingingan. Aku memakai piyama warna pink muda yang tadi aku sambar dari jemuran dan tanpa mengenakan apa-apa di baliknya aku mengenakannya setelah membilas diri di shower. Guyuran airnya rasanya hangat dibandingkan terpaan air hujan tadi.
Aku keluar dari kamar mandi berpiyama dan memasukkan pakaian kotor tadi di tempat cucian dan bergegas masuk rumah. Dody masih tertidur dengan nyenyak di karpet, TV masih menyala, sementara itu hujan terdengar semakin keras saja disertai angin dan petir. Perutku tiba-tiba terasa begitu lapar, sementara itu badanku rasanya pegal-pegal. Aku ambil roti di atas meja dan memakannya dengan rakus sambil rebahan di sofa. Dody bercelana pendek dan berkaos oblong sedang tertidur nyenyak terdengar dari suara dengkurannya perlahan-lahan. Di celana pendeknya terlihat bongkahan besar buah zakarnya dan samar-samar tercetak sebentuk batang seukuran lem UHU stick ukuran kecil tampak mengarah ke atas agak miring ke kiri. Kaosnya agak terangkat sedikit ke atas sehingga perutnya terlihat samar-samar ditumbuhi bulu-bulu halus.
Aku habiskan setangkup sandwich dan mulai memakan setangkup berikutnya sambil rebahan di sofa panjang di ujung karpet di mana Dody sedang tertidur. TV sedang menayangkan MTV most wanted, VJ-nya Sarah, kemudian ada lagu dari Westlife. Boleh juga boys-band sekarang, mereka keren-keren. Karena lelahnya, aku rebahan di sofa sambil merasakan secara perlahan-lahan tubuhku mulai menghangat meskipun hanya diselimuti piyama tipis itu tanpa apa-apa di baliknya. Aku ambil bantal kecil dan menyelipkannya di antara pahaku dan merasakan hangatnya meresap ke dalam tubuku bagian bawah. Dody membalikkan badannya dan tengkurap dan terus tidur nyenyak.
Maksudku saat itu rebahan sebentar kemudian aku masuk kamar ganti baju dan terus tidur di kamar, eh nggak tahunya tanpa terasa aku benar-benar tertidur di sofa saat itu. Biasa saja sebenarnya aku tertidur di sofa dan bukan kali itu saja. Tapi kali itu karena lelahnya aku tidak sempat berganti piyama, atau setidaknya memakai sesuatu di baliknya. Sehingga aku tidak menyadari saat aku tertidur, sesosok mata sedang menyaksikanku dari jarak yang begitu dekat. Begitu lelahnya aku sehingga tanpa kusadari kain piyamaku tersingkap dan ketika kaki kananku terangkat dan menyandar di sandaran sofa, selangkanganku yang penuh rambut betul-betul terbuka lebar hanya sekian meter saja dari seorang anak muda yang sedang dalam puncak-puncaknya mencari pengetahuan tentang seks.
Sementara aku sendiri sedang bermimpi. Dalam mimpiku aku merasa sedang dituntun Pin-pin sedang menuruni bukit. Tapi saat itu aku merasakan hanya kami berdua saja dan merasakan tiba di suatu padang yang luas dan penuh dengan rumput-rumput yang tinggi dan hijau muda, dengan bunga-bunganya yang indah. Pin-pin mengajakku beristirahat dan kami rebahan sambil memandangi dataran di bawah yang tampak kotak-kotak seperti puzzle. Pin-pin memelukku dan aku merasakan dadanya yang luas dan kuat sedang merengkuhku dengan hangat mengalahkan dinginnya hembusan angin gunung itu.
Kemudian aku merasakan nikmatnya ketika jemari-jemarinya mulai meremas-remas payudaraku, putingku dijepitnya dengan jari tengah dan telunjuk. Aku mulai merengkuh pinggulnya dan menggerakkan tanganku ke selangkangannya dan menemukan bahwa batang kemaluannya itu telah terbuka sehingga aku bisa merasakan tekstur kulit yang seperti berulir oleh urat-urat yang menonjol. Sementara itu aku merasakan tangannya bergerak menyusup di antara pahaku dan tiba-tiba aku merasakan telah telanjang bulat. Jemarinya membelai-belai selangkanganku dan mengucek klitorisku dengan cepat. Aku merasakan gairah yang semakin naik, dan tiba-tiba aku merasakan ada anak-anak kecil berlarian di antara kami. Aku melihat senyuman Pin-pin dan ketika aku meraih wajahnya aku merasakan sesuatu yang hangat mulai masuk perlahan-lahan ke dalam tubuhku melalui selangkanganku.
Gairahku semakin naik seiring dengan masuknya batang kemaluannya itu. Dody meletakkan kedua sikunya di antara dadaku sehingga dadanya menghimpit payudaraku dan tiba-tiba kurasakan sesuatu yang keras menghentak masuk luabang kemaluanku dan aku merasakan sedikit rasa perih tepat ketika sesuatu menggelitik klitorisku. Tampaknya seluruh batangnya telah masuk. Dia mengangkat pahaku dan membukanya lebar-lebar sebelum dia menarik pinggulnya sehingga batangnya tertarik keluar perlahan-lahan. Rasanya mulai terasa nikmat. Aku merangkulkan tanganku ke lehernya dan tiba-tiba dia menghentakkan pinggulnya dengan kuat.
Ketika aku membuka mata aku akan menjerit tapi segera tertutupi sepasang bibir hangat. Tubuhku tergeletak sebagian di sofa, posisiku sedikit miring sehingga pinggulku berada di pinggiran sofa. Piyamaku terbuka lebar sehingga perut dan dadaku terbuka. Sepasang tangan merangkul punggungku dengan kuat di antara piyamaku yang terbuka. Paha kananku terbentang ke sandaran sofa, tertindih pinggul dan perutnya sementara paha kiriku berjuntai ke lantai tertahan sebentuk paha kokoh. Tapi bukan itu yang membuatku menjerit. Sesuatu yang keras dan hangat terasa mengganjal di dalam kemaluanku yang terasa seperti tertusuk-tusuk jarum tapi ada sedikit rasa enak ketika ditarik dan ditusukkan lagi perlahan-lahan.
Kesadaranku masih sedikit melayang antara mimpi dan kenyataan dan ketika mulai sadar penuh aku meronta. Dody menindihku dan sedang bergerak-gerak perlahan menusuk-nusukkan batang kemaluannya ke dalam liang kenikmatanku. Kedua tangannya merengkuh punggungku di antara piyamaku yang terbuka sehingga membuat kedua tanganku berada di antara lehernya. Dadaku terhimpit kuat di bawah dadanya yang telanjang. Pinggulnya terus bergerak-gerak dengan kuat. Aku meronta-ronta sambil menjerit tapi kembali bibirnya menutupi bibirku sehingga jeritanku seperti tertelan suara hujan yang masih saja deras.
Aku menjambak rambutnya dan meronta-rontakan kedua pahaku tapi himpitannya benar-benar kuat. Kedua tangannya mengelus-elus punggungku. Tapi tampaknya tenagaku tak cukup kuat melawan kehendaknya, apalagi kondisiku saat itu begitu lelahnya. Sehingga akhirnya yang terjadi aku menyerah, dan merasakan tubuhnya memompaku dengan cepat dan kuat. Gesekan-gesekan batang kemaluannya betul-betul mengkanvaskanku. Antara rasa nikmat yang kadang-kadang sempat muncul dan rasa perih yang juga bersamaan terasa, membuatku benar-benar di bawah kungkungan nafsunya.
Rasanya lama sekali dia melakukan itu, cukup lama untuk merubah rasa perih yang ada menjadi rasa nikmat yang aneh. Sampai suatu saat Dody melepaskan rangkulannya dan mulai bergerak cepat sekali menggesek-gesekkan batang kemaluannya. Meskipun tubuhku lepas dari kungkungan itu, tapi tubuhku sudah tidak sanggup lagi bereaksi terhadap perbuatannya dan membiarkannya menyelesaikannya.
Beberapa saat kemudian Dody seperti mengejang dan tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang hangat di dalam liang kenikmatanku, sesuatu yang tiba-tiba mengalirkan rasa nyaman yang teramat sangat di tubuhku sebelum aku sadar apa yang terjadi dan bangkit sambil berteriak dan mendorong tubuhnya sehingga menekuk batang kemaluannya yang sedang menusuk-nusuk sangat cepat ke dalam tubuhku.
"Dod.. jangan di dalam..!" Tapi aku terlambat, Dody telah menyuntikkan sejumlah besar sperma ke dalam lubang kemaluanku. Dody berkeringat deras dan masih bergerak-gerak cepat ketika aku meronta dan menyebabkan batang kemaluannya terlepas dari dalam lubang kemaluanku. Aku melihatnya tampak berkilat, kokoh dan mendongak ke atas, kepala pelernya tampak penuh dan berkilat merah tua, ujung masih sempat menyemprotkan cairan spermanya dan jatuh bergerai-gerai di atas rambut kemaluanku, tampak setitik cairan putihnya menetes jatuh ke karpet.
Dengan lemah aku bangkit dan menamparnya keras sekali, dan dengan sisa-sisa tenaga aku berlari masuk ke kamar dan membanting pintunya dengan kuat. Aku menangis sejadi-jadinya di atas ranjang. Kejadian di sore hari itu membuatku tak bisa berpikir sampai berhari-hari. Bayangkan adikku sendiri memperkosaku justru di saat aku mulai menganggapnya berubah. Meskipun aku sendiri tidak menganggapnya sepenuhnya salah. Aku merasa salah juga saat itu mengapa memberikannya peluang, di saat aku betul-betul lengah.]
Setidaknya aku berpikir masih untung dia bukanlah adik kandungku sendiri. Aku bahkan tidak bisa bercerita kepada siapa pun. Tidak kepada Papa dan Mama, apalagi kepada Pin-pin. Salah satu pikiran terberatku, bagaimana kalau aku hamil mengingat begitu banyak spermanya yang masuk ke dalam liang kenikmatanku. Justru bukan di persenggamaannya aku terbebani, malahan kadang-kadang aku masih sering memimpikan apa yang dilakukannya padaku itu. Juga aku bertanya-tanya kenapa tidak ada darah yang keluar, bukankah aku sendiri merasa belum pernah melakukan itu.
Kelegaan aku alami ketika sampai sekian bulan aku tidak pernah telat mendapatkan haid. Tapi sampai berbulan-bulan kemudian aku jarang bertegur sapa dengan Dody, kami seperti dua orang di dua dunia yang berbeda. Dody sibuk dengan urusannya sendiri begitu juga aku. Juga hubunganku dengan Pin-pin jadi agak canggung, kami jadi jarang bercumbu. Aku takut ketahuan Pin-pin bahwa seseorang telah merasakanku sebelumnya. Sekarang Dody telah kuliah di Bandung dan kami jarang-jarang sekali ketemu. Setiap ketemu selalu ada rasa tertentu yang muncul setiap kali dia memandangku. Papa dan Mama selalu bangga pada kami berdua.