Sabtu, 12 Januari 2013
Para Peronda Malam
Hai, aku kembali menceritakan pengalaman seksku. Sebelumnya saya pernah
menceritakan pengalamanku dalam kisah 'Tukang Air, Listrik, dan
Bangunan' dan 'Gairah Pengemis Buta'. Aku adalah seorang mahasiswi yang
memiliki nafsu seks yang cukup tinggi. Sejak keperawananku hilang di
SMA aku selalu ingin melakukannya lagi dan lagi. Kalau dipikir-pikir,
entah sudah berapa orang yang menikmati tubuhku ini, sudah berapa penis
yang pernah masuk ke vaginaku ini, aku juga menikmati sekali nge-seks
dengan orang yang belum pernah aku kenal dan namanya pun belum aku tahu
seperti para tukang yang pernah aku ceritakan pada kisah terdahulu.
Nah ceritanya begini, aku baru saja pulang dari rumah temanku seusai
mengerjakan tugas kelompok salah satu mata kuliah. Tugas yang
benar-benar melelahkan itu akhirnya selesai juga hari itu. Ketika aku
meninggalkan rumah temanku langit sudah gelap, arlojiku menunjukkan
pukul 8 lebih. Yang kutakutkan adalah bensinku tinggal sedikit sekali,
padahal rumahku cukup jauh dari daerah ini lagipula aku agak asing
dengan daerah ini karena aku jarang berkunjung ke temanku yang satu ini.
Di perjalanan aku melihat sebuah pom bensin, tapi harapanku langsung
sirna karena begitu mau membelokkan mobilku ternyata pom bensin itu
sudah tutup, aku jadi kesal sampai menggebrak setirku, terpaksa
kuteruskan perjalanan sambil berharap menemukan pom bensin yang masih
buka atau segera sampai ke rumah. Ketika sedang berada di sebuah
kompleks perumahan yang cukup sepi dan gelap, tiba-tiba mobilku mulai
kehilangan tenaga, aku agak panik hingga kutepikan mobilku dan kucoba
menstarternya, namun walupun kucoba berulang-ulang tetap saja tidak
berhasil, menyesal sekali aku gara-gara tadi siang terlambat kuliah jadi
aku tidak sempat mengisi bensin terjebak tidak tahu harus bagaimana,
kedua orang tuaku sedang di luar kota, di rumah cuma ada pembantu yang
tidak bisa diharapkan bantuannya. Tidak jauh dari mobilku nampak sebuah
pos ronda yang lampunya menyala remang-remang. Aku segera turun dan
menuju ke sana untuk meminta bantuan, setibanya di sana aku melihat 5
orang di sana sedang ngobrol-ngobrol, juga ada 2 motor diparkir di sana,
mereka adalah yang mendapat giliran ronda malam itu dan juga 2 tukang
ojek. "Ada apa Non, malam-malam begini? Nyasar ya?", tanya salah
seorang yang berpakaian hansip. "Eeh.. itu Pak, Bapak tau nggak pom
bensin yang paling dekat dari sini tapi masih buka, soalnya mobil saya
kehabisan bensin", kujawab sambil menunjuk ke arah mobilku. "Wah, kalo
pom bensin jam segini sudah tutup semua Non, ada yang buka terus tapi
agak jauh dari sini", timpal seorang Bapak berkumis tebal yang ternyata
tukang ojek di daerah itu. "Aduuhh.. gimana ya! Atau gini aja deh Pak,
Bapak kan punya motor, mau nggak Bapak beliin bensin buat saya, ntar
saya bayar kok", tawarku. Untung mereka berbaik hati menyetujuinya, si
Bapak yang berkumis tebal itu mengambil jaketnya dan segera berangkat
dengan motornya. Tinggallah aku bersama 4 orang lainnya. "Mari Non
duduk dulu di sini sambil nunggu". Seorang pemuda berumur kira-kira 18
tahunan menggeser duduknya untuk memberiku tempat di kursi panjang itu.
Seorang Bapak setengah baya yang memakai sarung menawariku segelas air
hangat, mereka tampak ramah sekali sampai-sampai aku harus terus
tersenyum dan berterima kasih karena merasa merepotkan. Kami akhirnya
ngobrol-ngobrol dengan akrab, aku juga merasakan kalau mereka sedang
memandangi tubuhku, hari itu aku memakai celana jeans ketat dan setelan
luar berlengan panjang dari bahan jeans, di dalamnya aku memakai
tanktop merah yang potongan dadanya rendah sehingga belahan dadaku agak
terlihat. Jadi tidak heran si pemuda di sampingku selalu berusaha
mencuri pandang ingin melihat daerah itu. Kompleks itu sudah sepi
sekali saat itu, sehingga mulai timbul niat isengku dan membayangkan
bagaimana seandainya kuberikan tubuhku untuk dinikmati mereka sekalian
juga sebagai balas budi. Sehubungan dengan cuaca di Jakarta yang cukup
panas akhir-akhir ini, aku iseng-iseng berkata, "Wah.. panas banget yah
belakangan ini Pak, sampai malam gini aja masih panas". Aku mengatakan
hal tersebut sambil mengibas-ngibaskan leher bajuku kemudian dengan
santainya kulepaskan setelan luarku, sehingga nampaklah lenganku yang
putih mulus. Mereka menatapku dengan tidak berkedip, agaknya umpanku
sudah mengena, aku yakin mereka pasti terangsang dan tidak sabar ingin
menikmati tubuhku. Si pemuda di sampingku sepertinya sudah tak tahan
lagi, dia mulai memberanikan diri membelai lenganku, aku diam saja
diperlakukan begitu. Salah satu dari mereka, seorang tukang ojek
berusia 30 tahunan mengambil tempat di sebelahku, tangannya diletakkan
diatas pahaku, melihat tidak ada penolakan dariku, perlahan-lahan
tangan itu merambat ke atas hingga sampai ke payudaraku. Aku
mengeluarkan desahan lembut menggoda ketika si tukang ojek itu meremas
payudaraku, tanganku meraba kemaluan pemuda di sampingku yang sudah
terasa mengeras. Melihat hal ini kedua Bapak yang dari tadi hanya
tertegun serentak maju ikut menggerayangi tubuhku. Mereka berebutan
menyusupkan tangannya ke leher tanktop-ku yang rendah untuk mengerjai
dadaku, sebentar saja aku sudah merasakan kedua buah dadaku sudah
digerayangi tangan-tangan hitam kasar. Aku mengerang-ngerang keenakan
menikmati keempat orang itu menikmatiku. "Eh.. kita bawa ke dalam pos
aja biar aman!", usul si hansip. Mereka pun setuju dan aku dibawa masuk
ke pos yang berukuran 3x3 m itu, penerangannya hanya sebuah bohlam 40
watt. Mereka dengan tidak sabaran langsung melepas tank top dan bra-ku
yang sudah tersingkap. Aku sendiri membuka kancing celana jeansku dan
menariknya ke bawah. Keempat orang ini terpesona melihat tubuhku yang
tinggal terbalut celana dalam pink yang minim, payudaraku yang montok
dengan puting kemerahan itu membusung tegak. Ini merupakan hal yang
menyenangkan dengan membuat pria tergiur dengan kemolekan tubuhku,
untuk lebih merangsang mereka, kubuka ikat rambutku sehingga rambutku
terurai sampai menyentuh bahu. Si hansip menyuruh seseorang untuk
berjaga dulu di luar khawatir kalau ada yang memergoki, akhirnya yang
paling muda diantara mereka yaitu si pemuda itu yang mereka panggil Mat
itulah yang diberi giliran jaga, Mat dengan bersungut-sungut
meninggalkan ruangan itu. Si hansip mendekapku dari belakang dan
tangannya merogoh-rogoh celana dalamku, terasa benar jari-jarinya
merayap masuk dan menyentuh dinding kewanitaanku, sementara di tukang
ojek membungkuk untuk bisa mengenyot payudaraku, putingku yang sudah
menegang itu disedot dan digigit kecil. Kemudian aku dibaringkan pada
tikar yang mereka gelar disitu. Mereka bertiga sudah membuka celananya
sehingga terlihatlah tiga batang yang sudah mengeras, aku sampai
terpana melihat batang mereka yang besar-besar itu, terutama punya si
hansip, penisnya paling besar diantara ketiganya, hitam dan dipenuhi
urat-urat menonjol. Celana dalamku mereka lucuti jadi sekarang aku
sudah telanjang bulat. Aku langsung meraih penisnya, kukocok lalu
kumasukkan ke mulutku untuk dijilat dan dikulum, selain itu tangan
lembutku meremas-remas buah zakarnya, sungguh besar penisnya ini sampai
tidak muat seluruhnya di mulutku yang mungil, paling cuma masuk tiga
perempatnya. Si tukang ojek mengangkat sedikit pinggulku dan menyelipkan
kepalanya di antara kedua belah paha mulusku, dengan kedua jarinya dia
sibakkan kemaluanku sehingga terlihatlah vagina pink-ku di antara
bulu-bulu hitam. Lidahnya mulai menyentuh bagian dalam vaginaku, dia
juga melakukan jilatan-jilatan dan menyedotnya, tubuhku menggelinjang
merasakan birahi yang memuncak, kedua pahaku mengapit kencang kepalanya
karena merasa geli dan nikmat di bawah sana. Bapak bersarung menikmati
payudaraku sambil penisnya kukocok dengan tanganku dan payudaraku yang
satunya diremasi si hansip yang sedang ku-karaoke. Aku sering melihat
sebentar-sebentar Mat nongol di jendela mengintipku diperkosa
teman-temannya, nampaknya dia sudah gelisah karena tidak sabaran lagi
untuk bisa menikmati tubuhku. Tak lama kemudian aku mencapai orgasme
pertamaku melalui permainan mulut si tukang ojek pada kemaluanku,
tubuhku mengejang sesaat, dari mulutku terdengar erangan tertahan karena
mulutku penuh oleh penis si hansip. Cairanku yang mengalir dengan
deras itu dilahap olehnya dengan rakus sampai terdengar bunyi,
"Slurrpp.., sluupp..". Puas menjilati vaginaku, si tukang ojek
meneruskannya dengan memasukkan penisnya ke vaginaku, eranganku
mengiringi masuknya penis itu, cairan cintaku menyebabkan penis itu
lebih leluasa menancap ke dalam. Aku merasakan nikmatnya setiap
gesekannya dengan melipat kakiku menjepit pantatnya agar tusukannya
semakin dalam. Bapak bersarung menggeram-geram keenakan saat penisnya
kujilati dan kuemut, sedangkan si hansip sekarang sedang meremas-remas
payudaraku sambil menjilati leher jenjangku. Aku dibuatnya kegelian
nikmat oleh jilatan-jilatannya, selain leher dia jilati juga telingaku
lalu turun lagi ke payudaraku yang langsung dia caplok dengan mulutnya
Beberapa saat lamanya si tukang ojek menggenjotku, tiba-tiba
genjotannya makin cepat dan pinggulku dipegang makin erat, akhirnya
tumpahlah maninya di dalam kemaluanku diiringi dengan erangannya, lalu
dia lepaskan penisnya dari vaginaku. Posisinya segera digantikan oleh
si hansip yang mengatur tubuhku dengan posisi bertumpu pada kedua
tangan dan lututku. Kembali vaginaku dimasuki penis, penis yang besar
sampai aku meringis dan mengerang menahan sakit ketika penis itu.
"Wuah.. memek Non ini sempit banget, untung banget gua hari ini bisa
ngentot sama anak kuliahan.. emmhh.. ohh..", komentar si hansip.
Sodokan-sodokannya benar-benar mantap sehingga aku merintih keras
setiap penis itu menghujam ke dalam, kegaduhanku diredam oleh Bapak
bersarung yang duduk mekangkang di depanku dan menjejali mulutku dengan
penisnya, penis itu ditekan-tekankan ke dalam mulutku hingga wajahku
hampir terbenam pada bulu-bulu kemaluannya. Aku sangat menikmati
menyepong penisnya, kedua buah zakarnya kupijati dengan tanganku,
sementara di belakang si hansip mengakangkan pahaku lebih lebar lagi
sambil terus menyodokku, si tukang ojek beristirahat sambil
memain-mainkan payudaraku yang menggantung. Si Bapak bersarung akhirnya
ejakulasi lebih dulu di mulutku, dia melenguh panjang dan meremas-remas
rambutku saat aku mengeluarkan teknik mengisapku, kuminum semua air
maninya, tapi saking banyaknya ada sedikit yang menetes di bibirku.
"Wah, si Non ini.. cantik-cantik demen nenggak peju!", komentar si
tukang ojek melihatku dengan rakus membersihkan penis si Bapak bersarung
dengan jilatanku. Tiba-tiba pintu terbuka, aku sedikit terkejut, di
depan pintu muncul si Mat dan si tukang ojek berkumis tebal yang sudah
kembali dari membeli bensin. "Wah.. ngapain nih, ngentot kok gak
ngajak-ngajak", katanya. "Iya nih, cepetan dong, masa gua dari tadi cuma
disuruh jaga, udah kebelet nih!", sambung si Mat. "Ya udah, lu dua-an
ngentot dulu sana, gua yang jaga sekarang", kata si tukang ojek yang
satu sambil merapikan lagi celananya. Segera setelah si tukang ojek
keluar dan menutup pintu, mereka berdua langsung melucuti pakaiannya, si
Mat juga membuka kaosnya sampai telanjang bulat, tubuhnya agak kurus
tapi penisnya lumayan juga, pas si tukang ojek berkumis melepas
celananya barulah aku menatapnya takjub karena penisnya ternyata lebih
besar daripada punya si hansip, diameternya lebih tebal pula. "Gile,
bisa mati kepuasan gua, keluar satu datang dua, mana kontolnya gede
lagi!", kataku dalam hati. Si hansip yang masih belum keluar masih
menggenjotku dari belakang, kali ini dia memegangi kedua lenganku
sehingga posisiku setengah berlutut. Si Mat langsung melumat bibirku
sambil meremas-remas dadaku, dan payudaraku yang lain dilumat si tukang
ojek itu. Nampak Mat begitu buasnya mencium dan memain-mainkan lidahnya
dalam mulutku, pelampiasan dari hajat yang dari tadi ditahan-tahan,
aku pun membalas perlakuannya dengan mengadukan lidahku dengannya.
Kumis si tukang ojek yang lebat itu terasa sekali menyapu-nyapu
payudaraku memberikan sensasi geli dan nikmat yang luar biasa. Si Bapak
bersarung sekarang mengistirahatkan penisnya sambil mencupangi leher
jenjangku membuat darahku makin bergolak saja memberi perasaan nikmat
ke seluruh tubuhku. Ketika aku merasa sudah mau keluar lagi, sodokan si
hansip pun terasa makin keras dan pegangannya pada lenganku juga makin
erat. "Aaahh..!", aku mendesah panjang saat tidak kuasa menahan
orgasmeku yang hampir bersamaan dengan si hansip, vaginaku terasa
hangat oleh semburan maninya, selangkanganku yang sudah becek semakin
banjir saja sampai cairan itu meleleh di salah satu pahaku. Tubuhku
sudah basah berkeringat, ditambah lagi cuaca yang cukup gerah. Setelah
mencapai klimaks panjang mereka melepaskanku, lalu si Bapak bersarung
berbaring di tikar dan menyuruhku menaiki penisnya. Baru saja aku
menduduki dan menancapkan penis itu, si tukang ojek menindihku dari
belakang dan kurasakan ada sesuatu yang menyeruak ke dalam anusku. Edan
memang si tukang ojek ini, sudah batangnya paling besar minta main
sodomi lagi. Untung daerah selanganku sudah penuh lendir sehingga
melicinkan jalan bagi benda hitam besar itu untuk menerobosnya, tapi
tetap saja sakitnya terasa sekali sampai aku menjerit-jerit kesakitan,
kalau saja ada orang lewat dan mendengarku pasti disangkanya sedang
terjadi pemerkosaan. Dua penis besar mengaduk-aduk kedua liang
senggamaku, si Bapak bersarung asyik menikmati payudaraku yang
menggantung tepat di depan wajahnya. Si Mat berlutut di depan wajahku,
tanpa disuruh lagi kuraih penisnya dan kukocok dalam mulutku, tidak
terlalu besar memang, tapi cukup keras. Kulihat wajahnya merah padam
sambil mendesah-desah, sepertinya dia grogi "Enak gak Mat? Kamu udah
pernah ngentot belum?", tanyaku di tengah desahan. "Aduh.. enak banget
Non, baru pernah saya ngerasain ngentot", katanya dengan bergetar. Aku
terus mengemut penis si Mat sambil tanganku yang satu lagi mengocok
penis supernya si hansip. Si Mat memaju-mundurkan pantatnya di mulutku
sampai akhirnya menyemprotkan maninya dengan deras yang langsung
kuhisap dan kutelan dengan rakus. Tidak sampai dua menit si tukang ojek
menyusul orgasme, dia melepas penisnya dari duburku lalu menyemprotkan
spermanya ke punggungku. Si Bapak bersarung juga sepertinya sudah mau
orgasme, tampak dari erangannya dan cengkeramannya yang makin erat pada
payudaraku. Maka kugoyang pinggulku lebih cepat sampai kurasakan
cairan hangat memenuhi vaginaku. Karena aku masih belum klimaks, aku
tetap menaik-turunkan tubuhku sampai 3 menit kemudian aku pun
mencapainya. Setelah itu si Bapak bersarung itu keluar dan si tukang
ojek yang tadi berjaga itu kembali masuk. "Aduh, belum puas juga nih
orang.. bisa pingsan gua lama-lama nih!", pikirku Tubuhku kembali
ditelentangkan di atas tikar. Kali ini giliran si Mat, dasar perjaka..
dia masih terlihat agak canggung saat ke mau mulai sehingga harus
kubimbing penisnya untuk menusuk vaginaku dan kurangsang dengan
kata-kata "Ayo Mat, kapan lagi lu bisa ngerasain ngentot sama cewek
kampus, puasin Mbak dong kalo lu laki-laki!". Setelah masuk setengah
kusuruh dia gerakkan pinggulnya maju-mundur. Tidak sampai lima menit
dia nampak sudah terbiasa dan menikmatinya. Si hansip sekarang naik ke
dadaku dan menjepitkan penisnya di antara kedua payudaraku, lalu dia
kocok penisnya disitu. Aku melihat jelas sekali kepala penis itu maju
mundur di bawah wajahku. Si tukang ojek berkumis menarik wajahku ke
samping dan menyodorkan penisnya. Kugenggam dan kujilati kepalanya
sehingga pemiliknya mendesah nikmat, mulutku tidak muat menampung
penisnya yang paling besar di antara mereka berlima. Aku sudah tidak
bisa ngapa-ngapain lagi, tubuhku dikuasai sepenuhnya oleh mereka, aku
hanya bisa menggerakkan tangan kiriku, itupun untuk mengocok penis si
tukang ojek yang satu lagi. Tubuhku basah kuyup oleh keringat dan juga
sperma yang disemburkan oleh mereka yang menggauliku. Setelah mereka
semua kebagian jatah, aku membersihkan tubuhku dengan handuk basah yang
diberikan si hansip lalu memakai kembali pakaianku. Mereka berpamitan
padaku dengan meneput pantatku atau meremas dadaku. Si tukang ojek
berkumis mengantarku ke mobil sambil membawa sejerigen bensin yang tadi
dibelinya. Setelah membantuku menuangkan bensin ternyata dia masih
belum puas, dengan paksa dilepaskannya celanaku dan menyodokkan
penisnya ke vaginaku. Kami melakukannya dalam posisi berdiri sambil
berpegangan pada mobilku selama 10 menit. Untung saja tidak ada orang
atau mobil yang lewat disini. Setibanya di rumah aku langsung mengguyur
tubuhku yang bau sperma itu di bawah shower lalu tidur dengan perasaan
puas. Sungguh pengalaman yang memuaskan, dan aku suka dengan seks liar
seperti ini. Pada kesempatan lain akan kuceritakan pengalamanku
ngeseks dengan pelatih mengemudiku, 2 orang pengamen, dosenku, satpam
kampusku, tukang becak yang mangkal di kompleksku, Pak RT, karyawan di
kampusku, dan lain sebagainya. E N D
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar