Cerita Dewasa
ini bermula dari perceraian ayah ibuku. Perceraian dan kehilangan ayah
membuat aku menjadi gamang, apalagi bagiku ayahku adalah
segala-galanya. Kegamanganku itu rupanya terbaca dan dimanfaatkan oleh
dokter NL, seorang dokter senior yang sangat dihormati di kotaku yang
juga sekaligus menjadi dosen pembimbing program spesialisku. Dengan
pendekatan kebapakannya dia akhirnya bisa membawaku ke ranjangnya tanpa
banyak kesulitan. Affair kami awalnya berlangsung cukup panas karena
kami punya banyak kesempatan bersama untuk melakukannya di manapun kami
ingin, seperti di tempat praktek, di rumah sakit, di rumah dokter NL
(saat ada istrinya) bahkan di dalam pesawat kecil (dokter NL ini adalah
juga seorang pilot).
Karena alasanku berhubungan dengannya adalah untuk mengisi
kekosongan sosok seorang ayah, maka aku pada awalnya tidak begitu
peduli dengan kualitas hubungan seks yang aku dapat yaitu jarangnya aku
mendapat orgasme. Hubungan kami inipun tidak pernah membuatku sampai
hamil walaupun kami sering melakukannya pada periode suburku tanpa
pengaman. Karena perbedaan umur yang cukup jauh, pelan-pelan aku mulai
ada rasa bosan setiap kali berhubungan badan dengan pembimbingku ini.
Apalagi kedekatanku dengan dokter NL ini membuatku mulai dijauhi oleh
teman-teman kuliahku yang secara tidak langsung mulai menghambat
program spesialisasiku.
Akhirnya pada suatu acara reuni kecil-kecilan SMAku, aku bertemu
lagi dengan sahabat-sahabat lamaku, termasuk Yanto. Aku dan Yanto
sebenarnya sewaktu di SMA bersahabat sangat dekat sehingga beberapa
teman menganggap kami pacaran. Tapi setelah lulus SMA, Yanto memilih
untuk berpacaran dengan sahabatku yang lain yang kemudian menjadi
istrinya.
Kalau sebelumnya aku lebih sering berhubungan dengan istrinya Yanto,
bahkan kedua anak kami juga bersahabat. Tapi setelah acara reuni itu,
aku juga menjadi sering bekomunikasi kembali dengan Yanto, baik lewat
telepon maupun SMS. Akhirnya Yanto menjadi teman curhatku, termasuk
masalah affairku dengan dokter NL dan entah kenapa aku menceritakannya
dengan detail sampai ke setiap kejadian. Yanto adalah pendengar yang
baik dan dia sama sekali tidak pernah langsung menghakimi apa yang
telah kulakukan, terutama karena tahu persis latar belakangku.
Komunikasiku dengan Yanto sebagian besar sepengetahuan istrinya,
walaupun detailnya hanya menjadi rahasia kami berdua.
Kalau aku sudah suntuk teleponan, kadang-kadang dia mengajakku
jalan-jalan untuk ngobrol langsung sehingga pelan-pelan aku mulai bisa
melupakan afairku dengan dokter NL dan mencoba membina hubungan yang
baru dengan beberapa laki-laki yang dikenalkan oleh teman-temanku.
Sayangnya aku sering kurang merasa sreg dengan mereka, terutama karena
mereka tidak bisa mengerti mengenai jam kerja seorang dokter yang
sedang mengambil kualiah spesialisnya.
Lagi-lagi kalau ada masalah dengan teman-teman priaku ini aku curhat
kepada Yanto yang sebagai anak seorang dokter Yanto memang juga bisa
memahami kesulitanku dalam mengatur waktu dengan mereka.
Hingga pada suatu siang aku mengajak Yanto untuk menemaniku ke rumah
peristirahatan keluargaku di Lembang yang akan dipakai sebagai tempat
reuni akbar SMAku. Aku ingin minta saran Yanto tentang bagaimana
pengaturan acaranya nanti disesuaikan dengan fasilitas yang tersedia di
sana. Seperti biasa sepanjang jalan kita banyak ngobrol dan bercanda,
tapi entah kenapa obrolan dan canda kita berdua kali ini sering
menyinggung seputar pengalaman dan fantasi dalam hubungan seks
masing-masing. Sekali-sekali kita juga bercanda mengenai “perabot” kita
masing-masing dan apa saja yang suka dilakukan dengan “perabot” itu
saat bersetubuh.
Entah kenapa dari obrolan yang sebenarnya lebih banyak bercandanya
ini membuat aku mulai sedikit terangsang, putingku kadang-kadang
mengeras dan vaginaku mulai terasa sedikit berlendir. Waktu aku lirik
celananya Yanto juga terlihat lebih menonjol yang mungkin karena
penisnya juga berereksi. Dalam pikiranku mulai terbayangkan kembali
beberapa hubungan badan di masa lalu yang paling berkesan
kenikmatannya.
Tanpa terasa akhirnya kami sampai di rumah peristirahatan
keluargaku, perhatianku jadi teralihkan untuk memberi pesan-pesan
kepada mamang penjaga rumah dan tukang kebun yang ada di sana untuk
mempersiapkan rumah tersebut sebelum akhirnya membawa Yanto berkeliling
rumah. Seperti waktu SMA dulu, obrolan kami kadang-kadang diselingi
dengan saling bergandengan tangan, saling peluk dan rangkul atau
sekedar mengelus-elus kepala dan pipi.
Setelah selesai berkeliling kami kembali ke ruang tengah yang
mempunyai perapian yang biasa dipakai menghangatkan ruangan dari udara
malam Lembang yang cukup dingin. Di sana Yanto kembali memeluk
pinggangku dengan kedua tangannya dari depan sehingga kami dalam posisi
berhadapan. Pelukannya itu aku balas dengan memeluk leher dan bahunya
sehingga kami terlihat seperti pasangan yang sedang berdansa.
“Mmmmpppphhhh ……” Yanto tiba-tiba memangut bibirku lalu mengulumnya dengan hangat dan lembut.
Walaupun saat itu aku benar-benar kaget, tapi entah kenapa aku
merasa senang karena dicium oleh orang yang aku anggap sangat dekat
denganku. Dengan jantungku berdebar aku kemudian memberanikan diri
untuk membalas ciumannya sehingga kami berciuman cukup lama dengan
diselingi permainan lidah ringan.
“Ahhh…….” Tanpa sadar aku mendesah saat ciuman perdana kami itu akhirnya berakhir.
Sesaat setelah bibir kami lepas, aku masih memejamkan mata dengan
muka sedikit menengadah dan bibir yang setengah terbuka untuk menikmati
sisa-sisa ciuman tadi yang masih begitu terasa olehku. Aku baru
tersadar setelah Yanto menaruh telunjuknya dibibirku yang sedang
terbuka dan memandangku dengan lembut sambil tersenyum. Kemudian dia
menarik kepalaku ke dadanya sehingga sekarang kami saling berpelukan
dengan eratnya. Jantungku semakin berdebar dan nafasku mulai tidak
teratur, ciuman tadi telah membangkitkan “kebutuhanku” akan kehangatan
belaian laki-laki.
Tanpa menunggu lama, aku mengambil inisiatif untuk melanjutkan
ciuman kami dengan memangut bibir Yanto lebih dulu setelah melakukan
beberapa kecupan kecil pada lehernya. Kali ini aku menginginkan ciuman
yang lebih “panas” sehingga tanpa sadar aku memangut bibirnya lebih
agresif. Yanto langsung membalasnya dengan lebih ganas dan agresif,
lidahnya langsung menjelahi mulutku, membelit lidahku dan bibirnya
melumat bibirku. Ciuman yang bertubi-tubi dan berbalasan membuat tubuh
kami berdua akhirnya kehilangan keseimbangan hingga jatuh terduduk di
atas sofa.
Tangan Yanto mulai bergerilya meremas-remas buah dadaku, mula-mulai
masih dari luar baju kaosku tapi tak lama kemudian tangannya sudah
masuk ke dalam kaosku. Kedua cup-BHku sudah dibuatnya terangkat ke atas
sehingga kedua buah dadaku dengan mudah dijangkaunya langsung.
Jari-jarinya juga dengan sangat lihai dalam mempermainkan putting buah
dadaku. Bibir Yanto juga mulai menciumi leher dan kedua kupingku
sehingga menimbulkan rasa geli yang amat sangat.
Terus terang dengan aksi Yanto itu aku menjadi sangat terangsang dan
membankitkan keinginanku untuk bersetubuh. Maklum sejak putus dengan
dosen pembimbingku praktis aku tidak pernah lagi tidur dengan laki-laki
lain. Aku saat itu sudah sangat berharap Yanto segera memintaku untuk
bersetubuh dengannya atau meningkatkan agresifitasnya ke arah
persetubuhan.
Aku rasakan vaginaku sudah sangat basah dan aku mulai sulit berpikir
jernih lagi karena dikendalikan oleh berahi yang semakin memuncak.
Sebaliknya Yanto kelihatan masih merasa cukup dengan mencium meremas
buah dadaku saja yang membuat aku semakin tersiksa karena semakin
terbakar oleh nafsu berahiku sendiri.
“To, kamu mau ga ML sama aku sekarang ?” Kata-kata itu meluncur
begitu saja dengan ringan dari mulutku di mana dalam kondisi biasa
sangat tidak mungkin aku berani memulainya.
Hanya dengan melihat Yanto menjawabnya dengan anggukan sambil
tersenyum, aku langsung meloncat dari sofa dan berdiri di hadapan Yanto
sambil melepas kaos atas dan BHku dengan terburu-buru. Melihat itu,
Yanto membantuku dengan melepas kancing dan risleting celana jeansku
sehingga memudahkanku untuk mempelorotkannya sendiri ke bawah. Yanto
sekali lagi membantuku dengan menarik celana dalamku sampai terlepas
hingga membuat tubuhku benar-benar telanjang bulat tanpa ada lagi yang
menutupi.
Tanpa malu-malu, aku kemudian menubruk Yanto di sofa untuk kemudian
duduk dipangkuannya dengan posisi kedua kakiku mengangkangi kakinya.
Kami lalu berciuman lagi dengan ganasnya sambil kedua tangan Yanto
mulai meraba-raba dan meremas-remas tubuh telanjangku sebelah bawah..
“Akkhhhhhh ….” Aku menjerit pendek saat Yanto memasukkan jari
tangannya ke dalam liang senggama dari vaginaku yang sudah mengangkang
di pangkuannya.
Tanpa menunggu lama mulut Yanto juga langsung menyambar putting
payudaraku membuat badanku melenting-lenting kenikmatan yang sudah lama
tidak kunikmati. Yanto semakin agresif dengan memasukkan dua jarinya
untuk mengocok-ngocok liang senggamaku yang membuat gerakan badanku
semakin liar.
Gerakanku yang sudah makin tidak terkendali rupanya membuat Yanto
kewalahan, lalu dengan perlahan dia mendorongku untuk rebah di karpet
tebal yang terhampar di bawah sofa. Kemudian dengan tenang Yanto mulai
membuka bajunya satu persatu sambil mengamati tubuh telanjangku
dihadapannya yang menggelepar gelisah oleh berahiku yang sudah sangat
memuncak. Melihat Yanto memandangiku seperti itu, apalagi dengan masih
berpakaian lengkap, tiba-tiba aku menjadi sangat malu sehingga aku raih
bantal terdekat untuk menutupi muka dan dadaku sedangkan pahaku aku
rapatkan supaya kemaluanku tidak terlihat Yanto lagi.
Sesaat kemudian aku merasakan Yanto membuka pahaku lebar-lebar dan
tanpa menunggu lama-lama kurasakan penisnya mulai melakukan penetrasi.
BLESSSSSS ……kurasakan penis Yanto meluncur dengan mulus memasuki
liang senggamaku yang sudah becek sampai hampir menyentuh leher
rahimku.
“Uhhhhhhmmmm ….” Aku mengeluarkan suara lenguhan dari balik bantal
menikmati penetrasi pertama dari penis sahabatku yang sudah aku kenal
lebih dari 20 tahun.
“Katanya tadi mau ngajak ML ….” Kata Yanto sambil mengambil bantal yang kupakai menutupi mukaku sambil tersenyum menggoda.
“Sok atuh dimulai saja ….” Jawabku sekenanya dengan muka memerah karena masih malu
CROK … CROK … CROK …CROK …. CROK … ayunan penis Yanto langsung menimbulkan bunyi-bunyian dari cairan vaginaku.
Yanto mengait kedua kakiku dengan tanganya sehingga mengangkang
dengansangat lebar untuk membuatnya lebih leluasa menggerakkan
pinggulnya dalam melakukan penetrasi selanjutnya.
“Yantooo…..ohhhh…ahhhhh….. nikmat sekali …yantooo….” Aku mulai meracau kenikmatan.
Kedua kakiku kemudian dipindah ke atas bahu Yanto sehingga pinggulku
lebih terangkat, sedangkan Yanto sendiri badannya sekarang menjadi
setengah berlutut. Posisi ini membuat sodokan penis Yanto lebih banyak
mengenai bagian atas dinding liang senggamaku yang ternyata
mendatangkan kenikmatan luar biasa yang belum pernah aku dapat dari
laki-laki yang pernah meniduriku sebelumnya.
“Adduuhhh …. enak sekali … ooohhh…. … kontolnya ….tooo…..kontolmu
enak sekaliii …” aku mulai meracau dengan pilihan bahasa yang sudah
tidak terkontrol lagi.
Aku lihat posisi Yanto kemudian berubah lagi dari berlutut menjadi
berjongkok sehingga dia bisa mengayun penisnya lebih panjang dan lebih
bertenaga. Badanku mulai terguncang-guncang dengan cukup keras oleh
ayunan pinggul Yanto. Ayunan penisnya yang panjang dan dalam
seolah-olah menembus sampai ke dalam rahimku secara terus menerus
sampai akhirnya aku mulai mencapai orgasmeku.
“Yanntooooooo ….. aaaak …kkk…kuu…udd…da…aahh…mmaau… dddaaapaaat …” kata-kataku jadi terputus-putus karena guncangan badanku.
Yanto merespon dengan mengurangi kecepatan ayunan penisnya sambil menurunkan kakiku dari bahunya.
“Aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhh …….” Akhirnya gelombang orgasmeku
datang bergulung-gulung, bola mataku terangkat sesaat ke arah atas
sehingga tinggal putih matanya saja dan kedua tanganku meremas-remas
buah dadaku sendiri.
Yanto memberikan kecupan-kecupan kecil saat nafasku masih
terengah-engah sambil tetap memaju mundurkan dengan pelan penisnya yang
masih keras menunggu aku siap kembali karena dia sendiri belum sampai
ejakulasi. Setelah nafasku mulai teratur, aku peluk Yanto lalu kami
berciuman dengan penuh gairah dan kepuasan untuk babak ke satu ini.
“Lani, aku boleh minta masuk dari belakang ?” Bisiknya ditelingaku
“Tentu saja sayang, kamu boleh minta apa saja dari aku …” Aku menjawab sambil tersenyum manis padanya.
Yanto dengan hati-hati bangun dari atas tubuhku sampai berlutut, kemudian dengan pelan-pelan dia cabut penisnya dari vaginaku.
“Uhhhhhhhh ….” Aku medesah karena merasa geli bercampur nikmat saat penisnya dicabut.
Aku lihat penis Yanto masih mengacung keras dan sedikit melengkung
ke atas, batang penisnya yang penuh dililit urat-urat terlihat sangat
basah oleh cairan vaginaku. Karpet yang tepat di bawah selangkanganku
juga sangat basah oleh cairanku yang langsung mengalir ke karpet tanpa
terhalang bulu-bulu kemaluanku. Vaginaku memang hanya berbulu sedikit
seperti anak-anak gadis yang baru mau puber, itupun hanya ada di bagian
atas dekat perutku, sehingga aku tidak perlu repot-repot lagi
mencukurnya.
“Ayo Lan, balikkan tubuh kamu” Pinta Yanto padaku
Setelah berhasil mengankat tubuhku sediri, aku lalu membalikkan
badan untuk mengambil posisi menungging sebagai persiapan melakukan
persetubuhan doggy style sesuai permintaannya tadi. Aku rasakan Yanto
medekat karena penisnya sudah terasa menempel di belahan pantatku dekat
liang anus. Posisi kedua kakiku dia betulkan sedikit untuk
mempermudahnya melakukan penetrasi.
BLESSSSS ………………… untuk kali kedua penisnya masuk ke dalam liang senggamaku dengan mulus
“OOOOOHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH …………” Aku melenguh dengan kerasnya mengikuti masuknya penis tersebut.
Kurasakan penis Yanto mulai bergerak maju mundur, bukan hanya karena
gerakan pinggulnya saja tapi juga karena dengan tangannya Yanto juga
menarik dan mendorong pinggulku sesuai dengan arah gerakan penisnya dia
sehingga aku seperti “ditabrak-tabrak” oleh penisnya.
“Aaaarkkkhhh….aaaarrrrrkkkkkhhhh ….aaarrrkkkhhh “ Aku terus-terusan mengerang kenikmatan
PLEK … PLEK … PLEK … PLEK … terdengar suara pantatku yang beradu dengan pahanya Yanto.
“AUUUUUHHHHHHH…..AHHHHHHHHH …..OOOUUUUUUUHHHHH” Aku mulai melolong-lolong dengan kerasnya.
TREK … tiba-tiba kudengar suara pintu yang dibuka.
“Neng Lani … ada apa Neng ?”
Aku mendengar suara penjaga rumahku bertanya dengan suara gugup.
Rupanya dia dikagetkan saat mendengar lolonganku tadi yang membawanya
datang kemari, tapi akhirnya menjadi lebih kaget lagi setelah melihat
majikannya sedang disetubuhi oleh tamunya. Lagi pula siapa yang
menyangka kami akan nekat bersetubuh siang hari bolong di ruang
keluarga yang terbuka dan masih ada penghuni rumah lainnya.
“Ga ada apa-apa kok Pak, saya sedang mijetin Neng Lani nih …”
Kudengar Yanto menjawab dengan tenang tanpa ada nada kaget atau
gugup seolah-olah tidak terjadi apa-apa, bahkan tanpa menghentikan
pompaan penisnya. Hanya kecepatannya saja dikurangi sehingga tidak
terdengar lagi bunyi-bunyian heboh yang berasal dari beradunya
kemaluan-kemaluan kami
“Ahhhh …aaaahhh …auhhhhh …”
Aku tetap tidak mampu menahan erangan nikmatku walaupun aku sangat
kaget kepergok sedang bersetubuh oleh Mamang penjaga rumah yang sudah
megenalku sejak kecil
“Aa..aduh punten Neng Lani … punten Agan … Mamang tidak tahu
Agan-agan sedang sibuk begini, Mamang tadi takut ada apa-apa denger
suara Neng Lani seperti menjerit” Lanjutnya dengan muka pucat setelah
sadar apa yang dilihatnya.
“Ya sudah pak, Neng Lani juga ga apa-apa kok” Kudengar jawaban Yanto
“Yaaa Mmmaammang … sayaa gaaaa apa-apa
ko..ok….dududddduuuhhhh….ahhhhh ….shhhhh “ Aku coba bantu menjawab tanpa
melihat ke arahnya tapi malah jadi bercampur desahan karena aku
benar-benar sedang dalam kendali kenikmatan dari gerakan penis Yanto.
“Nuhun upami kitu mah, mangga atuh Neng … mangga Agan … mangga
lajengkeun deui, Mamang mah mau ke belakang lagi” kata Mamang sebelum
kemudian berlalu menghilang di balik pintu.
PLEK … PLEK … PLEK …PLEK …PLEK …Yanto kembali menggenjot penisnya dengan kecepatan penuh
“Addduuuuhh….duhhh…terussss….terrruussss …..arrrrkkkkhhhh “ Aku
kembali menjerit-jerit dan bahkan mungkin lebih keras lagi dari
sebelumnya
CROK … CROK …CROK … CROK….CROK …cairan vaginaku mulai membanjir
lagi, sebagian ada mengalir turun lewat kedua pahaku sebagian lagi ada
yang naik melalui belahan pantatku karena terpompa oleh penis Yanto.
Kepergok oleh penjaga rumah sedang bersetubuh memang menegangkan, tapi
sekaligus membuat aku semakin terangsang setelah melihat sendiri Yanto
bisa mengatasinya dengan tenang.
“Geliiiiii …. Aduuuhh…geli sekaliiiii….uuuhhhhhh
….oohhhhhh….Yantoo….geliii …“ Teriakku saat jari-jari Yanto mulai
mempermainkan liang duburku yang telah basah oleh cairan dari vaginaku.
“Sakkkiiiiit ….addudduuuh …. Sakitt….aarrrkkkhhhhh ….” Jeritku
ketika Yanto malah memasukkan jari tangannya ke dalam liang duburku
setelah dilumasi cairan vaginaku terlebih dahulu. Saking sakitnya aku
sampai mencoba mengulurkan tangan kananku ke arah duburku untuk menepis
tangannya tapi tidak berhasil.
Tapi seperti waktu pertama kali vaginaku diperawani oleh mantan
suamiku dulu, rasa sakit itu lama-lama hilang dan berganti menjadi rasa
nikmat yang sangat berbeda. Walaupun tidak senikmat penis Yanto yang
ada di liang senggamaku, tapi tambahan gerakan jarinya di liang duburku
mulai membuatku semakin bergairah.
Tiba-tiba kurasakan gerakan Yanto menjadi tidak teratur lagi,
penisnya seperti berdenyut-denyut di dalam liang senggamaku sedangkan
nafasnya seperti ditahan-tahan. Mungkin Yanto akan ejakulasi ?
Memikirkan hal itu, aku menjadi tambah bergairah menuju orgasmeku yang
kedua.
“Lan… Lani…sepertinya aku sudah akan keluarrrr …. “ Kata Yanto dengan sedikit tertahan
“T…ttung…ggguu sebentar lagi To …. Lani juga sss … sudah …hhhaampir
dapppatt lagi” Aku berharap bisa orgasme barengan pada saat Yanto
ejakulasi, saat itu tangan kananku sudah kupakai menggesek-gesek
klitorisku sendiri.
“Ahhhhh …” aku menjerit tertahan saat Yanto mencabut tangannya dari liang duburku
Yanto sekarang memakai kedua tangannya itu untuk menahan pinggulku
sambil menekan-nekankan penisnya yang berdenyut makin kencang.
“LANIIIIII …ga bisa aku tahan lagi …. aaaarrkkkkhhhhhhhhhhhhhhhh” Yanto mengerang tertahan saat ejakulasi
SSSSSRRRRTTT….SSSSRRRTTTT….SSSSRRRRT…cccrrtt…cccrrr…cccrrtt… aku
merasakan ada tiga kali semburan kuat dalam liang senggamaku diikuti
belasan semburan kecil. Semburan air mani yang hangat akhirnya membuat
aku juga segera mendapatkan orgasmeku yang kedua.
Dear friend,
I want to introduce you to a web-page that I recently found to make big money in Internet.
It works all around the clock, and for not just days or weeks, but for months and months, making you tons of revenue.
$0.00 invest – earn $780.00 daily.
It’s real and easy way to make profit in in Internet.
Go to the link below to get it:
http://www.bux4ad.com/aft/18e0e680/2a7dab89.html
“Yantooo…. Nikmat sekali ….aaaakkkkhhhhh ……duuuuhhh …. benar benar
kamu nikmat” aku mulai meracau dengan suara pelan karena sudah sangat
lemas.
Walaupun penis Yanto masih terasa keras setelah ejakulasi, badanku
sudah terlalu lemas untuk bisa menahan tubuhku sendiri dalam posisi
menungging. Aku pasrah saja ketika Yanto membalikkan badanku tanpa
melepaskan penisnya dari tubuhku. Walaupun kami bersetubuh cukup lama,
tapi tidak banyak keringat yang keluar dikarenakan udara Lembang yang
cukup sejuk, tapi aku lihat tubuh Yanto tetap agak berkilat oleh
keringatnya sendiri.
Kami kemudian berciuman dan berpelukan lagi dengan mesra, tidak
pernah terlintas dalam pikiranku sampai pagi tadi sebelum berangkat ke
sini bahwa aku akan bersetubuh dengan sahabat dekatku sendiri. Tapi aku
hampir tidak ada rasa menyesal telah melakukannya, padahal waktu aku
pertama kali disetubuhi dosen pembimbingku ada rasa menyesal yang cukup
dalam.
“Lani, kamu bisa menikmatinya sayang ?” Yanto berbisik di telingaku
“Enak sekali To, baru kali ini aku merasakan nikmat yang luar biasa ” Jawabku dengan lembut “ Terima kasih ya To”
Yanto membalasnya dengan kembali memangut bibirku dengan lembut di
sisi lain aku merasakan Yanto mulai menggerakkan penisnya maju mundur
lagi walaupun masih dengan perlahan. Saat itu aku sudah sangat
kelelahan dengan persetubuhan dua babak tadi sehingga tidak siap untuk
melanjutkan ke babak berikutnya.
<a href=”http://www.bux4ad.com/aft/18e0e680/b941c4f0.html”
target=”_top”><img
src=”http://banners.bigextracash.com/banner_1_160x600.jpg” border=”0″
alt=”Get cash from your website. Sign up as affiliate.” title=”Get cash
from your website. Sign up as affiliate.” width=”160″ height=”600″
/></a>
“To, aku udah kecapean sekarang … kalau kamu masih mau lagi, kita
lanjutkan setelah aku istirahat sebentar. Boleh kan ya sayang ?” Aku
coba menolak Yanto melanjutkan niatnya dengan sehalus mungkin.
Yanto rupanya bisa mengerti dan menghentikan gerakan penisnya,
sebagai gantinya aku melakukan kontraksi pada otot-otot vaginaku untuk
“meremas-remas” penis Yanto yang masih keras saja sampai sekarang
walaupun sudah berejakulasi. Dia kelihatannya sangat menikmatinya
sampai akhirnya berejakulasi lagi walaupun semprotannya jauh lebih
lemah dan lebih sedikit dari yang pertama.
“Uuuuuuuuhhhhhh ….” Aku kembali melenguh saat Yanto menarik penisnya yang mulai melunak.
Kami kemudian melanjutkan obrolan kami tanpa mengenakan pakaian
dulu, tapi aku tetap menutup badanku dengan selimut yang disediakan
dekat perapian karena walau bagaimanapun aku masih ada sedikit perasaan
risi bertelanjang bulat di depan sahabat laki-lakiku. Yanto ternyata
sangat kaget waktu mengetahui aku tidak memakai kontrasepsi dan sangat
menyesal sudah mengeluarkan spermanya di dalam tubuhku. Aku coba
tenangkan dirinya bahwa akulah yang menginginkan dia berejakulasi di
dalam tubuhku, lagi pula selama ini baik mantan suamiku maupun dosen
pembimbingku selalu mengeluarkannya di dalam dan aku hanya bisa hamil
di tahun pertama pernikahan kami.
Aku juga ceritakan bahwa baru dengan Yanto aku bisa dua kali
mengalami orgasme dalam sekali bersetubuh sampai aku merasa kepayahan,
padahal sebelumnya hanya kadang-kadang saja bisa sampai orgasme. Yanto
bilang bahwa dia selalu berusaha mendahulukan pasangan-pasangannya
mendapat orgasme duluan, minimal sekali, sebelum dia berejakulasi.
Waktu aku balik tanya memangnya sudah pernah meniduri berapa wanita,
dia hanya nyengir saja. Sekejap ada perasaan cemburu mengetahui bahwa
aku bukan perempuan satu-satunya selain istrinya yang dia tiduri, tapi
aku berusaha redam perasaan itu karena tujuan hubungan kami bukan
seperti itu.
Yanto kemudian memintaku untuk bersedia melakukan variasi hubungan
anal dengannya, aku sempat kaget dan menolak permintaannya. Apalagi
bila mengingat sakitnya liang duburku waktu dia memasukkan jari
tangannya, apalagi kalau penisnya yang besar dan keras itu ? Tapi waktu
aku melihat pandangan memohonnya, hatiku menjadi luluh dan bilang ke
dia bahwa aku tidak mau sering-sering melakukannya karena takut bentuk
anusku berubah drastis.
Kami kemudian sempat tertawa-tawa waktu membahas tentang peristiwa
tertangkap basah oleh Mamang penjaga rumah sedang bersetubuh secara
langsung akibat lolongan dan jeritan erotisku. Aku i memang dikenal
oleh orang lain sebagai orang yang kalem sehingga kalau sampai
menjeri-jerit tentu saja akan mengagetkan mereka. Aku yakinkan Yanto
bahwa akan bisa mengatasi Mamang penjaga rumah supaya tidak
menceritakan kejadian ini kepada keluargaku atau orang lain. Aku cuma
menyesal Mamang itu sudah melihat tubuh telanjangku dalam posisi dan
ekspresi yang sangat merangsang pikiran laki-laki.
Setelah hampir dua jam beristirahat, aku berkata kepada Yanto bahwa
aku belum melihat bentuk persisnya penis dia saat ereksi karena ketika
tadi sedang ereksi hampir selalu berada dalam vaginaku. Yanto balas
menjawab bahwa dia juga tidak sempat memperhatikan dengan teliti bentuk
vaginaku, oleh karena itu dia mengajak aku untuk langsung melakukan
foreplay saja dengan posisi 69. Dengansedikit tersipu aku sempat balik
bertanya tentang apa yang dimaksud posisi 69 karena soal teknik seks
aku sangat awam.
Akhirnya kami mulai melakukan posisi 69 itu dengan aku berada di
atas karena benar-benar ingin melihat biangnya rasa nikmatku tadi.
Ternyata memang diameter penisnya Yanto sangat besar saat ereksi
walaupun biasa saja panjangnya. Tetapi yang istimewa adalah tonjolan
urat-urat pembuluh darah yang mengelilinginya sepeti ulir sekrup yang
membuat gesekan pada dinding vaginaku lebih terasa nikmat.
Tak lama kemudian kami mulai bergumul lagi dengan berahi yang lebih
panas karena melakukannya dengan kesadaran penuh bukan lagi karena
reaksi spontan seperti sebelumnya. Aku mengambil posisi di atas dia
sehingga bisa mengendalikan bagian mana saja dari liang senggamaku yang
ingin di sentuh penisnya. Sedangkan Yanto sendiri selain meremas buah
dadaku dan menghisap putingnya, juga mempermainkan kelentitku dengan
jari-jarinya. Akhirnya aku mencapai orgasme pertama yang sangat nikmat
sekaligus lelahkan untuk babak ke dua ini.
Yanto kemudian menagih janjiku untuk berhubungan secara anal sesaat
setelah orgasme pertamaku, sehingga aku kembali dalam posisi
menungging. Sekarang penis Yanto langsung masuk ke liang duburku
setelah dibasahi dulu dengan cairan vaginaku yang menetes. Aku
benar-benar merasa kesakitan yang luar biasa saat penisnya masuk ke
dalam lubang duburku yang ototnya masih kaku. Bahkan aku sempat
menjerit jerit kesakitan sebelum akhirnya mulai merasakan nikmatnya
hubungan anal bahkan bisa sampai mendapat orgasme walaupun tidak hebat
penetrasi di vagina.
Setelah orgasme keduaku pada anal, Yanto kembali menyetubuhiku
secara konvensional sampai aku mencapai orgasme ketiga padahal Yanto
belum juga mendapat ejakulasinya . Saat itu aku benar-benar sudah
kepayahan menerima serbuanny sehingga akhirnya aku terpaksa memohon
untuk berhenti karena vaginaku sudah seperti hampir mati rasa. Dengan
penuh pengertian Yanto menghentikan aktivitasnya walaupun terlihat ada
rasa kecewa di matanya.
Karena hari sudah menjelang malam, setelah beristirahat sebentar
sambil berciuman, kami bersiap-siap untuk kembali ke Bandung. Sebelum
pulang aku berwanti-wanti kepada Mamang penjaga rumah supaya tidak
perlu bercerita tentang apa yang dilihatnya karena kami melakukannya
sebagai orang dewasa yang saling membutuhkan dan saling suka satu sama
lainnya. Si Mamang bilang dia mengerti sebagai janda tentunya aku butuh
laki-laki yang menemani saat kesepian.
Dalam perjalanan pulang aku menawarkan ke Yanto untuk melakukan seks
oral di mobil sambil berjalan sampai dia bisa ejakulasi. Aku
menawarkan itu karena merasa bersalah telah menyia-nyiakan sahabatku
yang telah memberikan kenikmatan yang bertubi-tubi ditambah beberapa
petualangan seks yang sangat baru buatku termasuk juga petualangan
kepergok Mamang yang mendebarkan. Yanto tentu saja menyambutnya dengan
antusias dan dia memintaku untuk melepas BHku supaya sambil di oral dia
bisa membalas dengan permainan tangannya pada buah dadaku.
Dengan nekat aku lalu mencopot BHku saat mobil berjalan yang artinya aku
harus melepas kaosku dahulu sebelum melepaskan BHnya itu. Sebuah mobil
sempat memberi lampu jauh saat aku bertelanjang dada, aku tidak tahu
apakah pengemudinya sempat melihat kondisiku saat itu.
Dengan sabar aku mulai melakukan seks oral sedangkan Yanto
mengemudikam mobil Audi A4 Triptroniknya hanya dengan satu tangan saja
karena tangan kirinya dipakai untuk memainkan buah dadaku. Aku sempat
bergurau bahwa penisnya dia sangat “yummie” sehingga tidak membosankan
untuk dikulum dimulut atau digesek-gesek di vagina.
Sekarang aku mengerti kenapa Yanto mau bersusah-susah memainkan buah
dadaku sambil mengemudi karena ternyata rangsangannya pada buah dadaku
itu membuatku banyak melakukan gerakan spontan pada mulutku saat
mengulum penisnya yang membuatnya merasa lebih nikmat. Walaupun aku
sudah berusaha maksimal, tapi Yanto belum saja berejakulasi padahal
sudah dekat rumahku. Tepat ketika mobilnya sudah berhenti di depan
pintu pagar rumahku, Yanto tiba tiba menekan kepalaku dengan kedua
tangannya sampai batang penisnya amblas menyodok masuk ke
kerongkonganku dan ….
CRUT…CRUT…CRUT …CRUT … penisnya memuntahkan air mani yang sangat banyak yang terpaksa aku telan langsung ke perutku
“Aaaaahhhh ….” Kudengar suara Yanto mengerang nikmat
Aku coba berontak karena hampir tidak bisa bernafas, tapi Yanto hanya melonggarkan sedikit tekanan tangannya
Crut …crut …crut …crut … masih ada beberapa semprotan lagi yang
keluar dari penisnya berceceran di dalam rongga mulutku, malah ada
beberapa yang menempel di bibir, pipi dan hidungku.
Ketika aku bangun dari pangkuan Yanto, aku lihat si Bibi sedang
membuka pintu pagar dan anakku menunggu di pintu garasi. Dengan
terburu-buru aku menyambar tisu yang disodorkan oleh Yanto yang sedang
tersenyum nakal. Aku hanya sempat menghapus mukaku sekenanya karena
takut anakku datang mendekat dan melihat penisnya Yanto yang tetap
mengacung setelah ejakulasi. Saat aku turun dari mobil malah aku lupa
membawa BHku yang ada di jok belakang.
Waktu aku mencium anakku, dia sempat berkomentar kenapa mamanya lengket-lengket dan mulutnya rada ada bau amis.
Yanto memang memberiku banyak petualangan seks yang tidak pernah aku
bayangkan sampai umurku yang bisa dibilang matang ini walaupun
frekuensi pertemuan kami tidak terlalu sering. Aku hanya berhubungan
badan dengan dia saat aku benar-benar membutuhkannya atau karena Yanto
memang memintanya. Aku ingin tetap hubungan kami hanya sebagai sahabat
karena hubungan persahabatanku dengan Yanto jauh lebih berharga dari
pada kebutuhanku mencari pasangan hidup.
Setiap kali berhubungan badan aku selalu memaksanya untuk ejakulasi
di dalam, aku tidak mau ejakulasinya di luar ataupun memakai kondom
walaupun dia sangat khawatir karena merasa spermanya sangat subur.
Akhirnya kekhawatiran Yanto terbukti karena kemudian aku hamil, bahkan
sampai mencapai usia 10 minggu janin yang aku kandung. Asalnya aku
tidak percaya sampai diperiksa oleh temanku sesama dokter dengan
menggunakan alat USG. Karena hubunganku dengan Yanto belum mencapai 3
bulan, berarti janin itu berasal dari hubungan seks kami yang
awal-awal.
Dengan umur kandungan yang sudah besar, akhirnya aku minta tolong
temanku untuk merekomendasikan dokter koleganya di luar kota untuk
membantu menggugurkannya. Aku tidak mau di kuret di kotaku karena dapat
menimbulkan kehebohan besar.
Dengan pengalaman ini akhirnya aku berinisiatif pasang IUD sehingga
Yanto tetap bisa leluasa berejakulasi di dalam tubuhku seperti
keinginanku.
Petualanganku denga Yanto akhirnya terhenti setelah dua tahun ketika
ada dokter yang melamarku dan memboyongku ke luar kota. Bukannya aku
tidak ingin setia pada suamiku yang baru, tapi sebenarnya aku sering
merindukan belaian keintiman khas Yanto mengingat dasar hubungan seks
kami yang istimewa. Walaupun dia selalu menjawab komunikasi dariku,
tapi dia tidak pernah lagi memintaku untuk melayaninya seperti yang
dulu dia lakukan kalau dia sedang membutuhkan seks. Padahal tinggal dia
minta, aku pasti pergi ke kotanya dengan cara apapun hanya untuk
melayani kebutuhannya. Tapi kalau kebetulan aku tahu dia sedang ada di
kotaku, Yanto tidak pernah menolak kunjunganku ke hotelnya untuk
melepas rindu akan siraman air maninya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar