Sabtu, 21 Juli 2012

Hilang perawan gara-gara pesta sex

Cerita sex kali ini menceritakan seorang yang bernama Vita yang harus kehilangan keperawananan karena ulah teman sekolahnya yang mengajak pesta sex rame-rame.  Vita tak kuasa menolak ajakan pesta sex tersebut,  nafsu sex yang menggebu dimasa puber  ikut melarutkan dirinya dalam pesta sex tersebut, hingga akhirnya pecah darah perawan harus diterima disaat umurnya masih muda. Berikut ini cerita dewasa selengkapnya.
Perkenalkan namaku Vita, disitus ini aku pengen menceritakan pengalaman seks pertamaku kepada kalian semua.  Pengalaman yang tak pernah kulupakan, keperawananku terenggut saat pesta seks dengan  teman-teman sekolah waktu SMA. Sebelumnya aku akan ceritakan dulu siapa diriku kepada kalian.  Hmm…menurut banyak orang, wajahku cantik sekali dengan kulit putih mulus dan tubuh seksi. Mataku yang sayu sering membuat pria tergila-gila padaku. Aku sendiri tidak GR tapi aku merasa pria banyak yang ingin ngeseks denganku. Aku senang ja karena pada dasarnya aku juga senang ngeseks.
Saya dibesarkan di keluarga yang taat beragama. Dari SD hingga SMP saya disekolahkan di sebuah sekolah berlatar belakang agama. Sebenarnya dari kelas 6 SD, gairah seksual saya tinggi sekali tetapi saya selalu berhasil menekannya dengan membaca buku. Selesai SMP tahun 1989, saya melanjutkan ke SMA negeri di kawasan bulungan, Jakarta Selatan.
Di hari pertama masuk SMA, saya sudah langsung akrab dengan teman-teman baru bernama Vera, Angki dan Nia. Mereka cantik, kaya dan pintar. Dari mereka bertiga, terus terang yang bertubuh paling indah adalah si Vera. Tubuh saya cenderung biasa saja tetapi berbuah dada besar karena dulu saya gemuk, tetapi berkat diet ketat dan olah raga gila-gilaan, saya berhasil menurunkan berat badan tetapi payudaraku tetap saja besar.
Di suatu hari Sabtu, sepulang sekolah kami menginap ke rumah Vera di Pondok Indah. Rumah Vera besar sekali dan punya kolam renang. Di rumah Vera, kami ngerumpi segala macam hal sambil bermalas-malasan di sofa. Di sore hari, kami berempat ganti baju untuk berenang. Di kamar Vera, dengan cueknya Vera, Angki dan Nia telanjang didepanku untuk ganti baju. Saya awalnya agak risih tetapi saya ikut-ikutan cuek. Saya melirik tubuh ketiga teman saya yang langsing. Ku lirik selangkangan mereka dan bulu kemaluan mereka tercukur rapi bahkan Vera mencukur habis bulu kemaluannya. Tiba-tiba si Nia berteriak ke arah saya..
“Gile, jembut Vita lebat banget”
Kontan Vera dan Angki menengok kearah saya. Saya menjadi sedikit malu.
“Dicukur dong Vita, enggak malu tuh sama celana dalam?” kata Angki.
“Gue belum pernah cukur jembut” jawabku.
“Ini ada gunting dan shaver, cukur aja kalau mau” kata Vera.
Saya menerima gunting dan shaver lalu mencukur jembutku di kamar mandi Vera. Angki dan Nia tidak menunggu lebih lama, mereka langsung menceburkan diri ke kolam renang sedangkan Vera menunggui saya. Setelah mencoba memendekkan jembut, Vera masuk ke kamar mandi dan melihat hasil saya.
“Kurang pendek, Vita. Abisin aja” kata Vera.
“Nggak berani, takut lecet” jawabku.
“Sini gue bantuin” kata Vera.
Vera lalu berjongkok di hadapanku. Saya sendiri posisinya duduk di kursi toilet. Vera membuka lebar kaki saya lalu mengoleskan shaving cream ke sekitar vagina. Ada sensasi getaran menyelubungi tubuhku saat jari Vera menyentuh vaginaku. Dengan cepat Vera menyapu shaver ke jembutku dan menggunduli semua rambut-rambut didaerah kelaminku. Tak terasa dalam waktu 5 menit, Vera telah selesai dengan karyanya. Ia mengambil handuk kecil lalu dibasahi dengan air kemudian ia membersihkan sisa-sisa shaving cream dari selangkanganku.
“Bagus kan?” kata Vera.
Saya menengok ke bawah dan melihat vaginaku yang botak seperti bayi. OK juga kerjaannya. Vera lalu jongkok kembali di selangkanganku dan membersihkan sedikit selangkanganku.
“Vita, elo masih perawan ya?” kata Vera.
“Iya, kok tau?”
“Vagina elo rapat banget” kata Vera.
Sekali-kali jari Vera membuka bibir vagina saya. Nafasku mulai memburu menahan getaran dalam tubuhku. Ada apa ini? Tanya saya dalam hati. Vera melirik ke arahku lalu jarinya kembali memainkan vaginaku.
“Ooh, Vera, geli ah”
Vera nyengir nakal tapi jarinya masih mengelus-elus vaginaku. Saya benar-benar menjadi gila rasanya menahan perasaan ini. Tak terasa saya menjambak rambut Vera dan Vera menjadi semakin agresif memainkan jarinya di vaginaku. Dan sekarang ia perlahan mulai menjilat vagina saya.
“Memek kamu wangi”
“Jangan Vera” pinta saya tetapi dalam hati ingin terus dijilat.
Vera menjilat vagina saya. Bibir vagina saya dibuka dan lidahnya menyapu seluruh vagina saya. Klitorisku dihisap dengan keras sehingga nafas saya tersentak-sentak. Saya memejamkan mata menikmati lidah Vera di vaginaku. Tak berapa lama saya merasakan lidah Vera mulai naik kearah perut lalu ke dada. Hatiku berdebar-debar menantikan perbuatan Vera berikutnya.
Dengan lembut tangan Vera membuka BH-ku lalu tangan kanannya mulai meremas payudara kiriku sedangkan payudara kananku dikulum oleh Vera. Inikah yang namanya seks? Tanyaku dalam hati. 18 tahun saya mencoba membayangkan kenikmatan seks dan saya sama sekali tak membayangkan bahwa pengalaman pertamaku akan dengan seorang perempuan. Tetapi nikmatnya luar biasa. Vera mengulum puting payudaraku sementara tangan kanannya sudah kembali turun ke selangkanganku dan memainkan klitorisku. Saya menggeliat-geliat menikmati sensualitas dalam diriku. Tiba-tiba dari luar si Nia memanggil..
“Woi, lama amat di dalam. Mau berenang enggak?”
Vera tersenyum lalu berdiri. Saya tersipu malu kemudian saya bergegas memakai baju berenang dan kami berdua menyusul kedua teman yang sudah berenang.
Di malam hari selesai makan malam, kita berempat nonton TV dikamar Vera. Oiya, orang tua Vera sedang keluar negeri sedangkan kakak Vera lagi keluar kota karenanya rumah Vera kosong. Setelah bosan menonton TV, kami menggosipkan orang-orang di sekolah. Pembicaraan kami ngalor-ngidul hingga Vera membuat topik baru dengan siapa kita mau bersetubuh di sekolah. Angki dan Nia sudah tidak perawan sejak SMP. Mereka berdua menceritakan pengalaman seks mereka dan Vera juga menceritakan pengalaman seksnya, saya hanya mendengarkan kisah-kisah mereka.
“Kalau gue, gue horny liat si Ari anak kelas I-6″ kata Nia.
“Iya sama dong, tetapi gue liat horny liat si Marcel. Kayaknya kontolnya gede deh” kata Angky.
“Terus terang ya, gue dari dulu horny banget liat si Alex. Sering banget gue bayangin kontol dia muat enggak di vagina gue. Sorry ya Vera, gue kan tau Alex cowok elo” kata saya sambil tersenyum.
“Hahaha, nggak apa-apa lagi. Banyak kok yang horny liat dia. Si Angky dan Nia juga horny” kata Vera. Kami berempat lalu tertawa bersama-sama.
Di hari Senin setelah pulang sekolah, Vera menarik tangan saya.
“Eh Vita, beneran nih elo sering mikirin Alex?”
“Iya sih, kenapa? Nggak apa-apa kan gue ngomong gitu?” tanya saya.
“Nggak apa-apa kok. Gue orangnya nyantai aja” kata Vera.
“Pernah kepikiran enggak mau ML?” Vera kembali bertanya.
“Hah? Dengan siapa?” tanya saya terheran-heran.
“Dengan Alex. Semalam gue cerita ke Alex dan Alex mau aja ML dengan kamu”
“Ah gila loe Vera” jawab saya.
“Mau enggak?” desak Vera.
“Terus kamu sendiri gimana?” tanya saya dengan heran.
“Saya sih cuek aja. Kalo bisa bikin teman senang, kenapa enggak?” kata Vera.
“Ya boleh aja deh” kata saya dengan deg-degan.
“Mau sekarang di rumahku?” kata Vera.
“Boleh”
Saya naik mobil Vera dan kami berdua langsung meluncur ke Pondok Indah. Setiba di sana, saya mandi di kamar mandi karena panas sekali. Sambil mandi, perasaan saya antara tegang, senang, merinding. Semua bercampur aduk. Selesai mandi, saya keluar kamar mandi mengenakan BH dan celana dalam. Saya pikir tidak ada orang di kamar. Saya duduk di meja rias sambil menyisir rambutku yang panjang. Tiba-tiba saya kaget karena Vera dan Alex muncul dari balkon kamar Vera. Rupanya mereka berdua sedang menunggu saya sambil mengobrol di balkon.
“Halo Vita” kata Alex sambil tersenyum.
Saya membalas tersenyum lalu berdiri. Alex memperhatikan tubuhku yang hanya ditutupi BH dan celana dalam. Tubuh Alex sendiri tinggi dan tegap. Alex masih campuran Belanda Menado sehingga terlihat sangat tampan.
“Hayo, langsung aja. Jangan grogi” kata Vera bagaikan germo.
Alex lalu menghampiriku kemudian ia mencium bibirku. Inilah pertama kali saya dicium di bibir. Perasaan hangat dan getaran menyelimuti seluruh tubuhku. Saya membalas ciuman Alex dan kita berciuman saling berangkulan. Saya melirik ke Vera dan saya melihat Vera sedang mengganti baju seragamnya ke daster. Alex mulai meremas-remas payudaraku yang berukuran 34C.
Saya membuka BH-ku sehingga Alex dengan mudah dapat meremas seluruh payudara. Tangan kirinya diselipkan kedalam celana dalamku lalu vaginaku yang tidak ditutupi sehelai rambut mulai ia usap dengan perlahan. Saya menggelinjang merasakan jari jemari Alex di selangkanganku. Alex lalu mengangkat tubuhku dan dibaringkan ke tempat tidur.
Alex membuka baju seragam SMA-nya sampai ia telanjang bulat di hadapanku. Mulut saya terbuka lebar melihat kontol Alex yang besar. Selama ini saya membayangkan kontol Alex dan sekarang saya melihat dengan mata kapala sendiri kontol Alex yang berdiri tegak di depan mukaku. Alex menyodorkan kontolnya ke muka saya. Saya langsung menyambutnya dan mulai mengulum kontolnya. Rasanya tidak mungkin muat seluruh kontolnya dalam mulutku tetapi saya mencoba sebisaku menghisap seluruh batang kontol itu.
Saya merasakan tangan Alex kembali memainkan vaginaku. Gairah saya mulai memuncak dan hisapanku semakin kencang. Saya melirik Alex dan kulihat ia memejamkan matanya menikmati kontolnya dihisap. Saya melirik ke Vera dan Vera ternyata tidak mengenakan baju sama sekali dan ia sudah duduk di tempat tidur. Alex lalu membalikkan tubuhku sehingga saya dalam posisi menungging.
Saya agak bingung karena melihat Vera bersimpuh dibelakang saya. Ah ternyata Vera kembali menjilat vagina saya. Nafas saya memburu dengan keras menikmati jilatan Vera di kemaluan saya. Di sebelah kanan saya ada sebuah kaca besar dipaku ke dinding. Saya melirik ke arah kaca itu dan saya melihat si Alex yang sedang menyetubuhi Vera dalam posisi doggy style sedangkan Vera sendiri dalam keadaan disetubuhi sedang menikmati vaginaku.
Wah ini pertama kali saya melihat ini. Saya melihat wajah Alex yang ganteng sedang sibuk ngentot dengan Vera. Gairah wajah Alex membuat saya semakin horny. Sekali-kali lidah Vera menjilat anus saya dan kepalanya terbentur-bentur ke pantat saya karena tekanan dari tubuh Alex ke tubuh Vera. Tidak berapa lama, Alex menjerit dengan keras sedangkan Vera tubuhnya mengejang. Saya melihat kontol Alex dikeluarkan dari vagina Vera. Air maninya tumpah ke pinggir tempat tidur.
Alex terlihat terengah-engah tetapi matanya langsung tertuju ke vagina saya. Bagaikan sapi yang akan dipotong, Alex dengan mata liar mendorong Vera ke samping lalu ia menghampiri diriku. Alex mengarahkan kontolnya yang masih berdiri ke vaginaku. Saya sudah sering mendengar pertama kali seks akan sakit dan saya mulai merasakannya. Saya memejamkan mata dengan erat merasakan kontol Alex masuk ke vaginaku. Saya menjerit menahan perih saat kontol Alex yang besar mencoba memasuki vaginaku yang masih sempit. Vera meremas lenganku untuk membantu menahan sakit.
“Aduh, tunggu dong, sakit nih” keluh saya.
Alex mengeluarkan sebentar kontolnya kemudian kembali ia masukkan ke vaginaku. Kali ini rasa sakitnya perlahan-lahan menghilang dan mulai berganti kerasa nikmat. Oh ini yang namanya kenikmatan surgawi pikir saya dalam hati. Kontol Alex terasa seperti memenuhi seluruh vaginaku. Dalam posisi nungging, saya merasakan energi Alex yang sangat besar. Saya mencoba mengimbangi gerakan tubuh Alex sambil menggerakkan tubuhku maju mundur tetapi Alex menampar pantatku.
“Kamu diam aja, enggak usah bergerak” katanya dengan galak.
“Jangan galak-galak dong, takut nih Vita” kata Vera sambil tertawa. Saya ikut tertawa.
Vera berbaring di sebelahku kemudian ia mendekatkan wajahnya ke diriku lalu ia mencium bibirku! Wah, bertubi-tubi perasaan menyerang diriku. Saya benar-benar merasakan semua perasaan seks dengan pria dan wanita dalam satu hari. Awalnya saya membiarkan Vera menjilat bibirku tetapi lama kelamaan saya mulai membuka mulutku dan lidah kami saling beradu.
Saya merasakan tangan Alex yang kekar meremas-remas payudaraku sedangkan tangan Vera membelai rambutku. Saya tak ingin ketinggalan, saya mulai ikut meremas payudara Vera yang saya taksir berukuran 32C. Kurang lebih lima menit kita bertiga saling memberi kenikmatan duniawi sampai Alex mencapai puncak dan ia ejakulasi. Saya sendiri merasa rasanya sudah orgasme kurang lebih 4 kali. Alex mengeluarkan kontolnya dari vaginaku dan Vera langsung menghisap kontolnya dan menelan semua air mani dari kontol Alex.
Saya melihat Alex meraih kantong celananya dan mengambil sesuatu seperti obat. Ia menelan obat itu dengan segelas air di meja rias Vera. Saya melihat kontol Alex yang masih berdiri tegak. Dalam hati saya bertanya-tanya bukankah setiap kali pria ejakulasi pasti kontolnya akan lemas? Kenapa Alex tidak lemas-lemas? Belakangan saya tau ternyata Alex memakan semacam obat yang dapat membuat kontolnya terus tegang.
Setelah minum obat, Alex menyuruh Vera berbaring ditepi tempat tidur lalu Alex kembali ngentot dengan Vera dalam posisi missionary. Vera memanggil saya lalu saya diminta berbaring diatas tubuh Vera. Dengan terheran-heran saya ikuti kemauan Vera.
Saya menindih tubuh Vera tetapi karena kaki Vera sedang ngangkang karena dalam posisi ngentot, terpaksa kaki saya bersimpuh disebelah kiri dan kanan Vera. Saya langsung mencium Vera dan Vera melingkarkan lengannya ke tubuhku dan kami berdua berciuman dengan mesra. Saya merasakan tangan Alex menggerayangi seluruh pantatku. Ia membuka belahan pantatku dan saya merasakan jarinya memainkan anusku.
Saya menggumam saat jarinya mencoba disodok ke anusku tetapi Alex tidak melanjutkan. Beberapa menit kemudian, Vera menjerit dengan keras. Tubuhnya mengejang saat air mani Alex kembali tumpah dalam vaginanya. Saya mencoba turun dari pelukan Vera tetapi Vera memeluk tubuhku dengan keras sehingga saya tidak bisa bergerak. Tak disangka, Alex kembali menyodorkan kontolnya ke vaginaku. Saya yang dalam posisi nungging di atas tubuh Vera tidak bisa menolak menerima kontol Alex.
Alex kembali memompakan kontolnya dalam vaginaku. Saya sebenarnya rasanya sudah lemas dan akhirnya saya pasrah saja disetubuhi Alex dengan liar. Tetapi dalam hatiku saya senang sekali dientotin. Berkali-kali kontol Alex keluar masuk dalam vaginaku sedangkan Vera terus menerus mencium bibirku. Kali ini saya rasa tidak sampai 3 menit Alex ngentot dengan saya karena saya merasakan cairan hangat dari kontol Alex memenuhi vaginaku dan Alex berseru dengan keras merasakan kenikmatan yang ia peroleh. Saya sendiri melenguh dengan keras. Seluruh otot vaginaku rasanya seperti mengejang. Saya cengkeram tubuh Vera dengan keras menikmati sensual dalam diriku.
Alex lalu dalam keadaan lunglai membaringkan dirinya ke tempat tidur. Vera menyambutnya sambil mencium bibirnya. Mereka berdua saling berciuman. Saya berbaring disebelah kiri Alex sedangkan Vera disebelah kanannya. Kita bertiga tertidur sampai jam 5 sore. Setelah itu saya diantar pulang oleh Vera.
****
Itu adalah pengalaman seksku yang sangat berkesan. Bertahun-tahun kemudian saya sering horny tetapi saya harus memendam perasaan itu karena belum tahu cara melampiaskannya. Dan sekarang saya merasa senang sekali karena akhirnya bisa merasakan kenikmatan bersetubuh baik dengan pria maupun wanita. Masing-masing ternyata mempunyai kenikmatan tersendiri.

Perkosaan Gadis SMA Perawan

Hari telah senja awan mendung pun mulai menyelimuti kota metropolitan ini membuat suasana semakin gelap, di saat itu di sebuah SMU Negeri terkenal di kota itu nampak gadis-gadis membubarkan diri dari sebuah ruang aula olahraga. Mereka mengakhiri latihan rutin paduan suaranya.
Tawa dan canda khas gadis-gadis SMU mengiringi mereka bubar, satu demi satu mereka keluar dari halaman sekolah yang telah gelap itu. Sementara itu suara gunturpun terdengar pertanda hujan akan segera turun. Ada yang dijemput oleh orangtuanya, adapula yang membawa mobil pribadi, dan ada juga yang menggunakan angkutan umum.
Aku sangatlah hafal dengan aktifitas anak-anak SMU ini, karena memang sudah hampir sebulan ini aku bekerja sebagai tukang cat disekolah ini. Usiaku memang sudah tidak muda lagi, saat ini aku berusia 48 tahun. Aku adalah seorang duda, istriku sudah lama minggat meninggalkanku setelah mengetahui aku tengah melakukan hubungan intim dengan keponakannya. Reputasiku sebenarnya lebih banyak didunia hitam, dulu aku dikenal sebagai seorang germo yang aku sambi dengan berdagang ganja. Namun beberapa bulan yang lalu semua para wanita yang aku jajakan terkena razia dan kemudian bisnis ganjaku hancur setelah kurir yang biasa membawa ganja ditembak mati oleh aparat.
Di sekolah ini aku tidaklah sendirian aku masuk bekerja dengan sahabatku yang bernama Charles yang seorang residivis kambuhan. Usianya tidak begitu jauh denganku yaitu 46 th, perawakannya tinggi besar rambutnya panjang dan kumal. Kami berdua sengaja hidup berpindah-pindah tempat. Kami bukanlah pekerja tetap di sekolah ini, kami hanya mendapat order untuk mengerjakan pengecatan kusen-kusen pintu-pintu kelas di sekolah ini.
Kami tidak dibayar mahal namun kami memiliki kebebasan untuk tinggal dilingkungan sekolah ini. Maklumlah kami adalah perantau yang hidup nomaden. Di antara gadis-gadis tadi, ada salah seorang yang paling menonjol. Aku sangatlah hafal dengannya. Karena memang dia cantik, lincah dan aktif dalam kegiatan sekolah, sehingga akupun sering melihat dia mondar-mandir di sekolahan ini.
Adinda Wulandari namanya. Postur tubuhnya mungil, wajahnya cantik dan imut-imut, kulitnya putih bersih serta wangi selalu, rambutnya ikal panjang sebahu dan selalu diikat model ekor kuda. Penampilannyapun modis sekali, seragam sekolah yang dikenakannya selalu berukuran ketat, rok seragam abu-abunya berpotongan sejengkal di atas lutut sehingga pahanya yang putih mulus itu terlihat, ukuran roknyapun ketat sekali membuat pantatnya yang sekal itu terlihat menonjol, sampai-sampai garis celana dalamnya pun terlihat jelas melintang menghiasi lekuk pantatnya, tak lupa kaos kaki putih selalu menutupi betisnya yang putih mulus itu.
Tidak bisa kupungkiri lagi aku tengah jatuh cinta kepadanya. Namun perasaan cintaku kepada Adinda lebih didominasi oleh nafsu sex semata. Gairahku memuncak apabila aku memandanginya atau berpapasan dengannya disaat aku tengah bekerja di sekolah ini. Ingin aku segera meyetubuhinya. Banyak sudah pelacur-pelacur kunikmati akan tetapi belum pernah aku menikmati gadis perawan muda yang cantik dan sexy seperti Adinda ini. Aku ingin mendapatkan kepuasan itu bersama dengan Adinda.
Informasi demi informasi kukumpulkan dari orang-orang disekolah itu, dari penjaga sekolah, dari tukang parkir, dari karyawan sekoah. Dari merekalah aku mengetahui nama gadis itu. Dan dari orang-orang itupun aku tahu bahwa Adinda adalah seorang siswi yang duduk di kelas 2, umurnya baru 16 tahun. Beberapa saat yang lalu dia merayakan hari ulang tahunnya yang ke-16 di kantin sekolah ini bersama teman-temannya sekelas. Diapun termasuk siswi yang berprestasi, aktif dalam kegiatan paduan suara dan paskibra di sekolah ini. Dan yang informasi terakhir yang kudapat bahwa dia ternyata adalah salah seorang finalis foto model yang diselenggarakan oleh sebuah majalah khusus untuk remaja putri terkenal di Negeri ini dan bulan depan dia akan mengikuti seleksi tahap akhir.
Kini disaat sekolah telah sepi salah satu dari gadis-gadis anggota paduan suara tadi itu tengah merintih-rintih dihadapanku. Dia adalah gadis yang terakhir kalinya masih tersisa di dalam sekolah ini, yang sedang asyik bercanda ria dengan temannya melalui HP-nya, semetara yang lainnya telah meninggalkan halaman sekolah. Beberapa menit yang lalu melalui sebuah pergulatan yang tidak seimbang aku telah berhasil meringkusnya dengan mudah, kedua tangannya kuikat dengan kencang kebelakang tubuhnya, dan mulutnya kusumpal dengan kain gombal. Setelah itu kuseret tubuhnya ke bangsal olahraga yang berada di bagian belakang bangunan sekolah ini.
Tidak salah salah lagi gadis itu adalah Adinda, gadis cantik sang primadona sekolah ini yang telah lama kuincar. Aku sangat hafal dengan kebiasaannya yaitu menunggu jemputan supir orang tuanya di kala selesai latihan sore dan sang supir selalu terlambat datang setengah jam dari jam bubaran latihan. Sehingga dia paling akhir meninggalkan halaman sekolah. Kini dia meringkuk dihadapanku, dengan tangisannya yang teredam oleh kain gombal yang kusumpal di mulutnya.
Sepertinya dia memohon-mohon sesuatu padaku tetapi apa peduliku, air matanya nampak mengalir deras membasahi wajahnya yang cantik itu. Sesekali nampak dia meronta-ronta mencoba melepaskan ikatan tali tambang yang mengikat erat di kedua tangannya, namun sia-sia saja, aku telah mengikat erat dengan berbagai simpul.
Posisinya kini bersujud di hadapanku, tangisannya kian lama kian memilukan, aku menyadari sepenuhnya bahwa dia kini tengah berada dalam rasa keputusasaan dan ketakutan yang teramat sangat di dalam dirinya. Kunyalakan sebatang rokok dan kunikmati isapan demi isapan rokok sambil kutatap tajam dan kupandangi tubuh gadis cantik itu, indah nian tubuhnya, kulitnya putih bersih, pantatnya sekal berisi.
Kunikmati rintihan dan tangis gadis cantik yang tengah dilanda ketakutan itu, bagai seseorang yang tengah menikmati alunan musik di dalam ruangan sepi. Suara tangisnya yang teredam itu memecahkan kesunyian bangsal olahraga di sekolah yang tua ini. Sesekali dia meronta-ronta mencoba melepaskan tali ikatan yang mengikat kedua tangannya itu.
Lama kelamaan kulihat badannya mulai melemah, isak tangisnya tidak lagi sekeras tadi dan sekarang dia sudah tidak lagi meronta-ronta mungkin tenaganya telah habis setelah sekian lamanya menagis meraung-raung dengan mulutnya yang telah tersumbat. Sepertinya di dalam hatinya dia menyesali, kenapa Heru supirnya selalu terlambat menjemputnya, kenapa tadi tidak menumpang Desy sahabat karibnya yang tadi mengajaknya pulang bareng, kenapa tadi tidak langsung keluar dari lingkungan sekolah di saat latihan usai, kenapa malah asyik melalui HP bercanda ria dengan Fifi sahabatnya. Yah, semua terlambat untuk disesali pikirnya, dan saat ini sesuatu yang mengerikan akan terjadi pada dirinya.
“Beres Yon.., pintu pagar depan sudah gue tutup dan gembok”, terdengar suara dari seseorang yang tengah memasuki bangsal.
Ternyata Charles dengan langkah agak gontai dia menutup pintu bangsal yang mulai gelap ini.
“OK.. Sip, gue udah beresin nih anak, tinggal kita pake aja..”, ujarku kepada Charles sambil tersenyum.
Kebetulan malam ini Pak Parijan sang penjaga sekolah beserta keluarganya yang tinggal di dalam lingkungan sekolah ini yaitu sedang pulang kampung, baru besok lusa mereka kembali ke sekolah ini. Mereka langsung mempercayakan kepada kami untuk menjaga sekolah ini selama mereka pergi.
Maka tinggallah kami berdua bersama dengan Adinda yang masih berada di dalam sekolah ini. Pintu gerbang sekolah telah kami rantai dan kami gembok sehingga orang-orang menyangka pastilah sudah tidak ada aktifitas atau orang lagi di dalam gedung ini. Pak Heru sang supir yang menjemput Adinda pastilah berpikiran bahwa Adinda telah pulang, setelah melihat keadaan sekolah itu.
Kupandang lagi tubuh Adinda yang lunglai itu, badannya bergetar karena rasa takutannya yang teramat sangat di dalam dirinya. Hujanpun mulai turun, ruangan di dalam bangsal semakin gelap gulita angin dinginpun bertiup masuk ke dalam bangsal itu, Charles menyalakan satu buah lampu TL yang persis diatas kami, sehingga cukup menerangi bagian disekitar kami saja. Kuhisap dalam-dalam rokokku dan setelah itu kumatikan. Mulailah kubuka bajuku satu per satu, hingga akhirnya aku telanjang bulat. Batang kemaluanku telah lama berereksi semenjak meringkus Adinda di teras sekolah tadi.
“Gue dulu ya..”, ujarku ke Charles.
“Ok boss..”, balas Charles sambil kemudian berjalan meninggalkan aku keluar bangsal.
Kudekati tubuh Adinda yang tergolek dilantai, kuraba-raba punggung gadis itu, kurasakan detak jantungnya yang berdebar keras, kemudian tanganku turun hingga bagian pantatnya yang sekal itu, kuusap-usap pantatnya dengan lembut, kurasakan kenyal dan empuknya pantat itu sambil sesekali kutepok-tepok. Badan Adinda kembali kurasakan bergetar, tangisnya kembali terdengar, sepertinya dia kembali memohon sesuatu, akan tetapi karena mulutnya masih tersumbat suaranyapun tidak jelas dan aku tidak memperdulikannya.
Dari daerah pantat tanganku turun ke bawah ke daerah lututnya dan kemudian menyelinap masuk ke dalam roknya serta naik ke atas ke bagian pahanya. Kurasakan lembut dan mulus sekali paha Adinda ini, kuusap-usap terus menuju keatas hingga kebagian pangkal pahanya yang masih ditutupi oleh celana dalam.
Karena sudah tidak tahan lagi, kemudian aku posisikan tubuh Adinda kembali bersujud, dengan kepala menempel dilantai, dengan kedua tangannya masih terikat kebelakang. Aku singkapkan rok seragam abu-abu SMU-nya sampai sepinggang.
“Waw indah nian.. Gadis ini” gunamku sambil melototi paha dan pantat sekal gadis ini.
Kemudian aku lucuti celana dalamnya yang berwarna putih itu, terlihatlah dua gundukan pantat sekal gadis ini yang putih bersih. Sementara Adinda terus menangis kini aku memposisikan diriku berlutut menghadap ke pantat gadis itu, kurentangkan kedua kakinya melebar sedikit. Dengan jari tengahku, aku coba meraba-raba selangkangan gadis ini. Disaat jari tengahku menempel pada bagian tubuhnya yang paling pribadi itu, tiba-tiba tubuh gadis ini mengejang. Mungkin saat ini pertama kali kemaluannya disentuh oleh tangan seorang lelaki.
Di saat kudapatkan bibir kemaluannya kemudian dengan jariku itu, aku korek-korek lobang kemaluannya. Dengan maksud agar keluar sedikit cairan kewanitaannya dari lobang kemaluannya itu. Tubuhnya seketika itu menggeliat-geliat disaat kukorek-korek lobang kemaluannya, suara desahan-desahanpun terdengar dari mulut Adinda, tidak lama kemudian kemaluannya mulai basah oleh cairan lendir yang dikeluarkan dari lobang vaginanya.
Setelah itu dengan segera kucabut jari tengahku dan kubimbing batang kemaluanku denga tangan kiriku kearah bibir vagina Adinda. Pertama yang aku pakai adalah gaya anjing, ini adalah gaya favoritku. Dan..
“Hmmpphh..”, terdengar rintihan dari mulut Adinda disaat kulesakkan batang kemaluanku kebibir vaginanya.
Dengan sekuat tenaga aku mulai mendorong-dorong batang kemaluanku masuk kelobang kemaluannya. Rasanya sangat seret sekali, karena sempitnya lobang kemaluan gadis perawan ini. Aku berusaha terus melesakkan batang kemaluanku kelobang kemaluannya dengan dibantu oleh kedua tanganku yang mencengkram erat pinggulnya.
Kulihat badan Adinda mengejang, kepala mendongak keatas dan sesekali menggeliat-geliat. Aku tahu saat ini dia tengah merasakan sakit dan pedih yang tiada taranya. Keringat terus mengucur deras membasahi baju seragam sekolahnya, namun harum wangi parfumnya masih terus tercium, membuat segarnya aroma Adinda saat itu, rintihan-rintihan terdengar dari mulutnya yang masih tersumpal itu.
Dan akhirnya setelah sekian lamanya aku terus melesakkan batang kemaluanku, kini bobol sudah lobang kemaluan Adinda. Aku telah berhasil menanamkan seluruh batang kemaluanku ke dalam lobang vaginanya. Kurasakan kehangatan di sekujur batang kemaluanku, dinding vagina Adinda terasa berdenyut-denyut seperti mengurut-urut batang kemaluanku.
Sejenak kudiamkan batang kemaluanku tertanam di dalam lobang vaginanya, kunikmati denyutan-demi denyutan dinding vagina Adinda yang mencengkram erat batang kemaluanku. Selanjutnya kurasakan seperti ada cairan mengucur mengalir membasahi batang kemaluanku dan kemudian meluber keluar menetes-netes. Ah.. Ternyata itu darah, berarti aku telah merenggut keperawanan dari gadis cantik ini.
Sementara itu kepala Adinda kembali tertunduk di lantai, desah nafasnya terdengar keras, badannya melemas. Setelah itu, aku mulai memompakan kemaluanku di dalam lobang vaginanya. Kedua tanganku yang mencengkram erat pinggulnya juga membantu memajumundurkan tubuhnya. Badan Adinda kembali tegang, rintihan kembali terdengar. Semakin lama aku semakin mempercepat gerakanku, hingga tubuh Adinda tersodok-sodok dengan cepat sesekali, badannya juga menggeliat-geliat.
Raut mukanya meringis-ringis akibat rasa sakit di selangkangannya. Hujanpun mulai turun dengan deras dan aku ingin menikmati rintihan-rintihan dari gadis ini. Sementara aku terus menyodok-nyodok dari belakang, aku putuskan untuk membuka gombal yang sedari tadi membekap mulutnya.
Dan, “Aakk.. Akkhh.. Oohh.. Ooh.. Iihh.. Oohh..”, suara erangan Adinda kini terdengar, kunikmati suara-suara itu sebagai penghantar diriku yang tengah menyetubuhi gadis ini.
Suaranya menggema di seluruh bangsal olahraga ini, namun masih tertelan oleh suara derasnya hujan diluar. Adinda semakin terlihat kepayahan, tubuhnya melemah namun aku masih terus menggenjotnya, gerakanku semakin cepat.
Bosan dengan posisi itu aku cabut kemaluanku dari lobang vaginanya dan kulihat darah berceceran membasahi selangkangannya dan kemaluanku. Sejenak Adinda mendesahkan nafas lega, kubalik tubuhnya, dan kini posisi dia telentang. Setelah itu kurentangkan kedua kakinya dan kulipat hingga kedua pahanya menyentuh dadanya. Kulihat jelas kemaluan gadis ini, indah sekali. Bulu-bulunya yang masih jarang-jarang itu tumbuh menghias di sekitar bibir kemaluannya.
“Ohh.. Jangann Bang.. Ampun.. Bang.. Oohh.. Sakitt sekali.. Bang”, terdengar Adinda merintih pelan memohon belas kasihan kepadaku.
Dengan menyeringai aku tindih tubuh Adinda itu. Kembali aku benamkan batang kemaluanku di dalam lobang vaginanya.
“Aakkhh..”, Adinda terpekik matanya terpejam, roman mukanya kembali meringis kesakitan dikala aku menanamkan batang kemaluanku ke dalam lobang kemaluannya.
Setelah itu aku kembali memompakan tubuhku, menggenjot tubuh Adinda. Batang kemaluanku dengan gaharnya mengaduk aduk, menyodok-nyodok lobang kemaluannya. Tubuh Adinda kembali tersodok-sodok. Sesekali kuputar-putar pinggulku, yang membuat tubuh Adinda kembali kelojotan, dari bibir Adinda terdengar desahan-desahan halus
“Ohh.. Enngghh.. Oohh.. Ohh.. Oohh..”.
Setelah sekian menit lamanya aku menyetubuhinya, aku merasakan diriku akan berejakulasi. Segera kupeluk kepalanya dan kucengkram erat dengan kedua tanganku setelah itu irama gerakanku kupercepat.
“Aakkhh..” akupun mengejan, tubuhku mengeras. Croot.. Croott.. Croott.. Akupun berejakulasi, kusemprotkan spermaku di dalam rahimnya. Banyak sekali sperma yang kukeluarkan menyemprot membasahi liang vaginanya hingga meluber keluar meleleh membasahi pahanya.
Kulihat raut muka Adinda saat itu nampak panik, sinar matanya menunjukkan kekalahan dan kepedihan. Dengan tatapan sayu dia memandangiku disaat aku mengejan menyemprotkan spermaku yang terakhir. Ahh nikmat sekali gadis ini, baru kali ini aku merengut keperawanan seorang gadis kota yang cantik.
Setelah itu akupun merebahkan tubuhku menindih tubuhnya yang lemah, sambil mengatur nafasku. Tubuhku berguncang-guncang akibat dari isakan-isakan tangisnya serta nafasnya yang tersengal-sengal, sementara itu kemaluanku kubiarkan tertanam di dalam lobang kemaluannya.
Kubelai-belai rambutnya, kukecup-kecup pipi dan bibirnya. Terasa lembut sekali bibirnya, kumainkan lidahku di dalam mulutnya, sejenak aku bercumbu mesra dengan Adinda. Dia hanya terisak-isak dengan nafas yang terus tersengal-sengal. Akhirnya kusudahi permainanku ini, aku bangkit sambil mencabut kemaluanku.
“Ouugghh..”, Adinda merintih panjang saat kutarik kemaluanku keluar dari lobang vaginanya.
Kulihat diselangkangannya telah penuh dengan cairan-cairan kental dan darah penuh membasahi bulu-bulu kemaluannya. Tak kusadari Charles ternyata telah berdiri didekatku, dan rupanya dia telah telanjang bulat menunggu gilirannya, badannya yang kekar dan tinggi itu nampak semakin sangar dengan banyaknya gambar-gambar tattoo yang menghiasi sekujur dada dan lengannya. Dengan rasa toleran sebagai seorang sahabat, akupun menyingkir dari tubuh Adinda yang tergolek lemas dilantai. Aku ambil jarak beberapa meter dari tubuh Adinda kemudian aku kembali merebahkan tubuhku. Dengan tiduran terlentang dilantai aku menggali kembali rasa nikmatku setelah melampiaskan nafsuku ke Adinda tadi.
Sedang asyik-asyiknya aku istirahat, terdengar olehku bunyi sesuatu, “Srett.. Sreett.. Sreett.. Brett..” diikuti oleh isak tangis Adinda yang terdengar kembali.
Setelah kuperhatikan, oh ternyata Charles dengan sebuah pisau cutter ditangannya tengah sibuk merobek-robek baju seragam Adinda. Dengan kasarnya Charles mencabik-cabik baju seragam putih Adinda, termasuk BH putih yang dikenalkannya. Dan akhirnya kini badan Adinda telah telanjang, kedua buah payudaranya yang tidak begitu besar kini terpampang jelas. Termasuk juga rok abu-abu yang melilit di pinggangnya setelah kusingkap tadi dirobek-robeknya, haya sepasang kaos kaki putih setinggi betisnya serta sepatu kets masih dikenakannya.
“Ouuhh.. Ammpuunn.. Bang.. Ampun..”, suara Adinda terdengar lirih memohon-mohon ampun ke Charles yang sepertinya tengah kalap kemasukan setan itu.
Setelah itu dengan gombal yang tadi menyumpal mulut Adinda, Charles membersihkan daerah selangkangan Adinda. Dengan sedikit kasar Charles mengusap-usap selangkangan Adinda sampai-sampai tubuh Adinda menggeliat-geliat. Akupun kembali merebahkan tubuhku, mengatur nafasku serta kunyalakan sebatang rokok sebagai penghantar istirahatku.
Sementara itu hujan diluar mulai reda, namun angin dingin terus berhembus masuk ke dalam bangsal tempat pembantaian Adinda ini. Tiba-tiba semenit kemudian di kala aku sedang rebahan dan asyik-asyiknya menikmati rokokku. Terdengar olehku jerit Adinda yang memilukan
“Aaakkhh..”.
Akupun terbangun, kulihat dari asal suara itu. Ternyata Charles tengah menyodomi Adinda. Posisi Adinda kembali bersujud dengan kepala yang mendongak keatas, bola matanya terbelalak, wajahnya cantiknya terlihat miris sekali, mulutnya menganga membentuk huruf “O” dan Charles berada dibelakangnya tengah asyik menanamkan batang kemaluannya yang besar itu ke dalam lobang anus Adinda.
“Aakkhh..” Charlespun mendesah lepas tatkala dia berhasil menanamkan batang kemaluannya dilobang anus Adinda.
Setelah itu lubang anus Adinda dihujani sodokan-sodokan batang kemaluan Charles, Charles melakukannya dengan gerakan yang cepat dan kasar sampai-sampai tubuh Adinda terdorong-dorong dan tersodok-sodok dengan keras. Tidak ada suara rintihan lagi yang keluar dari mulut Adinda mungkin karena suara tertahan ditenggorokannya karena menahan rasa sakit yang dideritanya, akan tetapi badannya masih kaku menegang, raut mukanya kini meringis-ringis, mulutnya masih saja menganga terbuka.
Rasa sakit dan pedih kembali melanda dirinya yang tengah disodomi oleh Charles. Melihat ini aku kebali terangsang, nafsu birahiku kembali memuncak. Aku bangkit dari rebahanku mendekati mereka berdua. Kemaluanku kembali ereksi melihat keadaan Adinda yang tengah menderita. Kuamati wajahnya dari dekat dan dia masih terlihat cantik, keringatpun mengucur deras membasahi wajah cantiknya.
Aku dengan posisi berlutut berada didepan wajah Adinda, yang masih mendongak kesakitan itu, sementara itu seluruh badannya terus tersodok-sodok karena ulah Charles yang menggenjotnya dari belakang. Kini aku dan Charles berhadap-hadapan sementara Adinda berada ditengah-tengah kami. Charlespun menghentikan sejenak genjotannya untuk memberikan kesempatan padaku memposisikan diri. Kuraih batang kemaluanku yang telah berdiri tegak, dan kujejalkan kemulut Adinda yang masih menganga itu.
Ah, rasa dingin dan basah menyelimuti sekujur batang kemaluanku tatkala masuk di dalam rongga mulut Adinda. Nikmat rasanya, juga kurasakan kelembutan mulut dan bibirnya di sekujur batang kemaluanku. Setelah itu kembali Charles menggenjot tubuh Adinda dari belakang. Kulirik mata Adinda menjadi sayu, nafasnya tersengal-sengal, aku hanya berdiri santai saja, karena tubuh Adinda yang bergerak-gerak maju mundur sebagai akibat sodokan-sodokan Charles yang tengah mulai menyodominya kembali dari belakang. Kubelai-belai rambutnya yang indah, sambil kutatap wajah dan badannya.
“Ahh.. Ahh.. Ah..”, nikmat sekali rasanya mulut gadis ini, sambil memejamkan mata dan menikmati rokok aku terus merasakan kenikmatan di sekujur batang kemaluanku yang tengah dikulum keluar masuk mulut Adinda.
Tidak lama kemudian Charles semakin cepat menggenjot, memompa lobang anus Adinda, badannya semakin banyak mengeluarkan keringat, kulihat dia sepertinya akan berejakulasi. Benar saja, tubuhnya nampak menggelinjang dan dan menegang, dari mulut Charles keluar pekikan kecil yang disusul oleh desahan yang penuh dengan kepuasan. Charlespun berejakulasi dilubang dubur Adinda. Setelah itu badan Charlespun ambruk disamping badan Adinda.
Akan tetapi posisiku masih tetap seperti semula, kemaluanku masih tertanam dimulut Adinda. Kubuang rokokku dan dengan kedua tanganku kuraih kepala Adinda, kini dengan gerakan tanganku kepala Adinda ku maju-mundurkan. Ah.. Nikmat rasanya, kemaluanku seperti dipijit-pijit dengan mulut Adinda, bibir sensualnya melingkari batang kemaluanku, memberi rasa nikmat tersendiri, kurasakan pula lidahnya menggelitik kepala batang kemaluanku, ah nikmatnya penuh sensasi.
Setelah sekian lama menikmati itu, tiba-tiba kembali aku akan berejakulasi, maka kugerakkan kepalanya semakin cepat untuk mengulum batang kemaluanku. Dan, akupun berejakulasi di dalam mulut Adinda, spermaku memancar keluar membasahi mulut hingga tenggorokannya sampai-sampai meleleh keluar dari mulutnya.
Rasa nikamat yang tiada taranya kembali melanda sekujur tubuhku. Kucabut batang kemaluanku dari mulutnya, dan Adinda terbatuh-batuk sepeti akan muntah, samar-samar kulihat mulutnya penuh dengan cairan-cairan lendir kental sampai membuat mulutnya nampak mengkilat karena belepotan cairan sperma.
Wajahnya yang lesu dan lemah sejenak memandangku dengan tatapan mata sayu penuh dengan keputus-asaan serta air mata yang kembali meleleh. Kemudian dia terjatuh lunglai dilantai, hanya suara nafasnya yang terdengar menderu-deru tersengal-sengal dan isakan-isakan tangisnya. Aku kembali merebahkan tubuhku di samping Adinda, akhirnya akupun tertidur.
Tidak lama rupanya aku tertidur, dan kemudian terjaga setelah kembali telingaku menagkap suara erangan-erangan dan rintihan-rintihan. Setelah aku bangun ternyata Charles tengah menyetubuhi Adinda, tubuh telanjang Adinda yang hanya tinggal mengenakan sepasang kaos kaki dan sepatu kets ditiduri oleh Charles. Dengan garangnya Charles menggenjot tubuh Adinda, iramanya cepat dan kasar sekali, tubuh lemah Adinda kembali terguncang-guncang.
Kini nampak roman muka Adinda telah lunglai sepertinya hampir pingsan, beberapa saat yang lalu masih kudengar suara rintihan lemah yang keluar dari mulut Adinda namun kini suara itu hilang sama sekali. Tidak lama kemudian Charlespun berejakulasi, kembali rahim Adinda disiram dan dipenuhi oleh cairan sperma. Adinda nampak tidak sadarkan diri dan pingsan.
Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, 4 jam lamanya kami memperkosa Adinda. Kini tibalah waktu kami untuk angkat kaki, setelah kami berpakaian rapi kemudian kami angkat tubuh Adinda dari ruang aula menuju ke sebuah gudang dibagian paling belakang sekolah ini. Kami rebahkan gadis cantik primadona sekolah ini di sana. Di sisinya kami tebarkan baju seragam sekolah, tasnya serta HP miliknya yang sedari tadi terus berbunyi.
Kini gadis cantik itu, terkulai pingsan di dalam gudang yang kotor, badan telanjangnya dipenuhi dengan cairan-cairan sperma yang mulai mengering, juga darah yang nampak masih menetes dari lubang duburnya sebagai akibat disodomi oleh Charles tadi. Kemaluannyapun terlihat kemerahan dan membengkak. Puas kami memperkosanya.
Tepat pukul 22.15 setelah kami menghilangkan jejak kami, kamipun pergi meninggalkan gedung sekolah ini, berjalan menuju ke pelabuhan dikota metropolitan ini untuk menumpang kapal yang entah kemana membawa kami, menuju ke suatu tempat yang jauh dari kota metropolitan ini.

Sex Tukar Pasangan

Perlu diketahui bahwa saya termasuk pria yang aneh atau punya kelainan seks. Coba bayangkan saja, sudah punya istri yang cantik tapi masih merindukan wanita dewasa lain juga. Kurang ajarnya, wanita dewasa itu adalah kakak ipar sendiri. Kalau dibanding-bandingkan maka jelas istri saya memiliki beberapa kelebihan. Selain lebih muda dibanding kakak iparku yg terliat dewasa, di mata saya istriku lebih cantik dan manis. Postur tubuhnya lebih ramping dan berisi. Sedangkan kakak iparku yang sudah punya dua anak itu badannya sedikit gemuk, tetapi kulitnya lebih mulus.
Entah setan mana yang sering membuatku mengkhayal berhubungan intim dengan dia. Perasaan itu sudah muncul ketika saya masih berpacaran dengan adiknya. Semula saya mengira setelah menikah dan punya anak perasaan itu akan hilang sendiri. Ternyata lima tahun kemudian setelah punya anak berusia empat tahun, perasaan khusus terhadap kakak ipar saya tidak menghilang. Bahkan terasa tambah mendalam. Ketika menggauli istri saya seringkali tanpa sadar membayangkan yang saya sebadani adalah kakak ipar, dan biasanya saya akan mencapai puncak kenikmatan paling tinggi. Ketika bertemu saya sering secara sembunyi-sembunyi menikmati lekuk-lekuk tubuhnya. Mulai dari pinggulnya yang bulat besar hingga buah dadanya yang proporsional dengan bentuk tubuhnya.
Sesekali saya sukses mencuri lihat paha atau belahan buah dadanya yang putih mulus. Jika sudah demikian maka jantung akan berdetak sangat kencang. Nafsu saya menjadi begitu bergelora. Pernah suatu ketika saya mengintip saat dia mandi di rumah saya lewat lubang kunci pintu kamar mandi.
Namun karena takut ketahuan istri dan orang lain, itu saya lakukan tanpa konsentrasi sehingga tidak puas. Keinginan untuk menikmati tubuh kakak ipar makin menguat. Namun saya masih menganggap itu hanya angan-angan karena rasanya mustahil dia mau suka rela berselingkuh dengan adik ipar sendiri. Namun entah kenapa di lubuk hati yang paling dalam saya punya keyakinan mimpi gila-gilaan itu akan kesampaian.
Cuma saya belum tahu bagaimana cara mewujudkan. Kalau pun suatu waktu itu terjadi saya tidak ingin prosesnya terjadi melalui kekerasan atau paksaan. Saya ingin melakukan suka sama suka, penuh kerelaan dan kesadaran, serta saling menikmati. Mungkin setan telah menunjukkan jalannya ketika suatu hari istri saya bilang kakaknya ingin meminjam VCD porno. Kebetulan saya punya cukup banyak VCD yang saya koleksi sejak masih bujangan.
Sebelum berhubungan intim saya dan istri biasa nonton VCD dulu untuk pemanasan meningkatkan gairah dan rangsangan. ”Kenapa kakakmu tiba-tiba pengin nonton VCD gituan ?” tanya saya pada istri saya. ”Nggak tahu.” ”Barangkali setelah sterilisasi nafsunya gede,” komentar saya asal-asalan. Beberapa keping VCD pun saya pinjamkan. Ini salah satu jalan untuk mencapai mimpi saya. Tetapi harus sabar karena semua memerlukan proses dan waktu agak panjang. Setelah itu secara rutin kakak ipar saya meminjam VCD porno. Rata-rata seminggu sekali. ”Dia lihat sendiri atau sama suaminya ?” tanya saya. ”Ya sama suaminya dong,” jawab istri saya. ”Kamu cerita sama dia ya sebelum main kita nonton VCD biru ?” ”Iya …,” jawab istri saya malu-malu. ”Wah rahasia kok diceritakan sama orang lain.” ”Kan sama saudara sendiri nggak apa-apa.” ”Eh … kamu bilang sama dia, kapan-kapan kita nonton bareng yuk …” ”Maksudmu ?” ”Ya dia dan suaminya nonton bareng sama kita.” ”Huss … malu ah …” ”Kenapa malu ? Toh kita sama-sama suami istri dan seks itu kan hal wajar dan normal …” Sampai di situ saya sengaja tidak memperpanjang pembicaraan.
Saya hanya bisa menunggu sambil berharap mudah-mudahan saran itu benar-benar disampaikan kepada kakaknya. Sebulan setelah itu kakak ipar dan suaminya berkunjung ke rumah kami dan menginap. Istri saya mengatakan mereka memenuhi saran saya untuk nonton VCD porno bersama-sama. Diam-diam saya bersorak dalam hati. Satu langkah maju telah terjadi. Namun saya mengingatkan diri sendiri, harus tetap sabar dan berhati-hati. Kalau tidak maka rencana bisa buyar.
Malam itu setelah anak-anak tidur kami nonton VCD porno bersama-sama. Saya lihat pada adegan-adegan yang hot kakak ipar tampak terpesona. Tanpa sadar dia mendekati suaminya. Beberapa VCD telah diputar. Tampak nafsu mereka sudah tak terkendali. Saling mengelus dan meremas. Istri saya juga demikian. Sejak tadi tangannya sudah menelusup di balik sarung saya memegangi senjata kebanggaan saya. ”Mbak silakan pakai kamar belakang,” kata saya kepada kakak ipar setelah melihat mereka kelihatan tak bisa menahan diri lagi.
Tanpa berkata sepatah pun kakak ipar menarik tangan suaminya masuk kamar yang saya tunjukkan. ”Sekarang kita gimana ?” tanya saya menggoda istri saya. ”Ya main dong …” Kami berdua segera masuk kamar satunya lagi. Anak-anak kami kebetulan tidur di lantai dua sehingga suara-suara birahi kami tak akan mengganggu tidur mereka. Ketika saya berpacu dengan istri saya, di kamar belakang kakak ipar dan suaminya juga melakukan hal serupa.
Jeritan dan erangan kenikmatan wanita yang diam-diam saya rindukan itu kedengaran sampai telinga saya. Saya pun jadi makin terangsang. Malam itu istri saya kembali saya bayangkan sebagai kakak ipar. Saya bikin dia orgasme berkali-kali dalam permainan seks yang panjang dan melelahkan tetapi sangat menyenangkan. Selanjutnya kegiatan bersama itu kami lakukan rutin, minimal seminggu sekali. Sesekali di rumah kakak ipar sebagai variasi. Dua keluarga tampak rukun, meski diam-diam saya menyimpan suatu keinginan lain.
Saat anak-anak liburan sekolah saya mengusulkan wisata bersama ke daerah pegunungan. Istri saya, kakak ipar dan suaminya setuju. Tak lupa saya membawa beberapa VCD porno baru pinjaman teman serta playernya. Setelah seharian bermain kesana-kemari anak-anak kelelahan sehingga mereka cepat tertidur. Apalagi udaranya dingin. Sedangkan kami orang tua menghabiskan malam untuk mengobrol tentang banyak hal. ”Eh … dingin-dingin begini enaknya nonton lagi yuk,” kata saya. ”Nonton apa ?” tanya suami kakak ipar. ”Biasa. VCD gituan. Kebetulan saya punya beberapa VCD baru.” Mereka setuju.
Kemudian kami berkumpul di kamar saya, sedangkan anak-anak ditidurkan di kamar kakak ipar yang bersebelahan. Jadilah di tengah udara dingin kami memanaskan diri dengan melihat adegan-adegan persetubuhan yang panas beserta segala variasinya. Sampai pada keping ketiga tampak kakak ipar sudah tak tahan lagi. Dia merapat ke suaminya, berciuman. Istri saya terpengaruh.
Wanita itu mulai meraba-raba selangkangan saya. Senjata kebanggaan saya sudah mengeras. ”Ayo kita pindah ….” bisik istri saya. ”Husss .. pindah kemana. Di sebelah ada anak-anak. Di sini saja.” Akhirnya kami bergulat di sofa. Tak risih meski di tempat tidur tidak jauh dari kami kakak ipar dan suaminya juga melakukan hal serupa. Bahkan mereka tampak sangat bergairah. Pakaian kakak ipar sudah tak karuan lagi. Saya bisa melirik paha dan perutnya putih mulus. Mereka berpagutan dengan ganas sehingga sprei tempat tidur juga awut-awutan. Istri saya duduk mengangkangkan paha.
Saya tahu, ia minta dioral. Mulut dan lidah saya pun mulai mempermainkan perangkat kelaminnya tanpa melepas celana dalam. ”Ohhhh … terus .. enakkkkkk, Mas ….” lenguh istri saya merasa sangat nikmat. Sementara itu ekor mata saya melirik aksi kakak ipar dan suaminya yang berkebalikan dengan saya dan istri. Kakak ipar tampak amat bergairah mengaraoke penis suaminya. Saya pun melanjutkan menggarap vagina dan wilayah sekitarnya milik istri saya.
Lidah saya makin dalam mempermainkan lubang, mengisap-isap, dan sesekali menggigit klitoris. ”Ooh … ahhhhh …. ahhhh ……..” istri saya mengerang keras tanpa merasa malu meski di dekatnya ada kakak kandungnya yang juga sedang bergulat dengan suaminya. Satu demi satu saya lepas pakaiannya yang menghalangi. Pertama celana dalamnya, lalu rok bawahnya. Lenguhan istri saya bersahut-sahutan dengan erangan suami kakak ipar.
Beberapa saat kemudian posisi berubah. Istri saya gantian mengulum penis saya, sedangkan suami kakak ipar mulai menggarap kelamin istrinya. Erangan saya pun berlomba dengan erangan kakak ipar. Setengah jam kemudian saya mulai menusuk istri saya. Tak lama disusul suami kakak ipar yang melakukan hal serupa terhadap istrinya.
Lenguhan dua perempuan kakak beradik yang dilanda kenikmatan terdengar bergantian. ”Mas, batangmu enakkk sekali ….”’ bisik istri saya. ”Lubangmu juga enak,” jawabku. Sembari menaikturunkan pinggul tanganku meremas-remas payudara istri saya yang meski tidak terlalu besar tetapi padat dan tampak merangsang. Setelah beberapa saat bertahan dalam posisi konvensional, lalu saya memutar tubuh istri saya dan menyetubuhi dari belakang. Saya melirik ke tempat tidur. Posisi kakak ipar berada di atas suaminya.
Teriakan dan gerakan naik turunnya sangat merangsang saya untuk merasakan betapa enaknya menyetubuhi kakak ipar. Namun saya harus menunggu saat yang tepat.
Kira-kira ketika istri saya, kakak ipar dan suaminya sudah berada di dekat puncak kenikmatannya, sehingga kesadarannya agak berkurang. Sambil menggenjot istri saya dari belakang saya terus melirik mereka berdua. Entah sudah berapa kali istri saya mencapai puncaknya, saya sudah tak begitu memperhatikan lagi.
”Ayo kita ke tempat tidur,” bisik saya pada istri saya. ”Kan dipakai …. ” Saya segera menggendong tubuhnya, lalu menelentangkan di tempat tidur di samping kakaknya yang sedang digarap suaminya. Mula-mula keduanya agak kaget atas kehadiran kami. Tetapi kemudian kami mulai asyik dengan pasangan masing-masing. Tak perduli dan tak malu. Malah suara-suara erotis di sebelah kami makin meningkatkan gairah seksual.
Di tengah-tengah nafsu yang menggelora saya menggamit suami kakak ipar saya. Dia menoleh sambil menyeringai menahan nikmat. ”Ssst … kita tukar ….” ”Hhhh …. ” dia terbengong tak paham. Lalu saya mengambil keputusan. Penis saya cabut dari vagina istri saya, kemudian bergeser mendekati kakak ipar saya yang masih merem-melek menikmati tusukan suaminya.
”Mas sama istri saya, saya gantian dengan Mbak …,” kata saya. Tanpa memedulikan kebengongannya saya langsung memeluk tibuh mulus kakak ipar yang sudah sekian lama saya rindukan. Saya ciumi lehernya, pipinya, bibirnya, dan saya kulum puting susunya yang mengeras. Mula-mula kakak ipar saya kaget dan hendak memberontak. Tapi mulutnya segera saya tutup dengan bibir saya. Kemudian penis saya masukkan pelan-pelan ke vaginanya yang telah basah kuyup.
Setelah itu saya melakukan gerakan memompa naik-turun sambil sesekali memutar.
Ternyata vaginanya masih sangat enak. Untuk menambah gairah kedua payudaranya saya remas dan sesekali saya gigit putingnya. ”Ohhh …. ahhhh ….. hhhhh … shhhh ….,” suaranya mulai tak karuan menahan gempuran hebat saya. Di samping saya, suami kakak ipar saya tampaknya juga tak mau kehilangan waktu percuma. Dia pun menyetubuhi istri saya dengan penuh semangat. Tak ada keraguan lagi. Yang ada hanya bagaimana menuntaskan nafsu yang sudah memuncak di ubun-ubun.
Saya merasakan kenikmatan yang luar biasa. Impian menggauli kakak ipar kesampaian sudah. Hampir satu jam kami bertempur dengan berbagai gaya. Mulai konvensional, miring, hingga menungging. Suami kakak ipar saya lebih dulu menyelesaikan permainannya. Beberapa menit kemudian saya menyusul dengan menyemprotkan begitu banyak sperma ke dalam vagina kakak ipar saya. Rasanya belum pernah saya mengeluarkan begitu banyak sperma sebagaimana malam itu. Kakak ipar pun tampak melenguh puas.
Vaginanya menjempit penis saya cukup lama. Setelah peristiwa malam itu, kami menjadi terbiasa mengadakan hubungan seks bersama-sama dan bisa ditebak akhirnya kami bergantian pasangan secara sukarela. Tak ada paksaan sama sekali.

Cerita Sex Dengan Adik Sepupu

Namaku Kate. Aku berusia 21 tahun pada tahun 2010 ini. Kulitku tidak termasuk putih untuk seorang cewek keturunan Chinese. Rambutku lurus dengan panjang sepunggung. Tinggi badanku 161 cm dengan proporsi tubuh yang tergolong langsing. Aku memakai bra yang berukuran 34 A. Kemaluanku ditumbuhi oleh sedikit rambut yang mempermanis penampilan kemaluanku itu.
Aku sendiri kuliah di sebuah universitas swasta yang cukup terkenal di kawasan selatan Surabaya dengan mengambil jurusan Ekonomi Manajemen. Teman-temanku baik yang cewek maupun yang cowok menganggap aku sebagai seorang gadis yang menarik sebab sifatku yang cukup periang dan mudah bergaul dengan siapa saja selain karena aku sendiri memiliki paras yang cukup menarik pula walaupun aku sendiri tidak merasa demikian. Selain itu, cara berpakaianku yang terkadang sedikit nakal meninggalkan sering kesan kepada teman-teman cowokku kalau aku adalah cewek yang seksi.
Banyak teman-teman cowokku yang berusaha menjadikanku sebagai pacar mereka, tetapi sampai hari ini aku masih menolak semua sebab aku masih ingin menikmati pergaulanku dengan teman-teman cowokku tanpa ada dibatasi oleh rasa cemburu pacarku. Pada suatu sore di hari Sabtu, aku sedang chatting dengan beberapa orang yang biasanya aku kenal melalui internet.
Seperti biasanya, kegiatan ini kulakukan sambil hanya mengenakan bra dan celana dalam saja di depan komputerku sebab sering kali topik dalam pembicaraan berubah menjadi semakin menuju ke arah yang bersifat seks sehingga sedikit banyak aku sering pula hanyut dalam suasana ini. Hal yang paling aku sukai dalam chatting adalah bila lawan chattingku mulai menanyakan pakaian yang aku pakai saat itu sebab biasanya mereka akan terkejut bila aku mengatakan bahwa waktu itu aku hanya sedang mengenakan bra dan celana dalam saja.
Selanjutnya mereka akan mulai menyuruhku mendeskripsikan bra dan celana dalam yang aku pakai kepada mereka yang tentu saja kulakukan dengan senang hati. Aku sebenarnya agak bosan dengan pembicaraan yang mengajakku untuk melakukan cyber sex ataupun berhubungan seks secara langsung sehingga biasanya aku tolak dengan halus.
Bila tetap membandel, biasanya mereka langsung kuacuhkan begitu saja. Sebaliknya aku sangat berminat bila lawan chattingku menanyakan kegiatanku yang berkaitan dengan kehidupan seks yang aku jalani baik itu kesukaanku dalam berpakaian, kegiatan harianku yang berkaitan dengan seks ataupun fantasiku. Setelah beberapa saat duduk di depan komputerku, aku semakin merasa terangsang.
Aku bangkit dari kursiku dan membuka laci lemari pakaianku serta mengeluarkan sebuah vibrator mini yang merupakan mainan kesayanganku. Aku duduk kembali di depan komputerku dan menggeser celana dalamku ke samping sehingga tidak menutupi kemaluanku lagi.
Dengan sebelah tanganku, kubuka sedikit lubang kemaluanku sementara tanganku yang satu lagi memasukan kepala vibrator mini itu ke dalam lubang kemaluanku sampai terbenam seluruhnya. Pada waktu memasukan vibrator itu, ada rasa nikmat yang menjalari seluruh tubuhku.
Setelah selesai, kini terlihat dari lubang kemaluanku hanya menjuntai keluar sebuah kabel yang tidak terlalu panjang menuju ke sebuah panel kontrol yang dipergunakan untuk mengoperasikan vibrator mini itu.
Kemaluanku kututupi kembali dengan celana dalamku sementara panel kontrol vibrator mini itu kuikatkan ke paha kananku dengan menggunakan sebuah pita yang berwarna merah muda. Setelah itu, aku kembali melakukan aktifitas chatting seperti biasanya. Sambil chatting, aku mencoba mengecek email yang masuk.
Biasanya email-email yang bernada untuk mengajak berhubungan seks langsung kuhapus sedangkan mereka yang ingin berkenalan dan tanya-tanya aku layani dengan senang hati. Sebelum mengecek email, aku memutuskan untuk menyalakan vibrator miniku yang telah terpasang dalam kemaluanku dengan kecepatan getaran yang agak pelan.
Walaupun demikian, perasaan yang ditimbulkan tetap terasa nikmat sehingga beberapa kali aku salah mengetik login emailku sebelum aku dapat mengetikkan k4t3l14n@yahoo.co.id dengan benar. Saat sedang membaca email, tiba-tiba pintu kamarku terbuka. Rupanya adik sepupuku yang berusia 18 tahun masuk ke kamarku tanpa permisi ataupun mengetuk pintu dahulu.
Tentu saja adik sepupuku terperangah melihatku yang hanya memakai celana dalam dan bra saja sambil duduk di depan komputerku. Perasaanku sendiri bercampur aduk antara malu, terkejut, namun ada sedikit rasa senang karena dari tatapan mata adik sepupuku, aku melihat kalau dia sangat tertarik dengan tubuhku.
Aku mengetahui bahwa selama ini adik sepupuku ini tertarik pada diriku, namun aku sendiri tentu saja tidak menangggapinya sebab aku hanya menganggapnya sebagai adik laki-laki sendiri. Satu hal yang tidak terduga adalah kini dia melihat diriku yang setengah telanjang di depannya.
“Maaf, kak.. Aku tadi mau pinjam flash disk kakak”, katanya dengan gugup sambil terus memandang tubuhku. “Iya, bentar ya. Kakak ambil dulu”, kataku dengan sedikit canggung pula. Aku bangkit dari kursi komputerku dan menuju ke meja tulisku dengan diiringi pandangan mata yang tidak terputus dari adik sepupuku.
Tanpa terasa tubuhku agak gemetar selain karena rasa nikmat yang disebabkan getaran vibrator mini yang tertancap di dalam kemaluanku, baru kali ini aku dilihat dalam keadaan seperti ini oleh seorang laki-laki, namun anehnya aku tidak merasa ingin menutupi tubuhku dari pandangan mata adik sepupuku. Walaupun demikian, aku berharap kalau kabel mini vibrator yang menjuntai antara kemaluan dan pahaku tidak menjadi perhatian adik sepupuku ini.
Namun dari pandangan matanya ke arah selangkanganku, sepertinya dia sudah tahu kalau aku memasukkan sesuatu ke dalam kemaluanku. Setelah mengambil flash disk yang terletak di atas meja tulisku, kuberikan kepada adik sepupuku dengan tangan yang sedikit gemetar. “Ini..”, kataku singkat sambil menyerahkan flash diskku.
“Makasih, kak.. “, katanya. Kulihat tangannya juga agak gemetaran waktu menerimanya. “Tolong tutup pintunya lagi, ya..”, kataku. “Iya..”, katanya. Aku membalikkan tubuhku kembali menuju ke meja komputer untuk meneruskan kegiatan chattingku sementara pintu kamarku menutup di belakangku.
Kali ini aku agak tidak konsentrasi terhadap kegiatanku ini. Kejadian yang barusan terjadi membayang-bayangiku. Tiba-tiba timbul perasaan yang ganjil dalm diriku yaitu keinginanku untuk dirayu dan dicumbu oleh adik sepupuku. Diam-diam aku berharap dia akan melakukan hubungan seks denganku. Tampang adik sepupuku tergolong tampan dan menjadi idola di sekolahnya. Dalam pikiranku waktu itu , aku merasa tidak terlalu buruk untuk melakukan hubungan seks sekali dua kali dengan dirinya.
Pikiranku itu terus berkecamuk dalam kepalaku dan membuatku tidak berminat untuk meneruskan kegiatan chattingku lagi. Aku bangkit dari meja komputerku dan membaringku tubuhku yang masih terbalut bra dan celana dalam saja di atas tempat tidurku.
Kunaikkan kekuatan getaran vibtaror miniku yang dari tadi menggetari lubang kemaluanku. Sensasi yang dihasilkan oleh getaran vibrator mini yang semakin kuat ini membuat diriku semakin terangsang. Aku mulai menyelinapkan tanganku ke balik braku dan meremas-remas kedua payudaraku sendiri sambil sesekali merangsang puting payudaraku.
Setelah agak lama aku merangsang diriku sendiri, aku akhirnya merasakan orgasme yang sangat dasyat. Kedua tanganku meremas kedua payudaraku kuat-kuat sedangkan kakiku mengesek-gesek seprai tempat tidur sampai akhirnya aku merasakan orgasme dengan sempurna. Aku semakin tidak dapat menahan nafsu birahiku. Kulepaskan kaitan braku lalu kuloloskan tali bahunya melalui kedua lenganku. Kini kedua payudaraku menjadi terbuka dan leluasa untuk kumain-mainkan.
Kuloloskan pula celana dalamku sehingga kali ini aku berada dalam keadaan telanjang bulat. Satu-satunya benda yang masih melekat di badanku adalah vibrator miniku yang dari tadi menancap di lubang kemaluanku. Kulepaskan panel kontrol vibrator miniku dari ikatan di pahaku dan mengatur getarannya semakin kuat.
Kali ini aku merasakan semakin nikmat. Mataku setengah terpejam dan nafasku mendesah-desah karena menahan perasaan nikmat yang terus membanjiri tubuhku melalui lubang kemaluanku. Tubuhku menggeliat-geliat di atas tempat tidurku. Sesekali kedua tanganku meremas-remas payudaraku sendiri.
Lama sekali aku merasakan kenikmatan ini. Beberapa orgasme kulalui dengan diiringi teriakan-teriakan kecil. Akhirnya aku mengambil panel kontrol vibrator miniku dan mematikan getarannya. Aku tetap berbaring di tempat tidur untuk menenangkan nafsu birahi dan nafasku yang memburu.
Keringatku yang membasahi tubuhku kulap dengan selimut. Tidak sadar akhirnya aku jatuh tertidur dalam keadaan telanjang bulat sementara celana dalam dan braku berserakan di atas tempat tidur di sekitarku. Entah berapa lama aku tertidur, namun antara setengah sadar, aku merasakan ada seseorang yang membuka pintu kamarku.
Sosok itu kemudian berjingkat-jingkat menghampiri diriku yang ada di atas tempat tidur dan duduk di sebelahku. Aku sendiri belum sepenuhnya sadar dari tidurku sehingga aku masih mengira kalau aku bermimpi. Sosok itu kemudian meletakan tangannya di atas dadaku dan mulai memain-mainkan payudaraku. Payudaraku dibelai-belai diremas-remas dengan lembut. Sesekali putingku dimain-mainkan.
Bila aku melakukan sedikit gerakan, maka gerakan tangan sosok itu juga berhenti, sebaliknya jika aku diam, maka sosok itu kembali memain-mainkan kedua payudaraku. Setelah beberapa saat, sosok itu mengalihkan tangannya ke arah selangkanganku. Kurasakan jari-jarinya menyentuh kemaluanku dan kemudian memainkan biji itilku.
Aku sendiri sangat menikmati perlakuan ini dan mulai mendesah-desah pelan. Terasa bahwa cairan kewanitaanku mengalir membasahi kemaluanku. Sesaat sosok itu menghentikan permainannya di kemaluanku, namun sewaktu melihat reaksiku tidak lebih dari mendesah-desah saja, maka sosok itu terus memainkan biji itil kemaluanku.
Sambil memainkan biji itilku, kali ini sosok itu mendekatkan kepalanya ke arah dadaku dan menciumi kedua payudaraku. Secara tidak sadar, kedua tanganku merangkul kepalanya dan membelai-belai rambut sosok itu sambil menahan kepala itu agar tidak lepas dari kedua payudaraku. Birahiku kembali membara. Aku tidak peduli dengan identitas sosok itu. Aku hanya peduli sosok itu memberikan kenikmatan yang luar biasa bagiku.
Merasakan reaksiku yang demikian, sosok itu semakin berani mencumbuku. Beberapa kali ciumannya diarahkan ke leher dan kemudian di bibirku. Saat bibir kami bertemu, aku membuka mataku dan melihat bahwa ternyata sosok itu adalah adik sepupuku sendiri. Dengan sedikit kaget, aku mendorong dirinya agar menjauh dariku. Kulihat dia juga sedang dalam keadaan telanjang bulat. Batang kejantanannya berdiri dengan gagahnya. Aku menjadi agak bernafsu juga pada saat melihatnya.
“Kak, maafkan aku.. “, katanya dengan nada takut. Aku segera menguasai diriku dan menarik nafas lalu berkata dengan lembut, “Ngak apa-apa. Teruskan saja..” Sesaat dia terlihat agak ragu, namun segera saja kuraih kepalanya lalu kucium bibirnya. Melihat reaksiku yang demikian, adik sepupuku kembali meraih kedua payudaraku dan memainkannya kembali.
Dengan sebelah tanganku, kuarahkan tangan kanannya ke arah selangkanganku sebagai tanda bahwa aku ingin dia memain-mainkan biji itil kemaluanku lagi. Kali ini adik sepupuku sudah tidak takut lagi, dia mulai mencumbuku dengan mesra.
Beberapa saat lamanya kami bercumbu sebelum akhirnya dia melepaskan cumbuannya. “Kak, aku ingin mencium memekmu..”, katanya. “Lakukan apa saja yang kam mau.
Ngak usah minta ijinku”, kataku. Adik sepupuku membaringkan tubuhku di atas tempat tidur lalu membalikan tubuhnya di atasku sehingga kami berada dalam posisi 69. Aku mengerti keinginannya. Rupanya dia ingin batang kejantanannya dikulum olehku sementara dia sendiri menjilati kemaluanku. Kuraih batang kejantanannya dengan tanganku dan kumasukan ke dalam mulutku.
Sesaat kemudian kurasakan bibir dan lidahnya mendarat di kemaluanku dan kami memulai permainan kami berikutnya. Jilatan demi jilatan terus kurasakan menjalari kemaluanku sembari memberikan rasa nikmat yang luar biasa sementara aku sendiri sibuk memainkan batang kejantanan adik sepupuku dengan mulutku. Setelah beberapa saat lamanya, kami melepaskan posisi kami. Aku tetap berbaring sementara adik sepupuku memutar badannya kembali menghadapkan wajahnya padaku. Birahiku membuatku kali ini meraih batang kejantanannya dan mengarahkannya ke lubang kemaluanku.
Setelah kurasakan kepala batang kejantananya ada di depan lubang kemaluanku, aku berkata kepadanya, “Lakukanlah.. “ Dengan sebuah hentakan lembut pinggul adik sepupuku, batang kejantanannya menghujam masuk ke dalam lubang kemaluanku. Aku berteriak tertahan karena merasakan nikmatnya batang kejantanan adik sepupuku saat memasuki lubang kemaluanku. Adik sepupuku kemudian menggerak-gerakan pinggulnya untuk menusuk-nusuk lubang kemaluanku. Kami kembali berciuman dengan bibir kami sementara tangan kanan adik sepupuku menggerayangi payudara kiriku.
Nikmat yang kali ini aku rasakan sungguh berbeda dengan menggunakan vibrator miniku. Ini adalah kenikamatan seks yang sejati. Aku mendesah-desah terus dengan nikmat. Keringat membanjiri tubuh kami. Sesekali adik sepupuku juga mendesah-desah. Pada saat mengalam orgasme, aku berteriak kecil sambil tanganku meremas lengan adik sepupuku. Setelah beberapa kali aku mengalami orgasme, kali ini adik sepupuku yang akan mengalami orgasme.
“Kak, aku mau keluar..”, katanya terengah-engah karena masih terus menyetubuhiku. “Ngak apa-apa. Keluarkan aja. Kakak ngak lagi subur”, kataku pula sambil menahan rasa nikmat yang luar biasa. Tak lama kemudian, aku merasakan semprotan cairan sperma adik sepupuku di dalam lubang kemaluanku sementara adik sepupuku berteriak karena mencapai orgasme. Setelah itu, adik sepupuku terkulai lemas di atas tubuhku dan kupeluk sambil kubelai-belai rambutnya. “Enak ya ?”, tanyaku.
“Enak sekali, kak..”, katanya. Setelah berbaring sebentar di atas tubuhku, adik sepupuku berhasil mengumpulkan sedikit kekuatannya lalu mencabut batang kejantanannya dari lubang kemaluanku. Cairan sperma yang masuk ke dalam rahimku kembali keluar sebagian melalui lubang kemaluanku. Dengan tanganku kutampung lelehan cairan sperma itu. Setelah itu, kemaluanku kuseka begitu saja dengan tanganku agar bersih dari cairan sperma.
Cairan sperma yang ada di tanganku kemudian kumasukan ke dalam mulut dan kulijati jari-jari tanganku yang blepotan cairan sperma itu sampai bersih. Ternyata minum cairan sperma itu menyenangkan juga. Sementara aku melakukan itu, adik sepupuku telah kembali ke kamar tidurnya. Aku tidak peduli dengan hal itu. Aku merasa sangat capek dan sekali lagi jatuh tertidur dalam keadaan telanjang.
Sejak hari itu, hubunganku dengan adik sepupuku dalam keseharian menjadi canggung, bahkan bisa dikatakan jarang bertegur sapa. Walaupun demikian, adik sepupuku masih sering kali masuk ke dalam kamarku hanya untuk melakukan hubungan seks denganku. Di luar kamar kami terasa asing, namun kami sangat dekat di atas tempat tidurku.

Cerita Sex Ngentot Sepupu

Aku baru selesai mandi sore dan mulai membuka buku untuk dibaca. Tetapi kulihat seseorang memasuki halaman dan aku segera menguakkan korden agar lebih jelas siapa yang memasuki halaman itu. Aku kaget dan gembira, ternyata yang datang adalah Eva, saudara sepupuku yang kuliah di Surabaya, semester pertama, usianya sekitar 19 tahun.Hai, kamu sukanya bikin kejutan. Kenapa nggak bilang-bilang kalau mau datang? kataku basa-basi.Kalau bilang dulu mau nyediain apa..
Setelah basa-basi kutawarkan mandi dulu agar hilang capeknya. Selesai mandi, ia membereskan kembali tasnya. Sepintas ia melihat dinding di sekeliling kamarku, yang penuh dengan gambar telanjang. Dia tersenyum dan berkomentar.Bagaimana kalau ada anak-anak yang masuk ke kamar ini, aku jawab bahwa kamar ini khusus untuk orang yang sudah dewasa.Kalau begitu ada gambar yang lebih porno lagi dong..Ada, mau lihat?Sebelum menjawab, kuambilkan beberapa foto porno kegemaranku yang kusimpan di dalam lemari pakaianku.Mau lihat, nggak apa-apa kok untuk pelajaran aja.
Dengan ragu-ragu ia terima juga foto-foto kategori XXX, dan dilihatnya dengan cermat, entah apa yang berkecamuk di dalam hatinya aku tidak tahu, tapi terlihat ekspresinya begitu tenang sekali. Entah karena sudah terbiasa, atau karena begitu pandainya ia menyembunyikan perasaannya.
Gimana, komentar dong.Ada filmnya nggak?Nggak ada, tapi kalau yang asli justru ada, kataku sambil bergurau.Yang asli mana, coba aku terkejut mendengar pernyataannya, sampai-sampai aku hampir tidak bisa menjawabnya.Eh, ada tapi itu anu.. aku jadi gugup, sambil kuarahkan jariku ke arah kemaluanku.Tapi apa Mas..Tapi harus ada gantinya, barter gitulah.Tapi kalau yang ini aku nggak punya, sambil ujung jarinya menunjukkan kemaluan pada gambar yang ia pegang.Yang semacam juga nggak pa-paYang bener nih, sambil tangannya bersiap-siap mau memegang daerah terlarangku yang masih terbungkus celana.He-eh bener, kujawab saja sekenanya, aku kira hanya gertakan saja dia mau memegang kemaluanku. Betapa kagetku ternyata tangannya benar-benar memegang kemaluanku dari luar celana.
Aku tidak bisa bilang apa-apa, selain menikmatinya dengan perasaan senang. Secara refleks kuraih kepalanya dan kudekap sambil dalam hati berkecamuk memikirkan peristiwa ini. Kalau pacar atau orang lain aku tidak bingung, tetapi ini adalah saudara sepupuku yang sewaktu kecil sering bermain bersama. Tetapi karena ia terus mengusap kemaluanku dari luar celana, aku buang pikiran itu jauh-jauh keraguanku. Keputusanku adalah menikmati saja peristiwa ini.
Kucium keningnya, pipinya dan bibirnya. Sambil kugerayangi punggungnya, lehernya, pinggangnya, pantatnya dan terakhir buah dadanya. Sebagai penjajakan saja apa reaksinya. Ternyata ia diam saja, bahkan semakin keras memegang selangkanganku. Terus kuciumi bibirnya sampai nafasnya memburu. Kubuka kausnya, dan aku melihat kulit tubuh yang tidak pernah terkena matahari itu demikian menimbulkan birahiku. Kubuka BH-nya dan tambah kagum aku atas keindahannya. Kuelus buah dadanya yang kenyal dan sekali-kali kupencet putingnya yang membuat nafasnya makin memburu. Begitu aku berusaha mencium buah dadanya, ia mundur sambil menarik tanganku ke arah tempat tidur.
Dalam keadaan telentang tampaknya ia sudah siap menerima tindakanku berikutnya, buah dadanya yang menantang bergelantungan. Sebelum aku mendekatkan diri, aku melepaskan pakaianku hingga tuntas, sehingga batang kejantananku yang sudah membesar tergantung-gantung mengikuti gerak dan langkahku. Bersamaan dengan itu ia melepaskan juga pembungkus tubuhnya yang masih tersisa, sehingga kami benar-benar sudah telanjang bulat. Tubuhnya benar-benar mulus, tidak ada cacat, payudaranya sedang, masih kencang, puting susunya coklat tua, mendekati hitam, perutnya ramping, lipatan kecil di perutnya menunjukkan belum begitu banyak lemak di situ, pinggulnya sedang, bulu kemaluannya tipis, sehingga bibir kemaluannya yang mengatup dengan rapi terlihat begitu indahnya.
Ia raih batang kemaluanku, dan aku mendekatkan diri sehingga mudah baginya untuk mengulum dan menjilati batang kejantananku. Sementara tanganku tanpa kusadari sudah meraih bibir kemaluannya yang sudah basah. Kuelus-elus bibir kemaluannya sambil kucari dan sesekali kusentuh klitorisnya. Dan kumasukkan jari tengahnya menggapai dasar kemaluannya. Jilat kepalanya, aku berbisik kepadanya. Dengan sigapnya ia segera tahu maksudku. Ia segera mulai menjilati kepala kemaluanku yang semakin membesar saja dan mengkilap oleh jilatan. Rasa geli dan nikmat bercampur jadi satu. Birahiku benar-benar sudah sampai di ujung, ingin segera mengikuti naluriku untuk segera memasukkan ke dalam liang senggamanya. Tetapi nanti dulu, kuciumi dulu tubuh Eva, dari mulai bibir, telinga, leher, buah dada, perut dan liang kewanitaannya. Kujilat-jilat klitorisnya yang membuat dia menggelinjang ke kanan kiri tidak karuan, pantatnya dia angkat tinggi-tinggi sehingga aku mempunyai ruang yang baik untuk melakukan kegiatanku menjilati klitorisnya yang sekilas kulihat semakin bengkak dan merah.
Sampai suatu saat tubuhnya makin menegang sambil berteriak menyebutkan sesuatu yang tidak jelas, bersamaan dengan itu membanjirlah cairan bening dari liang kewanitaannya. Aku sampai Mas, aku sampai Mas begitulah ucapan yang kutangkap dengan nafas terengah-engah.
Kemudian kuambil posisi untuk menyetubuhinya, kemaluanku yang sudah tegang dan membesar di ujungnya kusiapkan di depan pintu gerbang kewanitaannya. Dengan bimbingan tangannya, kumasukkan kemaluanku sampai habis tertelan oleh liang kenikmatannya. Kembali ia mengerang, sambil memelukku dengan keras. Sejenak kudiamkan saja batang kejantananku di dalam. Kurasakan pijitan liang kewanitaannya sangat membuatku semakin nikmat. Batang kejantananku masih kudiamkan terendam di situ.
Eva mulai menggerak-gerakkan pinggulnya, sampai kusentuh dasar kemaluannya yang terasa seperti benjolan yang semakin keras menyentuh-nyentuh kepala kemaluanku. Semakin nikmat rasanya, sehingga aku sendiri tidak tahan lagi dengan gesekan dan pijitan dari liang senggamanya sehingga otot-otot pada tubuhku menegang dan bersamaan dengan itu, tanpa kusadari keluar maniku membasahi dan menghangatkan dasar kemaluannya. Kurasakan Eva lagi-lagi mencapai orgasme. Kali ini lebih panjang erangannya, semakin kuat ia memelukku dan gerakan tubuhnya semakin tidak teratur. Kutancapkan dalam-dalam kemaluanku, hingga kami saling berpelukan. Beberapa detik kemudian kami terkulai. Aku masih belum ingin mencabut kemaluanku yang bersarang dengan damai di liang sorganya. Kubalik tubuhku sehingga ia menjadi menindihku. Eva benar-benar puas dan sangat-sangat kelelahan. Beberapa menit kemudian ia sudah tertidur dengan pulas. Kemaluanku yang sudah melemah masih berada di dalam liang kewanitaannya.
Aku pun tertidur, dengan perasaan lega. Tengah malam kami bangun dan bermain lagi sampai puas. Tiap bangun bermain lagi. Sampai akhirnya kami benar-benar tertidur hingga jam 10 pagi. Karena di rumah tempat kost-ku cukup tesedia makanan instan. Sehingga hari itu kami bisa melakukan dengan sepuas-puasnya, dan kami merasa tidak perlu lagi memakai baju di dalam rumah. Memasak air, menyapu mencuci piring selalu diselingi dengan adegan percintaan. Sampai sore hari ia berpamitan kembali ke Surabaya melanjutkan kuliahnya. Sejak saat itu ia sering ke kotaku. Sampai ia mempunyai pacar dan menikah.

Cemburu Membawa nikmat


Namaku Ryan. Usiaku 28 tahun. Aku akan menceritakan tentang kisah kehidupanku yang kemudian mengubah pola pikirku dalam memahami cinta dan nafsu. Kisah ini terjadi beberapa tahun yang lalu saat aku mempunyai seorang pacar yang sedang mengerjakan skripsi guna menyelesaikan studi S1-nya. Sebagai seorang pacar aku selalu mencoba menemaninya mengerjakan skripsi namun di sisi lain sebagai seorang karyawan aku pun harus mengutamakan pekerjaanku. Kisah ini terjadi pada 28 Juli 2004 di suatu senja di kota K. ***** "Hallo Ryan.. 'Met sore" Risa pacarku meneleponku. O ya, Sebagai gambaran, aku mempunyai pacar yang sangat cantik, wajahnya hampir mirip artis yang sering tampil di layar televisi, bodynya sexy, montok, serta ukuran BH-nya 36 B. "Hallo juga Risa, lagi dimana nih?" "Aku di rumah, eh kamu ada acara nggak?" "kalau ya kenapa dan kalau nggak kenapa" "Eku mau minta tolong dong, ortuku kan lagi pergi ke Jakarta. Di rumah aku sendirian, aku mau garap skripsi. Mau nggak nemenin aku?" "Kapan?" "Setahun lagi.. Gimana sih ya sore ini dong" "Yah kalau sore ini aku nggak bisa, aku udah janjian ama temen bisnisku untuk merancang pembuatan proposal proyek" "Ya udah kalau nggak bisa aku minta temenin temen kampusku aja biar sekalian busa diskusi" Aku kemudian bergegas untuk pergi dengan teman bisnisku, sebenarnya ingin sekali aku menemani Risa, namun apa boleh buat karena aku berpikir bisnis ini kan juga untuk masa depan kami berdua, jadi nggak mungkin aku batalkan. Sementara Risa kemudian mengajak temennya Rico yang memang sudah kukenal untuk menemaninya mengerjakan skripsi. Rico ini adalah sahabat Risa, teman sekampusnya. Kalau kulihat dari tatapan matanya aku tahu betul kalau Rico itu naksir kepada Risa, apalagi memang Risa orangnya sangat friendly dan cantik lagi sehingga siapapun lelaki pasti tak akan menolaknya ketika diajak menemani. Acara dengan rekan bisnisku ternyata tidak berlangsung lama, karena ternyata ia ada saudaranya yang meninggal sehingga harus segera pergi. Di satu sisi aku girang juga karena aku segera dapat menemani kekasihku Risa. Segera kupacu mobilku menuju ke rumahnya. Sengaja aku tidak meneleponnya karena aku akan memberi kejutan kalau aku bisa menemaninya. Terbayang wajahnya yang cantik, aku ingin memeluknya dan segera berduaan dengannya. Tiba-tiba di tengah jalan aku teringat kalau ia tadi sudah menelepon temannya Rico. Entah mengapa tiba tiba aku jadi cemburu membayangkan mereka lagi berduaan dan bercanda ria. Padahal aku biasanya tidak merasakan ini karena aku paham betul siapa Rico. Pukul 20.00 tepat sampailah aku di rumah Risa. Sayup-sayup kudengar orang tertawa-tawa dari dalam, sepertinya mereka tidak menyadari ada orang yang datang. Kuurungkan niatku untuk menekan bel, aku ingin tahu apa yang sedang mereka lakukan, sehingga aku mencoba mengintip dari jendela kaca. Kulihat mereka lagi bercanda, apalagi Rico orangnya memang pintar melawak. Ada perasaan cemburu dalam dadaku melihat keasyikan mereka berdua. Sesekali kulihat Risa mencubit Rico karena saking gemasnya. Aku betul-betul tak tahan melihatnya. Langsung kubuka pintu depan rumahnya, hingga membuat mereka terkejut. "E Ryan.." Serempak mereka mengucapkan itu melihat kedatanganku. "Katanya garap skripsi kok malah asyik berduaan gitu?" bentakku ke Risa, karena cemburukku yang tidak terkontrol. "Iya.. Kita kan lagi istirahat dulu" jawab Risa sambil tergagap. Kulihat Rico hanya diam saja mematung. Nampaknya ia tidak mau terlalu ikut campur karena "internal" kami. "Kok nggak ada buku-bukunya?" tanyaku dengan kesal. Tanpa menunggu jawaban kemudian aku keluar sembari membanting pintu menuju mobilku yang kuparkir di halaman. Aku sendiri tidak paham kenapa aku bisa secemburu ini padahal aku juga sudah kenal baik dengan Rico dan aku pun paham meski pun kadang Risa agak sedikit genit namun dia tidak mungkin melakukan hal yanhg aneh-aneh dan melebihi batas. Aku masuk ke mobilku dan kustarter mobilku, tiba-tiba Risa keluar dari rumah dan berteriak-teriak memanggil namaku. "Ryan.. Ryan.." Ia langsung masuk ke mobillku. "Kamu kenapa sih Ryan kok nggak biasanya kamu begitu?" "Gak usah banyak tanya, kan udah jelas kamu ini nggak tahu diri, aku lagi susah-susah untuk berusaha mengerjakan bisnis untuk masa depan kita berdua tapi kamu malah enak-enakan, bermesra-mesraan dengan Rico" "Kamu jangan salah paham Ryan.. Kok tega kamu menganggap aku serendah itu, aku kan hanya minta tolong sama rico apalagi dia yang lebih paham masalah skripsi ini.. Kamu jahat Ryan" Risa mencoba menjelaskan sambil menangis. Melihatnya menangis aku menjadi iba, teringat aku akan kebaikannya, lucunya, keceriannya, bibir seksinya. Sejenak aku diam, kemudian kurengkuh badannya dalam pelukanku. "Tapi kamu nggak selingkuh kan sayang?" Risa menggeleng, kuseka air matanya, kuelus pipinya kemudian kukecup bibirnya. Ia membalas, lidah kami saling bertautan. "Uhh.., ogh.." ia melenguh ketika sambil kucium bibirnya tangan bergerilya ke payudaranya. "Uhh Ryan.. Aku sayang kamu" ciuman lidahnya makin panas dalam mulutku, sementara tanganku terus bergerilya pada dua buah dadanya yang montok. Aku tahu betul kalau Risa ini paling tidak tahan ketika dadanya di sentuh, apalagi kalau putingnya di pegang pasti langsung mengeras bagaikan tersengan listrik 3000 volt. "Ahh.. Uh.. Ryan.. Aku nggak tahan, kita lanjutin di kamar yuk.. Gak enak kalau kelihatan orang" Wajah Risa memerah, nampak sekali kalau ia menahan gairah yang luar biasa. Tanpa banyak bicara langsung kupapah Risa sambil terus berangkulan menuju kamarnya. Kulihat di ruang tengah Rico tak ada, mungkin ia sedang di belakang. Tapi kami tak ambil pusing, langsung kubawa Risa ke kamarnya. Tanpa sempat menutup pintu sehingga agak terbuka sedikit. Kurebahkan tubuh Risa di kasur, kuciumi bibirnya, pipinya dan tak ingun kulepaskan. "Ohh.. Ryan.. Uh.. Nikmat sekali" Risa terus menggelinjang ketika kubuka bajunya. Tersembul di depan mukaku dua buah gunung yang masih terbungkus kain meski tidak menutupi semuanya. Putih bersih begitu indah dan menggairahkan. Kuciumi kembali 'buah' yang masih tertutup itu. "Uh.. Ogh.. Uh.. Ogh.." Desahan suara Risa semakin menggairahkan aku untuk terus memainkan payudaranya. Perlahan kubuka kait tali BH nya dari belakang, sedikit demi sedikit kutarik semua BH nya. "Oh.." Lenguhan Risa semakin kencang. Sejenak kupandangi dua buah gunung yang sudah tak berkain lagi, tampak putingnya yang kecoklatan mengeras tegak seolah memanggilku untuk segera menjilatnya "Kok dipandangi aja sih.. Cium dong". Risa memintaku seakan tak sabar untuk segera memintaku melumat habis putingnya. Kudekatkan perlahan kepalaku di dadanya. Kujilat-jilat kulit di sekitar putingnya sembari menggodanya untuk memberikan sensasi yang luar biasa. "Oh.. Oh, ogh," Risa merintih ketika lidahku tepat berada di putingnya. Kubasahi putingnya dengan ludahku. "Aughh.. Ohh.. Ogh.." Rintihan dan lenguhannya makin keras saat kutarik putingnya dengan mulutku.. "Ohh.. Ambil semua Ryan.. Ambil semua.. Aku milikmu Ryan" napas risa semakin tak beraturan menggelinjang ke kanan ke kiri bagai cacing kepanasan. Sementara itu akibat kelalaian kami tak menutup pintu, sepasang mata terus mengamati aktivitas yang aku dan Risa lakukan. Di luar sepengetahuanku, Rico ternyata mengintip perbuatan kami. Memang bukan sepenuhnya dia yang salah tapi juga karena keteledoran kami yang karena terlalu asyik tidak sempat menutup pintu. Aku terus mencumbu Risa, kujilat perutnya dan terus kebawah. Pelan namun pasti kubuka celana jeans Risa, tangannya secara refleks juga ikut membantu menurunkan celananya. Terlepaslah celana jeans biru Risa, kini yang tertinggal hanyalah celana dalam warna pink yang di dalamnya tampak gundukan hitam yang ditumbuhi rambut ynag cukup lebat. "Oh.. Rico.." Teriak tertahan Risa yang makin terangsang, sambil menggigit bibir menahan gelora nafsu yang kian panas. "CD-mu lepas sekalian yah?" "Ehm.." Ungkap Risa sembari menggangguk, seakan tak mampu lagi untuk mengeluarkan kata-kata. Kini Risa telah telanjang bulat di depanku, bodynya betul-betul menggairahkan membuat 'adik' kecilku yang masih tersimpan di celana berontak meminta untuk keluar ikut bergabung. "Kamu lepasin juga dong pakaianmu.. Kan nggak adil kamu masih lengkap aku dah telanjang bulat gini" Tanpa banyak bicara kulepaskan seluruh pakaianku, hingga keluarlah senjataku yang telah berdiri tegak dan bersiap menjemput mangsanya. Kutundukkan kepalaku untuk menciumi gundukan bukit kecil Risa yang ditumbuhi hutan hitam yang lebat. "Ohh.. Uhh.. Ugh" teriakan Risa makin tak beraturan, apalagi saat kutemukan benda kecil bagai kacang berwarna merah dan basah. Sejenak kupandangi kemudian kembali kusapu dengan lidahku meminum sari-sari kacang itu dengan nikmatnya. "Ah.. Ryan.. Kamu pintar sekali, terusin Ryan.. Terusin" sambil menggelinjang tangan Risa mencari-cari sesuatu. Ups.. Akhirnya ia dapatkan juga tongkatku yang sudah tegak. "Oh.. Oh.." aku pun mendesah geli ketika tongkatku dipegang tangan halusnya, perlahan tongkatku dikocoknya. "Uh.. Uh.." Aku semakin tak tahan merasakan sensasi yang begitu nikmat. Tiba-tiba Risa bergerak memutar tubuhnya hingga mulutnya persis berada di 'adik' kecilku seolah ia mau berdiskusi lebih jauh dengan 'adik'ku yang gagah. Sedangkan mulutku juga tepat berada di bukit yang di tengahnya terdapat lorong ditutup kacang. Kami bermain dengan gaya 69. "Oh.. Uhh.. Ogh.." "Ah.. Uh.. Slurp.. Slurp.." Bunyi gesekan mulut dan tongkat serta mulut dan gua makin keras terdengar. Kami asyik dengan mainan kami masing-masing hingga berlangsung sekitar 20 menit. "Ryan.. Aku nggak tahan lagi, masukin dong tongkatmu ke guaku" Rengek Risa sambil terus berdiskusi dengan tongkatku, dijilatnya tongkatku hingga licin, bahkan sesekali telornya pun ia cicipi juga. "Ryan.. Please.. Cepetan donk.. Aku nggak tahan lagi.." "He eh.." Jawabku sambil terus menikmati kacangnya.. Beberapa saat kemudian kuputar badanku pada posisi semula. Risa mengangkangkan kakinya hingga gundukan bukit itu nampak jelas sekali. Hutannya yang hitam dan rimbun membuat pemandangan tampak begitu indah, begitu pula 'kacang basahnya' yang melambai-lambai. Wajahnya yang merah, bibirnya yang seksi menahan gairah semakin menambah kecantikannya malam ini. "Cepetan dong Ryan.." Perlahan namun pasti kugerakkan tongkatku menuju gua yang lebat itu "Ouhh.." Risa merintih saat kepala tongkatku mulai masuk kemulut gua yang sudah basah dan licin. "Ah.. Ouh.. Ohh." "Oh.. Oh.. Uhh.." Desahannya dan desahanku bersahutan tatkala pelan-pelan batang tongkatku masuk ke dalam gua. Sejenak tongkat itu kutarik keluar kemudian kumasukkan lagi dengan sangat perlahan. "Ahh.. Ouhh.. Nikmat sekali Ryan.. Ohh" "Aku sayang kamu Risa" "Aku juga Ryan.. Oh nikmat sekali.. Ohh" Tongkatku terus bersenam maju mundur di dalam gua Risa. Sementara itu mulutku juga terus bergerilya di gunung kembar Risa. "Ahh.. Ryan.. Oh.. Terus Ryan.. Dalem lagi.. Ohh" Risa terus menggelinjang ke sana ke mari, pantatnya juga terus bergoyang bagaikan Inul di atas panggung. "Oh.. Oh.. Aku tak tahan lagi Ryan.. Tongkatmu enak sekali, aku hampir sampai.. Terus Ryan lebih keras lagi.. Ohh" "Ahh.. Uhh.. Uh.. Aku juga hampir keluar sayang, dikeluarkan dimana? Di luar apa di dalam?" Tiba-tiba ada sesuatu lahar panas yang akan segera muntah dari tongkat kenikmatanku. "Di dalam aja biar nikmat.. Oh.. Uh.." Cret.. Cret.. Crett.. Keluarlah lahar panas dari tongkatku. "Ohh.. Aku sampai.." Pada saat yang bersamaan Risa juga sampai pada puncaknya. "Uhh.. Ogh.." Lolongan panjang kami mengakhiri pertempuran pertama yang luar biasa nikmatnya. Perlahan nafas kami teratur kembali seperti turun dari puncak kenikmatan yang sensasional. Prakk.. Tiba-tiba terdengar suara vas bunga tersenggol, aku dan Risa saling berpandangan, terkejut sekaligus sadar kalau Rico masih ada di ruang tengah. "Risa.. Rico kan belum pulang?" "Belum.. Kamu sih terlalu bernafsu.." "Habis kamu juga sih.. Terlalu menggairahkan he he.." "Jangan-jangan dia lihat kita?" "Biarin aja deh, kan malah lebih sensasional" "Dasar Gabrut kamu.." "Eh Risa, aku punya ide" Tiba tiba muncul dalam benakku untuk mengajak Rico ikut serta dalam permainan kami, seolah aku sudah lupa kalau tadi sempat merasa cemburu dengan keberadaannya. "Ide apaan?" "Gimana kalau Rico kita ajak sekalian main dengan kita" "Maksudmu?" "Kita ajak dia untuk bercinta bersama, kan lebih asyiik.. Pasti jauh lebih nikmat" "Ah gila kamu.. Gak mau emangnya aku cewek apaan.." "Bukan begitu, pasti lebih sensasional. Percayalah ini tidak akan mempengaruhi hubungan kita. It's just sex not love. Aku juga tetap mencintaimu" Sejenak Risa berpikir, mungkin ia menganggap ideku sangat gila, tapi entah kenapa tiba-tiba bulunya merinding dan tampak wajahnya bergairah, mungkin ia membayangkan permainan tersebut. Namun ia juga tidak mau kalau tampak menggebu menginginkan permainan itu karena bagaimana pun kami memang saling mencintai. "Apa kamu serius Ryan?" "Serius" aku coba meyakinkan Risa. "Kamu nggak cemburu kalau aku main seks juga dengan Rico?" "Ya enggaklah kan aku yang minta, asalkan ada aku" "Kamu nggak ngambek lagi kayak tadi saat liat aku hanya bercanda dengan Rico" "Enggak.. Percayalah.. Ini mungkin malah akan membuat hubungan kita semakin dewasa" "Terserah kamulah" Risa akhirnya pasrah, yang penting tak mengubah apapun pada hubungan kami, karena tiba-tiba ia pun mulai bergairah. "Ok kalau gitu aku akan bicara ama Rico" Aku segera turun dari ranjang, kupakai celanaku kemudian aku keluar dari kamar. Kulihat Rico lagi merokok di ruang tengah, dari wajahnya nampak ia sangat gelisah melihat permainan tadi, mungkin ia juga sangat terangsang tapi tak ada pelampiasan. Kaget ia ketika melihatku melangkah ke arahnya. "Eh Ryan.." "Ric.. Sori ya perlakuanku tadi, aku agak emosi karena badanku lagi capek, pikiranku juga stress akibat kerjaan" "Gak pa-pa kok Ryan.. Aku paham, biasalah dalam setiap berhubungan, cemburu itu kan tanda sayang" ungkapnya sok bijak dan arif. "Sori juga tadi kamu kami tinggal sendirian di ruang tengah" "Gak pa-pa kok" "Tapi tadi kamu lihat kan aku ngapain dengan Risa?" "Enggak.. Aku nggak.. Tahu.." Katanya agak gugup. "Gak usah bohong Ric.. Aku nggak pa-pa kok, kita kan udah sama-sama dewasa, malah kalau kamu mau boleh kok kalau kamu ikutan" "Maksudmu?" "Iya kalau kamu mau, kamu boleh kok ikutan" "Ikutan apaan?" "Ikutan bermain seperti yang kamu lihat tadi" "Apa aku nggak salah denger? "Enggak.. Tadi aku juga udah bicarakan ama Risa, Risa juga setuju kok, itung-itung ini sebagai tanda maaf kami berdua, lagian kamu kan juga udah lihat semuanya" Rico tercenung, mungkin ia tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar, ia seolah sedang bermimpi. Tapi aku segera menyadarkannya. "Yuk kita ke kamar.. Kasihan Risa dah menunggu lama" kutarik tangan Rico untuk ikut ke kamar Risa. Begitu masuk kamar, nampaklah Risa sedang telentang di tempat tidur sambil diselimuti sedikit di bagian bawah perutnya. Rico melongo melihat pemandangan yang luar biasa, paha yang putih mulus, dada yang indah membusung, pemandangan yang mungkin selama ini hanya ia bayangkan saat melakukan onani karena aku pun tahu kalau memang sudah sejak lama ia sangat tertarik dan bernafsu ketika melihat Risa. Namun sejauh ini ia cukup tahu diri karena Risa sudah ada yang punya. Tapi kini Rico melihat Risa yang betul-betul dalam posisi menantang, atas ajakanku sendiri yang merupakan pacarnya Risa. "Kok diem Ric, kenapa?" Sapa Risa memecahkan kesunyian. Kulihat sebenarnya Risa agak gugup dipandangi seperti itu. Apalagi kini di depannya ada dua lelaki yang selama ini memang dekat dengannya yang satu sahabatnya yang satu adalah pacarnya. Atau mungkin ia juga membayangkan sebentar lagi kedua orang dekatnya itu akan menjamah tubuhnya dan memberikan kenikmatan kepadanya. Kulihat pancaran wajahnya sangat bergairah. Sedangkan aku sendiri juga tidak tahu kenapa, saat ini sama sekali tidak ada rasa cemburu sedikit pun, malah yang justru aku sangat terangsang menghadapi permainan yang akan segera kami mulai. "Yuk Ric kita mulai pestanya" Kuajak Rico segera mendekat ke Risa. Kulepas semua baju yang ada di tubuhku, juga kuminta hal yang sama dengan Rico. Kini kami bertiga dalam keadaan yang sama-sama telanjang. Kulirik tongkat Rico yang sudah tegak, dari sisi ukuran memang tak jauh beda. Namun masing-masing punya kekhasan tersendiri. Punyanya agak melengkung sedangkan punyaku menjulang dengan kokohnya. Aku memulai duluan dengan merundukkan kepalaku pada bagian bawah perut Risa. Hutannya yang lebat kuciumi dengan seksama. "Ouh.. Ouh.." Risa merintih kenikmatan. Rico pun tidak mau ketinggalan, ia mengambil bagian pada wajah Risa. Ia ciumi bibir Risa dengan lembutnya. Bibir sensual yang selama ini hanya ada dalam bayangannya. "Ouh.. Ogh.. Uh.." Risa tak tahan menahan sensasi serangan bawah atas, tubuhnya menggeliat ke sana ke mari, pantatnya bergoyang bagai tampah yang sedang diputar-putar. Sambil terus beradu bibir dengan Risa, tangan Rico bergerilya ke dalam payudara Risa yang ranum. "Ouh.. Ou.." sensasi yang Risa rasakan makin menjadi-jadi. "Hh.. Uh.." Desah nafas kami makin tak beraturan. Sambil terus kujilati 'kacang basah' Risa, kulihat Rico mengubah posisi. Tongkatnya yang melengkung itu ia sodorkan ke mulut Risa. Dan Risa pun menyambutnya dengan antusias. "Ouhh.. Ups.." Pelan dan pasti tongkat Rico keluar masuk dari mulut Risa.. Terkadang Risa melahapnya hingga hampir mengenai telurnya. "Ohh.." Kudengar erangan Rico menahan kenikmatan dari mulut yang selama ini ia bayangkan. Sementara aku sendiri juga mengubah posisi, tongkatku yang sudah tegak kucoba untuk kumasukkan ke dalam tempat 'kacang basah' Risa. "Aauuww.. Ohh.. Auww" Risa berteriak tertahan menahan kenikmatan tongkatku, namun tertahan suaranya oleh tongkat Rico yang sedang maju mundur. Kulihat wajah pacarku ini benar-benar cantik dan menggairahkan dengan dua buah tongkat yang sedang memasuki lubang atas dan bawahnya. Kugerakkan tongkatku maju mundur mengikuti gerakan Rico yang juga maju mundur dalam mulut Risa. "Ohh.. Ua.. Uuaoww" berbagai suara-suara tertahan serta desahan nafas memecah kesunyian malam itu. Setelah berlangsung selama 10 menit, kemudian Rico menoleh ke arahku, meski ia tak bicara tapi aku mengerti kalau ia minta ijin kepadaku untuk tukar posisi, karena ia ingin merasakan juga nikmatnya 'kacang basah' Risa. Kami pun bertukar tempat. Tongkat Rico di bawah, sedangkan tongkatku di mulut Risa. "Ouhh.. Ohh.." Tongkatku maju mundur dalam mulut Risa, kadang kepalanya ia jilat, kadang batangnya bahkan kadang seluruhnya ia telan. "Ouhh enak sekali Ris.. Punya kamu masih seret.. Ohh" Terdengar Rico meracau merasakan nikmatnya gua Risa. "Ris, kamu makin cantik sekali, dengan wajah penuh permen gitu.. Ohh" matanya melotot kugodain seperti itu, tapi makin tambah nikmat. "Ohh Ris.. Dada kamu montok sekali.. Ohh" "Ahh.. Kamu menggairahkan sekali Ris.." "Auh.. Ohh" sensasi yang kami rasakan makin menjadi. Mata Risa berkejap-kejap tanda ia sudah mau mencapai orgasme, aku hapal betul tanda-tanda ini karena aku sering bermain cinta dengan Risa. "Ohh.. Ohh.." Di saat yang sama akupun juga merasakan hal serupa, akhirnya kutumpahkan seluruh lahar panasku kemulutnya. Crutt.. Crutt.. "Ups.. Ohh.." Mulut Risa belepotan oleh cairan lahar panasku. Sebagian ia telan karena ia mempercayai akan membuatnya awet muda. Sedangkan Rico masih terus memompa, tapi kulihat ia pun hampir mengeluarkan lahar panasnya. "Ohh.. Huu.. Ohhghh.." Cret.. Cret.. Crret.. Tumpahlah lahar panas Rico yang ia keluarkan di perut Risa, sengaja ia tidak mau mengeluarkan di dalam karena takut resiko pada kehamilan Risa, meski sebenarnya Risa sudah meminum obat anti hamil. Kami bertiga kemudian tergeletak lemas, namun puas setelah mencapai puncak bersama-sama. Karena Risa di rumah sendirian, maka semalam kami terus berpesta. Kadang aku dengan Risa, kadang Rico dengan Risa, kadang juga bertiga. Tapi yang pasti aku tidak dengan Rico karena aku masih waras bukan gay. Dan kulihat Risa sangat menyukai permainan ini. Sejak saat itu hubunganku dengan Risa semakin mesra, tanpa ada rasa cemburu tapi semakin cinta. Dan rencananya kami juga akan segera menikah. Sedangkan petualangan kami terus berlanjut yang mungkin di lain waktu kuceritakan.