Kisah ini terjadi beberapa tahun yang lalu. Sudah lebih dari 5 tahun
usia perkimpoianku dengan Hendra, tapi belum juga menghasilkan momongan,
setelah mencari informasi ke teman teman akhirnya aku mendapat
rekomendasi dokter kandungan bagus yang berpraktek di kawasan elit
Jakarta.
Setelah membuat appointment, aku dan suamiku sudah berada di ruang
tunggu dokter Andri, pasien yang menunggu sudah banyak, dan ternyata
kami mendapat nomer terakhir tepat sebelum ditutup pendaftarannya.
Pukul 21:00 dipanggillah namaku oleh suster, aku masuk ke ruangan
dokter Andri sendirian, sementara suamiku harus menunggu di ruang
tunggu, konsultasi dilakukan di ruang praktek sendiri.
Betapa terkejut dan shock aku dibuatnya karena tanpa diduga ternyata
dokter Andri adalah mantan pacarku dulu sewaktu SMA di sebuah kota kecil
di Jawa Timur, kami memang bersahabat karena tiap kali pulang selalu
bersamaan karena jalan ke rumahnya melewati rumahku, hingga akhirnya
kami berpacaran saat dia kelas 3 menjelang ujian akhir, dia adalah kakak
kelasku satu tahun di atas, sebagai jagoan basket tentu banyak teman
wanitaku yang mencoba menarik perhatiannya, tapi ternyata pilihan jatuh
kepadaku.
Hubungan kami tidak berlangsung lama karena setelah seleai SMA dia
harus kuliah di Jakarta sementara aku ternyata sudah dijodohkan orang
tuaku dengan seorang Insinyur yang mengerjakan proyek di dekat tempat
tinggalku, dan setahun kemudian kimpoilah aku dengan Hendra saat usiaku
masih ingin menikmati masa muda dan remajaku.
“Lily !!!” teriak dokter Andri
“Andri !!!” teriakku bersamaan tak kalah terkejutnya.
Ternyata penampilan kami tidak banyak berubah meskipun sudah berpisah
lebih dari sepuluh tahun, Andri yang aku kenal masih seperti yang dulu,
tapi terlihat lebih dewasa, sehingga tidak ada rasa asing diantara
kami.
“Ly, gimana kabarmu selama ini, kemana aja kamu” Tanya Andri
Aku malu karena akulah yang meninggalkan dia untuk kimpoi dengan
Hendra, meskipun itu bukan kemauanku dan aku tetap mencintainya sebagai
cinta pertamaku.
Aku diam saja dan menunduk malu karena merasa bersalah dan sepertinya dia tahu perasaanku.
“Sudahlah Ly, semuanya sudah berlalu dan kini kita masing masing
punya kehidupan sendiri sendiri” kata Andri, terdengar nada kepedihan di
perkataannya.
“Oke sekarang apa masalahmu ?” Tanya Andri sudah berganti menjadi dokter Andri.
Kemudian aku menjelaskan permasalahanku yang tak juga kunjung punya
anak, malu juga sebenarnya menceritakan ini kepada bekas pacar yang
kutinggalkan.
Lalu dia melakukan sedikit Tanya jawab mengenai seputar kehidupan dan
sesekali menyerampet ke masalah sex yang cukup sensitive, tapi itu
kuanggap sebagai bagian dari tugas dia.
“oke, silahkan berbaring, biar aku periksa” kata dokter Andri
Aku menuruti saja perkataanya, kemudian dokter Andri mulai memeriksa
tubuhku, bisa kurasakan tangannya gemetar ketika memeriksa kondisi
tubuhku, sepertinya ada rasa nervous pada dokter Andri begitu juga aku,
mungkin dia tahu degup jantungku yang berdetak tak normal ketika
stetoskop di tempelkan di dadaku. Sepertinya kami berdua merasa
canggung.
Dokter Andri memintaku melepas celana dalamku karena dia mau USG,
dengan gemetar aku memenuhi permintaanya dan posisi kakiku mekangkang di
tempat yang sudah disediakan. Posisi dokter Andri tepat
diselangkanganku yang sudah tidak tertutup, aku yakin sekali dia bisa
melihat alat kewanitaanku dengan jelas, entah apa yang ada dipikiran dia
aku nggak tahu, kemudian dia memasukkan alatnya USG ke vaginaku, dan
tampaklah di layar monitor alat itu gambaran rahimku. Setelah melakukan
diagnosa, selesailah USG dan dia memintaku kembali duduk tempat duduk
semula, lalu menjelaskan diagnosanya terhadap rahimku dan beberapa
tindakan yang harus dilakukan.
Selesailah acara konsultasi dengan dokter Andri, aku beranjak dari
kursi dan menjabat tangan dokter Andri, aku tak punya kekuatan ketika
dokter Andri mencium pipi kananku bahkan ketika ciumannya berpindah
kekiripun aku tetap tiada kekuatan untuk menolaknya, bahkan seperti
diluar kendaliku, tanganku segera meraih kepala Andri dan kucium
bibirnya dan dia memberi respond dengan mengulum bibirku, cukup lama
kami berciuman melepas rindu yang sudah lama terpendam dan tak sempat
berkembang. Setelah kami tersadar, Andri melepas ciumannya, aku
sebenarnya ingin lebih lama lagi bersama dia, napasku sudah memburu tak
karuan, tapi dia sudah memanggil suster yang di luar.
“aku ingin kenalan dengan suamimu, kalau kamu nggak keberatan kupanggil dia masuk sekarang” katanya
“Sus, tolong panggil suami Nyonya ini masuk” perinyahnya pada suster.
Aku diam saja mengatur napas ketika susternya masuk. Kemudian Hendra
masuk ke ruang konsultasi dan duduk di sebelahku, kuremas tangannya
untuk menenangkan diriku sendiri, karena aku tak tahu apa yang dimaui
Andri.
“Pak Hendra, sepertinya istri anda perlu pemeriksaan lebih lanjut,
kalau anda tidak keberatan aku akan melakukan beberapa test, perlu waktu
mungkin sekitar 30 – 45 menit mungkin lebih, atau Senin minggu depan
supaya waktunya lebih lama”
Suamiku diam saja lalu melihat ke arahku, aku Cuma menganggukkan kepala karena masih bingung dengan apa maunya dokter Andri.
“baiklah dok, daripada minggu depan antri lagi, sekarang saja dok udah tanggung” jawab suamiku pasrah.
“oke silahkan tunggu diluar ” kata Andri sambil mempersilahkan suamiku keluar.
Begitu pintu ruang konsultasi di tutup, Andri menghampiriku.
“not bad, pantesan kamu mau meninggalkan aku demi dia” katanya sambil
tangannya menarikku ke pelukannya, dan kami kembali berdiri berciuman.
Tangannya berpindah ke pantatku dan menyingkap rokku, meremas
pantatku yang telanjang karena aku memang belum mengenakan kembali
celana dalamku, karena nervous.
Ciuman kami begitu bernafsu, maklum kangen berat, bibir Andri sudah
turun ke leherku, tak mau kalah kupeluk dia erat erat saat Andre
mengelus dan meraba raba pentatku, nafasku berpacu dengan nafsu.
Antara kesadaran sebagai seorang istri dan rasa kangen serta ingin
menebus kesalahan masa lalu saling muncul silih berganti, tapi akhirnya
menghilang saat dokter Andri mulai membuka resluiting bajuku dan
dipelorotkan ke bawah. Aku kembali memeluknya ketika tinggal bra ungu
yang menutupi bagian intim tubuhku. kubuka celananya hingga melorot
kebawah dan tanganku langsung menuju ke penisnya yang masih tertutup
celana dalam, kurasakan ketegangan dan keras seperti batu, agak malu
juga aku telanjang di depan dia tanpa sehelai benangpun menempel di
tubuhku, baru kali ini aku dalam posisi seperti ini selain dengan
suamiku. Andri langsung menyerbu kedua bukit di dadaku yang masih
tertutup bra sutera, diciuminya kedua bukit itu dengan gemas, sesaat
kemudian bra-ku tak bertahan lagi di tubuhku.
“kamu ternyata makin montok saja, dan buah dadamu makin indah dan
terawat dibanding dulu, makin matang dan lebih sexy” katanya sambil
memandangi tubuhku yang sudah telanjang dan langsung membenamkan
kepalanya di antara kedua belah bukit di dadaku.
Meskipun pacaran kami tak lama, tapi karena kami sudah berteman
sejak lama, maka pada masa pacaran kami sudah pernah saling meraba dan
melihat, hanya sebatas itu, paling banter peting.
Andri sudah mendaratkan lidahnya ke puncak bukitku, dia mempermainkan
lidahnya di putingku, secara bergantian dari kiri ke kanan dan
seterusnya sambil tangannya meremas remas dengan penuh gairah seakan tak
ingin kehilangan diriku lagi.
Kurasakan kenikmatan yang tak terkira, gairah sexualku mulai naik,
aku hanya bisa menggelinjang, kugigit bibirku karena tidak bisa mendesah
dan menjerit dalam kenikmatan, takut ketahuan.
Andri mendudukkanku di meja prakteknya, dengan hati hati
disingkirkannya peralatan kerjanya ke kursi samping supaya tak
menumbilkan curiga pada suster maupun suamiku yang menunggu di luar.
Kakiku dipentangkan lebar seperti saat konsultasi tadi, tapi kali ini
kepala Andri langsung menuju ke selangkanganku, dibenamkannya kepalanya
diantara kedua pahaku, ternyata Andri mempermainkan vaginaku dengan
lidahnya. Kuremas rambutnya sebagai pelambiasan karena aku tidak bisa
melampiaskan dengan menjerit atau mendesah seperti biasa kulakukan.
Napasku sudah berpacu dengan birahiku, dengan indahnya Andri
mempermainkan irama jilatannya di daerah yang benar benar peka,
sepertinya dia sangat menguasai peta anatomi daerah erotica vaginaku,
dan aku dibuatnya melayang layang menuju puncak kenikmatan, jilatannya
sungguh teratur, halus tidak kasar tetapi memberikan kenikmatan yang
tiada tara, permainan di daerah klitoris maupun kombinasi permainan
lidah dan kocokan jari tangannya terlalu berlebihan kenikmatannya.
Hampir saja aku menjerit kalau saja Andri tidak segera menghentikan permainan lidahnya.
“please Ndri, jangan goda aku, sekarang please” desahku pelan takut
terdengar suamiku yang menunggu di luar, entah dia dengar atau tidak.
Mengerti akan permintaanku, Andri mengakhiri permainan lidahnya, dia berdiri didepanku, mengamati aku yang lagi terbakar birahi.
“kamu makin cantik dan mempesona apalagi kalau lagi bernafsu seperti
ini” katanya sambil melepas baju dan celananya, tangannya mengatur
penisnya ke vaginaku.
Kami kembali berciuman, tanganku memegang penisnya dan mengocoknya.
“sepertinya lebih besar daripada dulu” bisikku sambil meremas remas penisnya.
Dia hanya tersenyum ketika kubimbing penis itu ke vaginaku yang sudah
basah, kusapukan sejenak ke bibir vaginaku, ternyata Andri tidak mau
menunggu terlalu lama, dia langsung mendorong masuk penisnya ke vaginaku
yang sudah basah, gerakannya perlahan tapi makin lama makin masuk ke
dalam, hingga semua batang penis Andri terbenam ke vaginaku didiamkannya
sejenak.
Ini adalah penis kedua yang menikmati hangatnya vaginaku selain
suamiku, karena aku memang tidak pernah berselingkuh dengan laki laki
lain. Sebenarnya ukuran penis Andri boleh dibilang sama dengan punya
Hendra, tapi karena bentuknya berbeda, maka aku merasakan sensasi yang
berbeda antara Andri dan suamiku.
“pelan pelan, ndri” bisikku
“lebih dari sepuluh tahun aku mendambakan saat saat seperti ini” jawabnya sambil memandangku penuh kemesraan.
Andri menarik keluar secara perlahan dan kembali memasukkan secara
perlahan pula dan makin lama makin cepat, tapi halus dan tidak liar.
Sungguh indah permainan Andri, dengan penuh perasaan dan penuh
kenikmatan, dia mengocok vaginaku dengan penisnya tangannya meraba dan
meremas buah dadaku.
Aku telentang di meja, diangkatnya kakiku ke pundaknya, tangannya
meremas kedua buah dadaku, gerakannya tetap teratur seakan dia menikmati
setiap gesekan dan gerakan dari tubuhku, pandangan matanya tak pernah
lepas dari mataku sungguh menghanyutkan pandangannya. Dirabanya seluruh
tubuhku seolah tak mau terlewatkan sejengkalpun dari jamahannya.
“terlalu lama aku merindukan seperti ini, selama hampir tiga tahun
pertama sejak perkimpoianmu aku membayangkan saat seperti ini” katanya
tanpa menghentikan gerakannya
“Ndri, please jangan ungkit itu lagi” kataku pelan disela sela kenikmatan
Andri lalu membalikkan tubuhku, kini aku tengkurap di meja kerjanya,
dengan perlahan Andri kembali memasukkan vaginaku, kali ini dari
belakang. Kembali aku merasakan kenikmatan yang datang silih berganti
antara sodokan, elusan dan ciuman di punggung serta remasan di dadaku,
aku merasakan bercinta dengan seorang good lover yang romantis, yang
tahu kapan saatnya untuk berbuat apa, dia sepertinya tahu persis yang
bisa membuatku melambung ke awan kenikmatan birahi, kurasakan kocokan
yang penuh kemesraan dan perasaan. Lalu Andri menarik tanganku, kini aku
setengah berdiri dengan tanganku dipegangi dari belakang sama Andri,
dikocoknya dengan tiada henti, ingin rasanya teriak atau mendesah
merasakan kenikmatan ini, tapi suamiku masih menunggu diluar sementara
Andri mengaocokku dari belakang makin lama makin keras, iramanya kini
berubah liar dan tidak beraturan, meskipun agak kaget dengan perubahan
iramanya tapi aku menikmati juga variasi ini.
Kini aku dihadapkan ke di tembok, tanganku tertumpu pada tembok
menahan tubuhku, kaki kanankudiangkat Andri dan dia mengocokku dengan
keras dan cepat, mungkin suamiku menunggu di balik tembok ini aku tak
tahu, tapi aku tahu pasti kalau suamiku masih di luar sana dan aku yakin
sekali dia akan segera tahu kalau aku teriak atau mendesah dalam
kenikmatan.
Kutengok ke belakang, wajah Andri tersenyum penuh kemenangan, kemenangan
karena dia bisa mempermainkan aku sementara aku hanya bisa menahan
desah kenikmatan.
“kamu gila Ndri” ucapku pelan dan hanya dibalas senyum dan hentakan di
vaginaku. Aku merasakan kenikmatan yang tak bisa kugambarkan, suatu
kenikmatan yang bercampur ketegangan suatu petualangan yang nyerempet
bahaya tapi benar benar kunikmati.
Tiba tiba pintu kamar di ketok.
“sebentar sus” teriak Andri sedikit panik
“kita masuk tempat periksa, bawa bajumu” perintahnya, dan kami berdua masuk tempat periksa dan menutup gordennya.
Bukannya berhenti, Andri malah kembali mendorongku hingga aku berdiri
membungkuk dan bersandarkan kursi, tanpa mempedulikan protesku dia
kembali melesakkan penisnya ke vaginaku.
“gila kamu” protesku
“masuk sus” katanya sebagai jawaban sambil terus menyodokku dengan keras, aku hanya menggigit bibirku menahan kenikmatan ini.
“dok, sudah jam sepuluh lebih, kalau dokter tidak memerlukan saya
lagi, saya permisi pulang dulu ya” kata suster dari luar gordin
“oke sus, sampai besok, tolong panggilkan Pak Hendra kesini” jawab Andri tanpa menghentikan kocokannya
“apa apaan ini” protesku kembali dengan pelan setelah kudengar pintu ditutup suster
“tenang saja, percayalah aku takkan terjadi apa apa” katanya dan
kocokannya makin keras disertai remasan yang kuat pada buah dadaku yang
menggantung sesekali diselingi tarikan pada rambutku, kugigit bibirku
kuat kuat ketika kudengar pintu kembali dibuka.
“ya dok, sudah selesai ?” kudengar suara suamiku dibalik gordin
“Pak Hendra, mohon tunggu sebentar lagi ya, mungkin 15 menit lagi,
sudah hampir selesai koq” jawab Andri tenang, tak setenang kocokannya di
vaginaku, aku menggigit jariku menahan desah napasku, tegang dan nikmat
bercampur menjadi suatu petualangan yang tak pernah kubayangkan
sebelumnya.
Aku bercinta dengan mantan pacarku sementara suamiku hanya terpisah
selembar kain gordin diluar sana, aku merasakan ketegangan yang hebat,
tapi diluar dugaanku justru menambah erotis dan sensasi dari dalam
diriku.
“iya pa, nggak tahu dokter Andri, maunya macam macam nih” jawabku
terbawa emosi erotis sambil meremas sandaran kursi menahan desah karena
kocokan Andri.
“nggak apa Pak Hendra, ini sudah biasa koq, dari pada nggak kelar”
kembali Andri menimpali sambil meremas kedua buah dadaku dengan makin
keras, aku hampir menjerit kalau tak ingat suamiku diluar sana,
kupelototi dia sebagai protes tapi dia tersenyum saja.
“oke dok, nggak usah terburu buru, diselesaikan saja dok, yang
penting hasilnya, ma papa tunggu diluar ya, jangan pikirin aku diluar,
ikuti saja kata dokter Andri” jawab suamiku dari balik gordin, lalu
kudengar pintu tertutup.
“tuh kan suamimu sendiri bilang nggak usah terburu buru, jangan
pikirin dia suruh ikutin kataku ” kata Andri menggoda, kocokannya makin
cepat seakan menumpahkan segala rindu dan dendam yang terpendam bertahun
tahun.
Kini aku ditelantangkan di tempat tidur pasien, tubuhnya lalu naik di
atasku, kini kami telanjang dan kembali berpelukan dan berciuman di
ruang prakteknya, untuk kesekian kalinya dia memasukkan penisnya ke
vaginaku terus mengocoknya, karena tempat tidur berbunyi ketika
digoyang, Andri pindah ke kursi, ditariknya tubuhku kepangkuannya.
Aku segera mengatur posisiku dipangkuannya, sesuai “petunjuk” suamiku
untuk mengikuti kata Andri. Kini ganti aku yang mengocok Andri, posisi
ini adalah favouritku. Tanpa menunggu lebih lama lagi, segera kugoyang
dan kuputar pantatku hingga terasa vaginaku diaduk aduk Andri. Tak mau
kalah, Andri meremas buah dadaku dan mengulum kedua putingku dengan
sedotan yang kuat, aku tak bisa bertahan lebih lama lagi, maka sampailah
ke puncak kenikmatan tertinggi, orgasme pertama yang kualami selain
dengan suamiku. Kugigit keras jariku untuk menahan jeritan orgasmeku
supaya tak terdengar dari tempat suamiku menunggu.
“udah Ndri, keluarin please” pintaku setelah mengalami orgasme
“kan suamimu bilang nggak usah buru buru” goda Andri
Tak tahan dipermainkan lebih lama, dengan sisa tenaga yang ada, aku
goyang makin liar dan cepat, Andri membenamkan kepalanya di antara buah
dadaku, sepertinya dia sudah tak tahan lagi, makin keras sedotan di
putingku.
“aku mau keluar, di dalam ya Ly” pintanya
“gila kalau hamil gimana” protesku
“berarti terapinya sukses” jawabnya sambil kembali meremas dan
menyedot putingku, aku ingin berdiri melepaskan pelukan Andri tapi
terlambat ketika kurasakan denyutan dan semprotan yang keras dari penis
Andre mengenai sisi dalam vaginaku, terasa begitu keras denyutan itu
hingga aku terhanyut dan mengalami orgasme untuk kedua kalinya dengan
Andri.
Aku terkulai lemas, kusandarkan kepalaku dipundak Andri, dia
membelaiku dengan penuh kasih sayang, terhanyut aku dalam belaiannya dan
pangkuannya, tubuh kami menyatu dan kurasakan degup jantung Andri,
keringat kami saling menempel menyatu dalam kenikmatan, sesaat aku
melupakan kalau suamiku menunggu dengan setia di luar ruangan.
Beberapa saat kemudian kami tersadar dan segera berbenah, kukenakan
kembali pakaianku dan merapikan make up di wajahku, setelah dirasa semua
sudah aman, Andre memanggil suamiku untuk masuk.
“Pak Hendra, istri anda memang hebat, dia bisa tahan lama dengan kondisi seperti ini” kata dokter Andri sambil melirik ke arahku
Aku hanya senyum senyum saja mendengar perkataannya, tapi tidak dengan suamiku.
“maksud dokter ?”
“ada sedikit kelainan pada rahim istri anda, dengan kondisi seperti
ini kalau capek atau kondisi tertekan dia akan sangat kesakitan”
jelasnya, kemudian dia menjelaskan dengan bahasa kedokteran yang bagi
kami berdua tidak mengerti sama sekali, tapi aku iyakan saja.
“saya akan melakukan therapy dua kali seminggu kalau bisa senin
disini dan kamis di tempat praktek saya di rumah supaya bisa lebih lama”
jelas Andri sambil melirikku kembali
“saya sudah melakukan terapi awal, sementara ini harap jangan
berhubungan dulu selama satu minggu, setelah satu minggu datang lagi ke
sini akan saya beri terapi dan obat untuk bisa berhubungan besoknya”
lanjut Andri kembali melirikku pertanda dia merencanakan sesuatu.
“saya ikut apa kata dokter saja, mana yang terbaik bagi istriku terbaik pula bagi kami” jawab suamiku
“oke Pak Hendra, bu Hendra, kita sudah sepakat, sampai senin di
tempat praktek saya di rumah, harap reservasi dulu senin pagi supaya
tidak terlalu lama menunggu” kata Andri sambil menyerahkan kartu namanya
ke suamiku.
Selama percakapan ini, kurasakan sperma Andri menetes keluar dari
vaginaku, entah berapa banyak yang tertampung di celana dalamku.
Akhirnya kami pergi ketika lonceng pukul 11 malam berbunyi, berarti
aku sudah bersama Andri paling tidak selama dua jam, dan lebih dari satu
jam melakukan sex dengan dia, Andri mengantar kami hingga pintu,
sebelum meningalkan kami, dia masih sempat meremas pantatku.
“jangan lupa senin untuk reservasi dulu” katanya terus menghilang
dibalik pintu. Ketika suamiku mengurus pembayaran, aku ke toilet untuk
membersihkan sisa sperma Andri yang menetes di pahaku.
“Dokter Andri orangnya masih muda, ganteng lagi, pantesan banyak
pasangan muda yang menjadi pasiennya” kata suamiku ketika dalam
perjalanan pulang
“cara dia menangani pasien begitu tenang, cool gitu, sehingga kita
seperti berhadapan dengan seorang teman bukan seorang dokter” jawabku
“Senin aku antar lagi deh, lebih sore biar tidak terlalu malam dan terapi-nya tidak terburu buru” tambah suamiku tanpa prasangka
Hari Senin setelah reservasi pagi hari, aku ternyata mendapat nomer
terakhir lagi, diminta datang pukul 7 malam di tempat praktek Andri.
Tempatnya di lingkungan perumahan yang elit dan asri, suasananya
begitu nyaman untuk tempat tinggal, ternyata Andre membuka praktek di
paviliun samping rumahnya yang gandeng dengan rumah utama.
Pukul 6:30 malam aku dan suami sudah sampai di tempat praktek, ada 2
pasien yang menunggu di situ, rata rata masih muda, seusia kami.
Setelah menunggu lebih dari satu jam dan tidak ada pasien lainnya lagi, akhirnya suster cantik itu memanggil kami masuk.
Di depan kami berdua Andri begitu berwibawa seperti layaknya seorang dokter.
“bagaimana Pak Hendra, apa anda mengikuti petunjuk saya untuk tidak
berhubungan paling tidak hingga Kamis depan ?” Tanya dokter Andri
“ya bagaimana lagi dok, kalau ingin berhasil kita ikutin anjuran
dokter saja” jawab suamiku seperti pasrah, sebenarnya nggak tega juga
aku melihat expresi wajahnya.
“kali ini mungkin tidak selama yang pertama, paling lama satu jam, Pak Hendra boleh tunggu di sini atau di luar” kata Andri
“saya tunggu di luar, tempatnya sejuk dan asri, boleh saya Tanya dok ?” kata suamiku
“silahkan”
“kenapa suami tidak boleh menemani istri untuk konsultasi”
“banyak alasan, pertama, biar tidak terlalu banyak pasien kalau
suaminya tidak setuju, sebagai upaya pembatasan pasien secara halus,
kalau nggak gitu bisa tiap hari saya selesai praktek jam 12 malam.
Kedua, saya tentu akan merasa canggung bila memeriksa si istri sementara
sang suami melototi kerja saya. Ketiga belum saatnya, setelah periksa
istri dan ternyata tidak ada masalah maka mungkin masalahnya ada di
suami, baru saya akan periksa suaminya, itulah metode pengobatan saya”
jawab Andri
“oke dok, aku tunggu di luar saja” kata suamiku langsung keluar meninggalkan aku berdua dengan Andri.
Sepeninggal suamiku, Andri langsung menarikku di pangkuannya, kami
berciuman mesra, tangannya langsung meraba ke dadaku diremasnya dengan
penuh gairah. Aku mulai mendesis pelan ketika ciumannya sampai di
leherku.
“jangan mendesah disini sayang, ntar suamimu dengar” bisiknya, dia sudah berani bilang sayang seperti dulu kala.
“bagaimana dengan suster diluar” tanyaku
“kenapa ” dia tak berani masuk kalau tidak aku panggil”
Tangan Andri dengan terampil membuka resliting di belakang hingga
rok-ku langsung melorot ke pingggang, aku sengaja pakai pakaian rok
terusan yang simple supaya mudah “dilucuti”, aku membalasnya dengan
membuka bajunya dan melemparnya ke meja.
Aku kemudian berdiri, dengan sendirinya rok-ku melorot ke lantai,
kini aku hanya mengenakan bra hitam berenda setelan dengan celana
dalamku, aku memang berusaha tampil sexy dan menggoda di depan Andri,
dan ternyata berhasil, dia memandang dengan seksama ke arahku, menikmati
setiap lekuk kemolekan dan keindahan tubuhku.
“kamu sungguh cantik dan sexy” komentarnya, sambil berdiri melepas celananya.
Aku memutar tubuhku seperti layaknya seorang model pakaian dalam,
kemudian memulai gerakan erotic seperti penari streaptease, Andri duduk
kembali di kursi menikmati tarian erotic-ku sambil meremas remas
penisnya yang mulai menonjol dari balik celana dalam biru-nya.
Sesekali kugoda dia dengan menempelkan buah dadaku di wajahnya lalu
menariknya kembali. Perlahan kulorotkan kedua tali bra-ku lalu diikuti
melepas bra dari tubuhku dan kulemparkan ke wajah Andri, tampaklah buah
dada kebanggaanku menggantung indah menantang terpampang di depannya.
Andri menelan ludah, dia berusaha menarikku ke pelukannya tapi aku
menghindar menggoda, semakin dia terbakar birahi semakin baik bagiku,
aku ingin menggodanya. Sensasi dan rasa erotis di diriku makin naik
mengingat bahwa kini aku sedang menari streaptease di depan Andri yang
hampir telanjang sementara suamiku menunggu di luar dan istri Andri ada
di ruangan sebelah bersama anaknya, sungguh permainan ketegangan yang
menggairahkan.
Andri sepertinya makin terbakar birahinya, kini dia sudah melepas
celana dalamnya dan meremas remas penis-nya sambil menikmati tarian
erotisku.
Celana dalam satu satunya penutup tubuhku masih menempel indah, tapi
Andri sepertinya sudah tidak tahan lagi dengan dorongan birahinya, dia
lalu berjongkok di depanku, kakiku kananku dinaikkan ke kursi, dari
celah celana dalam dia mulai mencium dan menjilati vaginaku yang sudah
basah karena begitu terangsang menikmati sensasi ini.
Permainan lidah Andri tak terlalu lama, dia lalu menarik turun celana
dalamku hingga kami sama sama telanjang. Andri meneruskan pekerjaannya,
jilatan lidahnya menyusuri pangkal paha hingga bibir vaginaku. Klitoris
adalah bagian yang paling mendapatkan perhatian khusus dari Andri,
cukup lama dia memainkan lidahnya di klitorisku dengan berbagai macam
gerakan lidah, entah jurus apa yang dia pakai hingga aku hanya bisa
menggigit bibir bawahku menahan desah. Kuremas rambutnya dan kudorong
lebih dalam ke vaginaku.
Aku duduk di kursi dokter, kepala Andri kembali menempel di
selangkanganku, dia sungguh menikmati permainan ini begitu juga aku,
permainan lidahnya sungguh jauh lebih lebih nikmat dibanding dengan
suamiku, mungkin dia melakukan dengan menggunakan teori.
Desah tertahan sungguh merupakan siksaan tersendiri bagiku, tapi
tidak bagi Andri, dia menikmati siksaanku ini, dia menyukai expresi
wajahku ketika menahan desah kenikmatan, apalagi saat orgasme.
Setelah puas menikmati vaginaku, Andri lalu berlutut di depanku dan
mengatur posisinya sebelum memasukkan penisnya ke vaginaku. Aku nggak
mau melakukan terlalu cepat, kuminta Andri berdiri berganti posisi, dia
duduk di kursi, kini aku berlutut di depannya, kuciumi penisnya, dengan
gerakan menggoda, kujilati kantung bolanya, kupermainkan lidahku di
batang dan ujung kepala penisnya sebelum memasukkan penisnya kemulutku.
Akhirnya hampir semua batang penisnya masuk dalam mulutku, dengan
sliding aku mulai mempermainkan dia, kini dia mendesah tertahan karena
takut ketahuan, baik oleh istrinya maupun suamiku di luar sana.
Sepertinya dia hampir tak tahan, lalu tubuhku dibopongnya menuju
kamar sebelah yang sambung ke ruang praktek dia. Kamar itu tidak terlalu
luas, dengan ranjang yang cukup besar dan bersih, dindingnya di hiasi
cermin seukuran ranjang.
“kamar apaan ini ?” tanyaku masih dalam gendongannya
“untuk pasien kalau perlu periksa sperma, ntar juga kamu akan tahu dan mengalami” jelasnya
“kamu boleh teriak sepuasnya, karena terlalu jauh dan tak akan
terdengar oleh suamimu dari ruang tunggu pasien, kamar ini dirancang
kedap suara” lanjutnya
“bagaimana dengan istri dan anakmu ?” tanyaku
“ada di dalam mungkin sedang nonton TV sama anakku, dia baru berumur 2
tahun” Andri merebahkuan tubuhku di ranjang, dengan mesra dan penuh
gairah dia menciumi kedua buah dadaku sambil menindih tubuhku.
“ssssssshhhhh?”.. aagghhhh” aku sudah berani mendesis meski perlahan sebagai pelampiasan atas kenikmatan yang aku alami.
“Ndri, fuck me please nooooowwwwww” pintaku sambil mengocok penis Andri
Tanpa membuang waktu lebih lama, Andri segera memasukkan penisnya
yang sudah sekeras batu ke vaginaku yang sudah basah, dengan tiada
kesulitan yang berarti melesaklah penis itu ke vaginaku, masuk semua
tanpa tersisa. Meskipun sudah pernah sekali melakukan dengan Andri,
masih saja kurasakan perasaan asing di vaginaku, karena bentuknya yang
berbeda dengan suamiku.
Kupeluk erat tubuh Andri seolah tubuh kami menyatu dalam panasnya api
birahi yang membara, sambil tetap berpelukan dan berciuman, Andri
mengocokku dengan penuh perasaan, pantatnya turun naik di atas tubuhku,
kunaikkan kakiku menjepit pinggulnya untuk memberikan jalan supaya bisa
masuk lebih dalam.
“aaaaagghhhh”.. yaaa?” yesss”. trussss Ndri” desahku mulai agak
keras, aku mulai menemukan irama permainanku mengimbangi goyangannya,
kami bergulingan di atas ranjang sempit itu, terkadan aku di atas kadang
dibawah.
Cukup lama kami dengan posisi ini, tak terasa kedua peluh sudah
menetes campur menjadi satu, seperti menyatunya tubuh kami dalam lautan
kenikmatan.
Memang asik bercinta dengan Andri, begitu penuh perasaan karena
memang diantara kami bukan cuman nafsu yang berperan tapi api cinta
masih belum padam sepenuhnya, dan sekaranglah saatnya menuntaskan cinta
yang terpendam, bukan berarti aku tidak cinta sama suamiku tetapi rasa
cinta dan nafsu kali ini sungguh berbeda.
Kami bercinta layaknya sepasang kekasih yang dilanda kangen berat,
apalagi sudah tiga hari tidak berhubungan dengan suamiku. Dengan bebas
dan tanpa beban aku bisa mengekspresikan kenikmatanku dalam desahan
desahan dan jeritan ringan, apalagi ketika Andri mulai mengocok dengan
cepat dan keras hingga ranjang ikut bergoyang keras.
Kuimbangi permainan irama Andri dengan menggerakkan tubuhku melawan
gerakan Andri, kujepit tubuhnya dengan kedua kakiku yang mengapit di
punggungnya sehingga pantatku ikut terangkat membuat Andri lebih dalam
menanamkan penisnya di vaginaku. Kurengkuh sebanyak mungkin kenikmatan
dari Andri sebanyak yang bisa dia berikan, Andri mengangkat tubuhnya
hingga tertumpu pada lutut, kakiku dipentangkan membuat vaginaku terbuka
lebat, kocokan Andri semakin cepat secepat degup jantung kami.
Dengan posisi seperti ini kami bisa saling memandang sambil bercinta,
kuamati wajah dan tubuhnya yang bersimpuh peluh kenikmatan, wajah Andri
menurutku jauh lebih tampan dibandingkan dulu, lebih matang.
Cukup lama kami bercinta dengan posisi ini, dia lalu telentang di
sampingku, tanpa menunggu permintaannya, segera aku jongkok di atas
penisnya, perlahan kuturunkan tubuhku sampai semua penis Andri masuk ke
vaginaku semua.
Penis Andri terasa menyetuh dinding terdalam dari vaginaku, kunaikkan
kembali tubuhku lalu kuturunkan begitu seterusnya hingga aku bisa
mengocokkan penisnya ke vaginaku. Andri meraba dan meremas kedua buah
dadaku sambil memainkan putingnya, membuat aku bertambah terbakar dalam
birahi. Kurobah gerakanku menjadi berputar seperti orang ber hula-hop,
vaginaku terasa seperti diaduk aduk penis Andri yang masih keras itu,
sambil menggoyang pinggul kuraba dan kupermainkan kantong bolanya
sehingga Andri kelojotan merem melek, matanya melotot ke arahku,
pancaran kenikmatan kutangkap dari sorot matanya.
Aku melakukan variasi gerakan dengan posisi di atas aku yang pegang
peranan, kombinasi antara hula hop lalu maju mundur kemudian naik turun
kembali lagi ber hula hop membuat Andri seakan terbang tinggi dalam
kenikmatan birahi, begitu juga aku, penis Andri sepertinya menjelajah ke
seluruh pelosok ruang vaginaku. Ternyata Andri tak mau kalah, dia
ikutan menggoyang pinggulnya melawan gerakanku, semakin cepat aku
menurunkan tubuhku semakin cepat pula dia menaikkan pinggulnya hingga
vaginaku tersodok dengan kerasnya begitu seterusnya. Tak teringat lagi
apa yang dilakukan suamiku di luar ruangan ini yang masih setia menunggu
istrinya sedang bercinta dengan mantan pacarnya.
“Ndri, aku mau keluar sayang” kataku tak tahan menghadapi perlawanannya
“jangan dulu sayang, tidak dalam posisi seperti ini” jawabnya sambil
mengangkat tubuhnya hingga posisi duduk dan aku dalam pangkuannya.
Goyanganku semakin cepat, Andri sudah membenamkan kepalanya di antara
kedua buah dadaku, mulutnya mempermainkan putingku secara bergantian,
aku merasakan kenikmatan yang hebat antara kocokan di vagina dan kuluman
maupun sedotan di putingku. Gerakanku makin cepat dan tidak beraturan
antara hingga tak tertahankan lagi aku mencapai puncak kenikmatan yang
indah.
“aaaaaaaaggghhhh?”. yessss?” yessss?” yessssssss” desahku dalam
orgasme sambil meremas rambut Andri yang masih larut dalam keindahan
permainan kami, sedotan di putingku makin kencang ketika orgasme
kudapatkan hingga menambah kenikmatan yang tiada terbayangkan
sebelumnya, tak lama kemudian maka lemaslah aku dalam pangkuannya. Andri
membelaiku dengan mesra, meski aku tahu dia belum mengalami orgasme,
tapi dia tetap tenang, aku masih dalam pangkuannya, dielusnya punggungku
sementara kepalaku sudah terkulai di pundaknya.
Penis Andri di vaginaku masih menegang, aku merasa kasihan juga, tapi
badanku lemes sehabis orgasme setelah tiga hari tanpa sex. Dia
menyuruhku berbaring di sebelahnya, kemudian digulingkannya tubuhku
hingga aku tengkurap, lalu Andri naik di atasku, dipeluknya aku dari
atas lalu dia bergeser di antara kakiku yang dipentangkan. Ditariknya
pantatku sedikit ke atas hingga aku agak nungging, kembali dia
melesakkan penisnya ke vaginaku dan dengan cepatnya mulai mengocok.
Tangannya mengelus punggungku lalu tubuhnya tengkurap di atas
tubuhku, dia mengocokku dari belakang dengan posisi seperti ini, belum
pernah aku melakukan sebelumnya dengan suamiku, ini pengalaman
pertamaku, gairahku mulai naik kembali merasakan sensasi kenikmatan yang
baru, tapi dengan posisi seperti ini aku tidak bisa melakukan apa apa
kecuali hanya pasrah menerima kenikmatan yang dia berikan. Menyadari
kepasrahanku, Andri makin menjadi jadi mengocokku, dihentakkannya
pinggangnya ke arah pantatku hingga penisnya menghantam dinding vaginaku
dengan kerasnya sambil dia menciumi tengkuk, pungak dan telingaku, yang
kadang kadang dikulumnya.
“aaaaauuugghhhhh?”eeeehhhhhh?”..emmmmhhhh” hanya desah itulah yang
bisa kulakukan. Entah gaya apa yang dimainkan ini, yang jelas bukan
doggie, mungkin gaya kura-kura kali, tapi who cares, yang penting aku
mendapatkan pelajaran dan kenikmatan baru dari dia.
Tak lama kemudian kurasakan denyutan keras dari penis Andri
menghantam dinding vaginaku dengan kerasnya, semprotan demi semprotan
kunikmati dengan perasaan yang lain, begitu kerasnya denyutan itu hingga
mengantarku mencapai orgasme yang kedua kalinya hingga kali ini aku
benar benar lemas tak bertenaga. Andri terkulai diatas punggungku
setelah menyemprotkan spermanya di vaginaku, kemudian dia berguling
berbaring di sebelahku.
“Ternyata kamu lebih hebat dari yang aku bayangkan selama ini” komentarnya setelah selesai menyetubuhiku lebih setengah jam.
“Tak kusangka bercinta dengan kamu bisa senikmat ini” lanjutnya.
“Kamu orang kedua setelah suamiku, dan aku benar benar menikmati saat saat seperti ini” jawabku
“beruntunglah aku” Andri menimpali sambil tangannya mengelus punggungku
“aku juga beruntung bisa mendapat kesempatan seperti ini, bisa
merasakan dua penis yang berbeda dengan permainan yang berbeda pula”
kataku sambil meremas penisnya yang mulai melemas.
“kenapa tidak kamu bandingkan saja perbedaannya sekarang, percaya deh sensasinya pasti berbeda?”
“maksudmu ?” kataku nggak ngerti
“sekarang kamu main dengan suamimu disini, kalau mau, aku yang akan mengatur, serahkan padaku” usulnya
“kamu gila Ndri, setelah aku dengan kamu, lalu kamu minta aku dengan
suamiku, mana aku bisa aku lakukanitu, lagian aku juga sudah capek”
“yang penting kamu mau nggak “, soal lainnya serahkan aku, percaya
deh pasti kamu akan berterima kasih setelah ini” jelas Andri
meyakinkanku.
Timbul rasa ingin mencoba, tapi ragu ragu juga, kupikir kembali
untung ruginya, sepertinya untung saja nggak ada ruginya bagiku. Aku
terdiam karena malu untuk menjawab.
“oke kamu berpakaian seperti biasa, kupanggil suamimu masuk, trust me” katanya lalu kami berpakaian seperti layaknya.
“baik, tapi beri aku waktu sebentar untuk memulihkan tenagaku” pintaku.
Setelah beristirahat sebentar, kami kembali ke ruang prakteknya dan
dia memanggil suster untuk mempersilahkan suamiku masuk. “Pak Hendra,
saya sudah memeriksa anatomi tubuh istri anda, hasilnya dalam beberapa
hari lagi, sekarang saya ingin melihat bagaimana pengaruh sperma anda
pada bu Hendra” kata Andri ketika aku dan suamiku menghadapnya sebagai
seorang dokter.
“maksud dokter” kata suamiku nggak ngerti
“saya ingin anda berhubungan, sekarang, di sini, setelah itu saya
periksa lagi kondisi rahim istri anda setelah berhubungan” jelasnya lagi
“sekarang ” di sini dok ?” suamiku bengong
“ya sekarang, tentu saja tidak disini, maksud saya di kamar sebelah,
jangan kuatir pak, nanti anda akan tahu sendiri, oke aku siapkan dulu”
katanya lalu dia beranjak dari kursinya dan menuju ke kamar sebelah,
mungkin merapikan sprei yang acak acakan habis kami pakai tadi.
“silahkan, santai saja, jangan tegang, kalau ada masalah di dalam ada
intercom yang bisa menghubungi saya” katanya setelah keluar dari kamar
sebelah sambil mempersilahkan kami masuk.
Untuk kedua kalinya kumasuki kamar itu, tapi kali ini dengan orang lain, yaitu suamiku sendiri, ternyata ranjang sudah rapi.
Agak canggung juga suamiku memulainya, maka aku ambil inisiatif,
tanpa membuka baju kulepas celana dalamku, ternyata sperma Andri banyak
tumpah di situ maka aku ke toilet untuk membersihkan vaginaku dari
sperma Andri, aku nggak mau suamiku curiga pada cairan di vaginaku.
Kulihat dia ragu ragu melepas celananya, aku langsung berlutut di
depannya dan langsung ku kulum penisnya untuk membangkitkan gairah
sexualnya.
Andri benar, kurasakan sensasi yang berbeda dibandingkan tadi. Tidak
terlalu lama membuat penis suamiku menegang karena sudah tiga hari kami
tidak bercinta. Kurebahkan suamiku di ranjang lalu kuteruskan mengulum
penisnya, ingin rasanya kumasukkan langsung ke vaginaku untuk merasakan
perbedaan kenikmatan yang dijanjikan Andri. Tapi tiba tiba pintu diketuk
dari luar, kami kaget sesaat, karena posisiku di atas dan aku masih
memakai pakaian meski tanpa celana dalam, maka aku buka pintunya,
ternyata dokter Andri.
“maaf mengganggu, aku lupa pesan kalau bu Hendra harus di bawah, jangan
di atas” kata dokter Andri dengan sorot mata yang nakal, kembali kututup
pintu kamar sambil ngedumel, sialan, batinku.
Tanpa melepas bajuku karena khawatir ketahuan ada bau badan lain yang
masih menempel di tubuhku, aku langsung berbaring di sebelah suamiku,
kami berciuman sebentar lalu suamiku mengatur posisinya di antara
kakiku, kupegang penisnya dan kubimbing ke vaginaku setelah
menyingkapkan rok ku hingga ke perut, kuusap usapkan di bibir vagina
hingga kembali menegang, lalu didorongnya perlahan hingga masuk secara
pelan pelan sampai semua tertanam di dalam, dia diam sebentar. Sekali
lagi Andri benar, aku merasakan kenikmatan yang berbeda saat penisnya
mulai mengocok vaginaku. Meski irama kocokannya tak seindah Andri, tapi
kenikmatan yang kuperoleh boleh dibilang setara, tiap irama kocokan
maupun bentuk penis mempunyai kenikmatan yang berbeda, baru sekarang aku
bisa bilang seperti itu, tak pernah aku membayangkan menikmati sensasi
seperti ini.
Kunaikkan kakiku ke pundaknya supaya suamiku bisa mengocok lebih dalam,
aku tidak berani menjerit takut ketahuan, suamiku meremas buah dadaku
dari luar sambil mengocok dengan keras. Karena sudah tiga hari tidak
berhubungan, maka tidak sampai sepuluh menit suamiku sudah orgasme, dia
menyemprotkan spermanya di vaginaku dengan kerasnya seakan memenuhi
vaginaku, jauh lebih banyak dari punya Andri tadi, denyutannya begitu
keras tapi tak bisa membuatku orgasme dalam waktu sesingkat itu. Setelah
tidak ada lagi semprotannya, suamiku terkulai di atas tubuhku, kembali
aku merasakan aroma tubuh yang berbeda di antara keduanya, kuelus
punggungnya dan dia mencium keningku, lalu kami berbenah diri kemudian
keluar kamar, tak kudapati dokter Andri di situ.
Kamipun menunggu di ruangannya, tak lama kemudian dia muncul.
“Oke tolong ibu kembali ke kamar tadi aku perlu berbincang dengan Pak
Hendra dulu sebelum memeriksa Ibu” kata Andri sambil mempersilahkan aku
kembali ke kamar.
Entah apa yang dibicarakan kedua laki laki itu di luar karena aku harus
masuk kamar itu untuk ketiga kalinya, entah kali ini dengan yang mana
lagi.
Sambil menunggu orang berikutnya yang masuk kamar, aku merenung tentang
apa yang barusan terjadi, dalam tempo kurang dari 2 jam, aku sudah
bercinta dengan dua orang yang aku cintai secara berurutan, suatu
pengalaman yang tak akan terlupakan meskipun yang terakhir dengan
suamiku tak sempat mengalami orgasme, sebenarnya ingin melanjutkan lagi
untuk menuntaskan berahi yang tak tertuntaskan.
Aku sempat melamun kalau seandainya bercinta dengan mereka berdua
sekaligus, seperti yang pernah aku lihat di film biru betapa indah dan
nikmatnya, tapi segera kutepis khayalan itu karena suamiku sudah pasti
akan keberatan kalau harus berbagi istri dengan orang lain. Ternyata
orang berikutnya yang masuk seperti dugaanku adalah Andri.
“gimana Ly, kamu harus berterima kasih atau mengumpatku ?” tanyanya menggoda
“tak kusangka begitu nikmat, begitu erotis” kataku sambil memeluknya pertanda terima kasih.
“kalau melihat begitu cepat, pasti kamu belum orgasme” tanyanya berlagak bodoh
Tanpa menjawab dan tanpa malu malu aku langsung membelakangi Andri
membungkukkan badan dan menyingkapkan rok-ku hingga tampaklah pantatku
yang putih mulus.
“beri aku sekali lagi Ndri agar tuntas” pintaku.
Dengan segera dia membuka resliting celananya dan tanpa melepas
celana dikeluarkannya penisnya yang sudah menegang kembali. Pinggangku
dipegangnya dan dengan sekali dorong untuk kedua kalinya aku menikmati
penisnya hari itu. Kali ini aku tak berani teriak karena tak tahu dimana
posisi suamiku, terdengar kecipuk cairan sperma suamiku yang masih di
vaginaku ketika Andri mengocokku, tapi sepertinya dia tidak peduli.
Kembali kurasakan perbedaan sensasi dan kenikmatan dari Andri dan
suamiku, karena memang birahiku sudah tinggi, tak lama kemudian akupun
mendapatkan orgasme untuk kesekian kalinya dari Andri, tanpa dia
mengalami orgasme lalu Andri memasukkan kembali penisnya ke celananya.
“Aku sudah memeriksa alat reproduksi suamimu, penisnya gede juga sih
pasti kamu puas dengan punya suamimu, Cuma karena agak membengkok ke
kiri mungkin sedikit berpengaruh pada semprotannya dan karena gede dan
panjang aku perkirakan berpengaruh pada rahimmu ketika dia mengocok
dengan keras” katanya setelah merapikan celananya.
Kamipun kembali ke ruang praktek, suamiku menunggu di sana, setelah memberi obat penyubur dan obat lainnya kamipun berpamitan pulang ketika jam sudah menunjukkan 10 malam.
Pengobatan kami berlanjut terus setiap Senin Kamis dengan cara
“therapy” yang sama, yaitu gantian antara suamiku dan Andri sambil dia
melakukan therapy yang sebenarnya pada kami dan suamiku.
Lebih dari setahun kami melakukan konsultasi dengan dokter Andri
ketika akhirnya kami memutuskan untuk beralih ke dokter lain karena
tidak ada tanda-tanda kehamilan.
Antara kecewa dan bersukur karena kalau sampai hamil aku tentu
bingung siapakah ayah dari anakku, suamiku atau Andri. Meski begitu aku
masih berhubungan dengan Andri diluar praktek dia sebagai pelampiasan
cinta yang terputus.
Itulah awal bagaimana aku akhirnya berpetualang dengan banyak laki
laki dan pada akhirnya suamiku juga terbawa petualanganku untuk
melakukan hubungan sex secara terbuka maupun beramai ramai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar