Aku sendiri kuliah di sebuah universitas
swasta yang cukup terkenal di kawasan selatan Surabaya dengan mengambil
jurusan Ekonomi Manajemen. Teman-temanku baik yang cewek maupun yang
cowok menganggap aku sebagai seorang gadis yang menarik sebab sifatku
yang cukup periang dan mudah bergaul dengan siapa saja selain karena aku
sendiri memiliki paras yang cukup menarik pula walaupun aku sendiri
tidak merasa demikian. Selain itu, cara berpakaianku yang terkadang
sedikit nakal meninggalkan sering kesan kepada teman-teman cowokku kalau
aku adalah cewek yang seksi.
Banyak teman-teman cowokku yang berusaha
menjadikanku sebagai pacar mereka, tetapi sampai hari ini aku masih
menolak semua sebab aku masih ingin menikmati pergaulanku dengan
teman-teman cowokku tanpa ada dibatasi oleh rasa cemburu pacarku. Pada
suatu sore di hari Sabtu, aku sedang chatting dengan beberapa orang yang
biasanya aku kenal melalui internet.
Seperti biasanya, kegiatan ini kulakukan
sambil hanya mengenakan bra dan celana dalam saja di depan komputerku
sebab sering kali topik dalam pembicaraan berubah menjadi semakin menuju
ke arah yang bersifat seks sehingga sedikit banyak aku sering pula
hanyut dalam suasana ini. Hal yang paling aku sukai dalam chatting
adalah bila lawan chattingku mulai menanyakan pakaian yang aku pakai
saat itu sebab biasanya mereka akan terkejut bila aku mengatakan bahwa
waktu itu aku hanya sedang mengenakan bra dan celana dalam saja.
Selanjutnya mereka akan mulai menyuruhku
mendeskripsikan bra dan celana dalam yang aku pakai kepada mereka yang
tentu saja kulakukan dengan senang hati. Aku sebenarnya agak bosan
dengan pembicaraan yang mengajakku untuk melakukan cyber sex ataupun
berhubungan seks secara langsung sehingga biasanya aku tolak dengan
halus.
Bila tetap membandel, biasanya mereka
langsung kuacuhkan begitu saja. Sebaliknya aku sangat berminat bila
lawan chattingku menanyakan kegiatanku yang berkaitan dengan kehidupan
seks yang aku jalani baik itu kesukaanku dalam berpakaian, kegiatan
harianku yang berkaitan dengan seks ataupun fantasiku. Setelah beberapa
saat duduk di depan komputerku, aku semakin merasa terangsang.
Aku bangkit dari kursiku dan membuka
laci lemari pakaianku serta mengeluarkan sebuah vibrator mini yang
merupakan mainan kesayanganku. Aku duduk kembali di depan komputerku dan
menggeser celana dalamku ke samping sehingga tidak menutupi kemaluanku
lagi.
Dengan sebelah tanganku, kubuka sedikit
lubang kemaluanku sementara tanganku yang satu lagi memasukan kepala
vibrator mini itu ke dalam lubang kemaluanku sampai terbenam seluruhnya.
Pada waktu memasukan vibrator itu, ada rasa nikmat yang menjalari
seluruh tubuhku.
Setelah selesai, kini terlihat dari
lubang kemaluanku hanya menjuntai keluar sebuah kabel yang tidak terlalu
panjang menuju ke sebuah panel kontrol yang dipergunakan untuk
mengoperasikan vibrator mini itu.
Kemaluanku kututupi kembali dengan
celana dalamku sementara panel kontrol vibrator mini itu kuikatkan ke
paha kananku dengan menggunakan sebuah pita yang berwarna merah muda.
Setelah itu, aku kembali melakukan aktifitas chatting seperti biasanya.
Sambil chatting, aku mencoba mengecek email yang masuk.
Biasanya email-email yang bernada untuk
mengajak berhubungan seks langsung kuhapus sedangkan mereka yang ingin
berkenalan dan tanya-tanya aku layani dengan senang hati. Sebelum
mengecek email, aku memutuskan untuk menyalakan vibrator miniku yang
telah terpasang dalam kemaluanku dengan kecepatan getaran yang agak
pelan.
Walaupun demikian, perasaan yang
ditimbulkan tetap terasa nikmat sehingga beberapa kali aku salah
mengetik login emailku sebelum aku dapat mengetikkan
k4t3l14n@yahoo.co.id dengan benar. Saat sedang membaca email, tiba-tiba
pintu kamarku terbuka. Rupanya adik sepupuku yang berusia 18 tahun masuk
ke kamarku tanpa permisi ataupun mengetuk pintu dahulu.
Tentu saja adik sepupuku terperangah
melihatku yang hanya memakai celana dalam dan bra saja sambil duduk di
depan komputerku. Perasaanku sendiri bercampur aduk antara malu,
terkejut, namun ada sedikit rasa senang karena dari tatapan mata adik
sepupuku, aku melihat kalau dia sangat tertarik dengan tubuhku.
Aku mengetahui bahwa selama ini adik
sepupuku ini tertarik pada diriku, namun aku sendiri tentu saja tidak
menangggapinya sebab aku hanya menganggapnya sebagai adik laki-laki
sendiri. Satu hal yang tidak terduga adalah kini dia melihat diriku yang
setengah telanjang di depannya.
“Maaf, kak.. Aku tadi mau pinjam flash
disk kakak”, katanya dengan gugup sambil terus memandang tubuhku. “Iya,
bentar ya. Kakak ambil dulu”, kataku dengan sedikit canggung pula. Aku
bangkit dari kursi komputerku dan menuju ke meja tulisku dengan diiringi
pandangan mata yang tidak terputus dari adik sepupuku.
Tanpa terasa tubuhku agak gemetar selain
karena rasa nikmat yang disebabkan getaran vibrator mini yang tertancap
di dalam kemaluanku, baru kali ini aku dilihat dalam keadaan seperti
ini oleh seorang laki-laki, namun anehnya aku tidak merasa ingin
menutupi tubuhku dari pandangan mata adik sepupuku. Walaupun demikian,
aku berharap kalau kabel mini vibrator yang menjuntai antara kemaluan
dan pahaku tidak menjadi perhatian adik sepupuku ini.
Namun dari pandangan matanya ke arah
selangkanganku, sepertinya dia sudah tahu kalau aku memasukkan sesuatu
ke dalam kemaluanku. Setelah mengambil flash disk yang terletak di atas
meja tulisku, kuberikan kepada adik sepupuku dengan tangan yang sedikit
gemetar. “Ini..”, kataku singkat sambil menyerahkan flash diskku.
“Makasih, kak.. “, katanya. Kulihat
tangannya juga agak gemetaran waktu menerimanya. “Tolong tutup pintunya
lagi, ya..”, kataku. “Iya..”, katanya. Aku membalikkan tubuhku kembali
menuju ke meja komputer untuk meneruskan kegiatan chattingku sementara
pintu kamarku menutup di belakangku.
Kali ini aku agak tidak konsentrasi
terhadap kegiatanku ini. Kejadian yang barusan terjadi
membayang-bayangiku. Tiba-tiba timbul perasaan yang ganjil dalm diriku
yaitu keinginanku untuk dirayu dan dicumbu oleh adik sepupuku. Diam-diam
aku berharap dia akan melakukan hubungan seks denganku. Tampang adik
sepupuku tergolong tampan dan menjadi idola di sekolahnya. Dalam
pikiranku waktu itu , aku merasa tidak terlalu buruk untuk melakukan
hubungan seks sekali dua kali dengan dirinya.
Pikiranku itu terus berkecamuk dalam
kepalaku dan membuatku tidak berminat untuk meneruskan kegiatan
chattingku lagi. Aku bangkit dari meja komputerku dan membaringku
tubuhku yang masih terbalut bra dan celana dalam saja di atas tempat
tidurku.
Kunaikkan kekuatan getaran vibtaror
miniku yang dari tadi menggetari lubang kemaluanku. Sensasi yang
dihasilkan oleh getaran vibrator mini yang semakin kuat ini membuat
diriku semakin terangsang. Aku mulai menyelinapkan tanganku ke balik
braku dan meremas-remas kedua payudaraku sendiri sambil sesekali
merangsang puting payudaraku.
Setelah agak lama aku merangsang diriku
sendiri, aku akhirnya merasakan orgasme yang sangat dasyat. Kedua
tanganku meremas kedua payudaraku kuat-kuat sedangkan kakiku
mengesek-gesek seprai tempat tidur sampai akhirnya aku merasakan orgasme
dengan sempurna. Aku semakin tidak dapat menahan nafsu birahiku.
Kulepaskan kaitan braku lalu kuloloskan tali bahunya melalui kedua
lenganku. Kini kedua payudaraku menjadi terbuka dan leluasa untuk
kumain-mainkan.
Kuloloskan pula celana dalamku sehingga
kali ini aku berada dalam keadaan telanjang bulat. Satu-satunya benda
yang masih melekat di badanku adalah vibrator miniku yang dari tadi
menancap di lubang kemaluanku. Kulepaskan panel kontrol vibrator miniku
dari ikatan di pahaku dan mengatur getarannya semakin kuat.
Kali ini aku merasakan semakin nikmat.
Mataku setengah terpejam dan nafasku mendesah-desah karena menahan
perasaan nikmat yang terus membanjiri tubuhku melalui lubang kemaluanku.
Tubuhku menggeliat-geliat di atas tempat tidurku. Sesekali kedua
tanganku meremas-remas payudaraku sendiri.
Lama sekali aku merasakan kenikmatan
ini. Beberapa orgasme kulalui dengan diiringi teriakan-teriakan kecil.
Akhirnya aku mengambil panel kontrol vibrator miniku dan mematikan
getarannya. Aku tetap berbaring di tempat tidur untuk menenangkan nafsu
birahi dan nafasku yang memburu.
Keringatku yang membasahi tubuhku kulap
dengan selimut. Tidak sadar akhirnya aku jatuh tertidur dalam keadaan
telanjang bulat sementara celana dalam dan braku berserakan di atas
tempat tidur di sekitarku. Entah berapa lama aku tertidur, namun antara
setengah sadar, aku merasakan ada seseorang yang membuka pintu kamarku.
Sosok itu kemudian berjingkat-jingkat
menghampiri diriku yang ada di atas tempat tidur dan duduk di sebelahku.
Aku sendiri belum sepenuhnya sadar dari tidurku sehingga aku masih
mengira kalau aku bermimpi. Sosok itu kemudian meletakan tangannya di
atas dadaku dan mulai memain-mainkan payudaraku. Payudaraku
dibelai-belai diremas-remas dengan lembut. Sesekali putingku
dimain-mainkan.
Bila aku melakukan sedikit gerakan, maka
gerakan tangan sosok itu juga berhenti, sebaliknya jika aku diam, maka
sosok itu kembali memain-mainkan kedua payudaraku. Setelah beberapa
saat, sosok itu mengalihkan tangannya ke arah selangkanganku. Kurasakan
jari-jarinya menyentuh kemaluanku dan kemudian memainkan biji itilku.
Aku sendiri sangat menikmati perlakuan
ini dan mulai mendesah-desah pelan. Terasa bahwa cairan kewanitaanku
mengalir membasahi kemaluanku. Sesaat sosok itu menghentikan
permainannya di kemaluanku, namun sewaktu melihat reaksiku tidak lebih
dari mendesah-desah saja, maka sosok itu terus memainkan biji itil
kemaluanku.
Sambil memainkan biji itilku, kali ini
sosok itu mendekatkan kepalanya ke arah dadaku dan menciumi kedua
payudaraku. Secara tidak sadar, kedua tanganku merangkul kepalanya dan
membelai-belai rambut sosok itu sambil menahan kepala itu agar tidak
lepas dari kedua payudaraku. Birahiku kembali membara. Aku tidak peduli
dengan identitas sosok itu. Aku hanya peduli sosok itu memberikan
kenikmatan yang luar biasa bagiku.
Merasakan reaksiku yang demikian, sosok
itu semakin berani mencumbuku. Beberapa kali ciumannya diarahkan ke
leher dan kemudian di bibirku. Saat bibir kami bertemu, aku membuka
mataku dan melihat bahwa ternyata sosok itu adalah adik sepupuku
sendiri. Dengan sedikit kaget, aku mendorong dirinya agar menjauh
dariku. Kulihat dia juga sedang dalam keadaan telanjang bulat. Batang
kejantanannya berdiri dengan gagahnya. Aku menjadi agak bernafsu juga
pada saat melihatnya.
“Kak, maafkan aku.. “, katanya dengan
nada takut. Aku segera menguasai diriku dan menarik nafas lalu berkata
dengan lembut, “Ngak apa-apa. Teruskan saja..” Sesaat dia terlihat agak
ragu, namun segera saja kuraih kepalanya lalu kucium bibirnya. Melihat
reaksiku yang demikian, adik sepupuku kembali meraih kedua payudaraku
dan memainkannya kembali.
Dengan sebelah tanganku, kuarahkan
tangan kanannya ke arah selangkanganku sebagai tanda bahwa aku ingin dia
memain-mainkan biji itil kemaluanku lagi. Kali ini adik sepupuku sudah
tidak takut lagi, dia mulai mencumbuku dengan mesra.
Beberapa saat lamanya kami bercumbu
sebelum akhirnya dia melepaskan cumbuannya. “Kak, aku ingin mencium
memekmu..”, katanya. “Lakukan apa saja yang kam mau.
Ngak usah minta ijinku”, kataku. Adik
sepupuku membaringkan tubuhku di atas tempat tidur lalu membalikan
tubuhnya di atasku sehingga kami berada dalam posisi 69. Aku mengerti
keinginannya. Rupanya dia ingin batang kejantanannya dikulum olehku
sementara dia sendiri menjilati kemaluanku. Kuraih batang kejantanannya
dengan tanganku dan kumasukan ke dalam mulutku.
Sesaat kemudian kurasakan bibir dan
lidahnya mendarat di kemaluanku dan kami memulai permainan kami
berikutnya. Jilatan demi jilatan terus kurasakan menjalari kemaluanku
sembari memberikan rasa nikmat yang luar biasa sementara aku sendiri
sibuk memainkan batang kejantanan adik sepupuku dengan mulutku. Setelah
beberapa saat lamanya, kami melepaskan posisi kami. Aku tetap berbaring
sementara adik sepupuku memutar badannya kembali menghadapkan wajahnya
padaku. Birahiku membuatku kali ini meraih batang kejantanannya dan
mengarahkannya ke lubang kemaluanku.
Setelah kurasakan kepala batang
kejantananya ada di depan lubang kemaluanku, aku berkata kepadanya,
“Lakukanlah.. “ Dengan sebuah hentakan lembut pinggul adik sepupuku,
batang kejantanannya menghujam masuk ke dalam lubang kemaluanku. Aku
berteriak tertahan karena merasakan nikmatnya batang kejantanan adik
sepupuku saat memasuki lubang kemaluanku. Adik sepupuku kemudian
menggerak-gerakan pinggulnya untuk menusuk-nusuk lubang kemaluanku. Kami
kembali berciuman dengan bibir kami sementara tangan kanan adik
sepupuku menggerayangi payudara kiriku.
Nikmat yang kali ini aku rasakan sungguh
berbeda dengan menggunakan vibrator miniku. Ini adalah kenikamatan seks
yang sejati. Aku mendesah-desah terus dengan nikmat. Keringat
membanjiri tubuh kami. Sesekali adik sepupuku juga mendesah-desah. Pada
saat mengalam orgasme, aku berteriak kecil sambil tanganku meremas
lengan adik sepupuku. Setelah beberapa kali aku mengalami orgasme, kali
ini adik sepupuku yang akan mengalami orgasme.
“Kak, aku mau keluar..”, katanya
terengah-engah karena masih terus menyetubuhiku. “Ngak apa-apa.
Keluarkan aja. Kakak ngak lagi subur”, kataku pula sambil menahan rasa
nikmat yang luar biasa. Tak lama kemudian, aku merasakan semprotan
cairan sperma adik sepupuku di dalam lubang kemaluanku sementara adik
sepupuku berteriak karena mencapai orgasme. Setelah itu, adik sepupuku
terkulai lemas di atas tubuhku dan kupeluk sambil kubelai-belai
rambutnya. “Enak ya ?”, tanyaku.
“Enak sekali, kak..”, katanya. Setelah
berbaring sebentar di atas tubuhku, adik sepupuku berhasil mengumpulkan
sedikit kekuatannya lalu mencabut batang kejantanannya dari lubang
kemaluanku. Cairan sperma yang masuk ke dalam rahimku kembali keluar
sebagian melalui lubang kemaluanku. Dengan tanganku kutampung lelehan
cairan sperma itu. Setelah itu, kemaluanku kuseka begitu saja dengan
tanganku agar bersih dari cairan sperma.
Cairan sperma yang ada di tanganku
kemudian kumasukan ke dalam mulut dan kulijati jari-jari tanganku yang
blepotan cairan sperma itu sampai bersih. Ternyata minum cairan sperma
itu menyenangkan juga. Sementara aku melakukan itu, adik sepupuku telah
kembali ke kamar tidurnya. Aku tidak peduli dengan hal itu. Aku merasa
sangat capek dan sekali lagi jatuh tertidur dalam keadaan telanjang.
Sejak hari itu, hubunganku dengan adik
sepupuku dalam keseharian menjadi canggung, bahkan bisa dikatakan jarang
bertegur sapa. Walaupun demikian, adik sepupuku masih sering kali masuk
ke dalam kamarku hanya untuk melakukan hubungan seks denganku. Di luar
kamar kami terasa asing, namun kami sangat dekat di atas tempat tidurku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar