Om suamiku bekerja sebagai
freelance di beberapa perusahaan. Suamiku minta tolong pada dia untuk
memberikan pelatihan bagi karyawan di perusahaannya. Suamiku itu punya
dealer mobil yang ada di 3 kota besar di Indonesia, Jakarta, Surabaya
dan Medan. Dengan demikian dia sibuk sekali dengan pekerjaannya. Setiap
minggu pertama dan minggu ketiga dia fokus di headofficenya, ya di
Jakarta lah, masak di Citeureup. Sedang minggu ke 2 di terbang ke
Surabaya dan minggu terakhir dia ke Medan. Itu rutin dilakukannya
sehingga waktu untuk aku benar2 tersisa sedikit sekali. Kalo toh di
headoffice, dia lebih menyibukkan diri dengan menangani pelbagai urusan kantornya sehingga pulang selalu larut malam dan dalam kondisi sudah letoy. Tau sendiri deh lelaki kalo pulang dah letoy maunya kan langsung ngorok aja setelah membersihkan diri. Sebagai
prempuan muda, aku masih sangat menginginkan cumbuan2 panas, gak usah
selalu ditempat tidur, dimana aja disekeliling rumah, toh kami belon pun
ya anak
dan pembantu tinggalnya terpisah dari rumah induk. Malem, praktis
pembantu akan undur diri setelah menyelesaikan tugas mreka yang
terakhir, cuci piring abis makan malem. Itu juga cuma buat aku seorang
karena suami praktis gak pernah makan dirumah kecuali weekend, itu juga
kalo dia gak lobby ke pejabat. Ya trima nasib lah. mo gimana lagi, yang
pentingkan kebutuhan yang laen slalu dipenuhi suami.
Kebetulan pas om dateng untuk menyiapkan pelatihan, suami tidak di
Jakarta, sehingga akulah yang harus menemaninya mondar mandir ke kantor,
dimana pelatihan akan dilaksanakan. Karena gak mo rugi, pelatihan
dibikin hari sabtu dan minggu. Minggupun sampe sore. Kalo aku pikir2
kebangetan juga suamiku sama karyawannya, training
aja gak mo rugi waktu kerja. Jumat siang si om dateng ke rumah ngajak
aku ke kantor suami untuk mempersiapkan pelatihan besok harinya. Si om
ganteng juga sih, umurnya 40an tapi bodinya gak gendut kaya
lelaki seumurnya pada umumnya. Dia sangat menjaga penampilan fisiknya
dengan rutin olahraga. Siang menjelang sore, dia sampe dirumah,
perawakannya yang tinggi bedar dibalut dengan busana kerja dan dasi yang
menempel dilehernya. Aku seneng banget deh liat lelaki seperti dia. Dia
menjemputku. Ketika keluar rumah, aku yang berjalan dibelakangnya
melihat kerah kemejanya melipat keatas, mungkin ketika memasang dasi.
"Om", panggilku. Dia berhenti melangkah, membalikkan diri menghadap ke
aku, "Kenapa Sin, ada yang ketinggalan?" "Gak om", terus aku
menghampirinya dan mengalungkan ke 2 tanganku di lehernya untuk
membetulkan kerah bajunya yang melipat. Dengan demikian, mukaku berada
dekat dengan mukanya. Dia menatapku taam. Selesai membenarkan kerah
kemejanya, tiba2 dia mengecup keningku, "Trima kasih cantik". Aku kaget
juga karena kecupan itu. Mukaku memerah. "Kok mukanya merah Sin, masak
gitu aja malu". "Gak kok om, kaget aja". "Napa kaget, ngarepin yang
dicium bukan kening ya". Aku makin kaget dengan becandaannya. Aku bales
becanda, "Memangnya om mau cium Sintia dimana". "Di bibir kalo boleh",
wah to the point sekali. Tapi dia cuma tertawa dan langsung keluar
rumah. aku tertegun mendengar ucapannya, tanpa terasa aku mengusap
bibirku sendiri. Asuik juga kali ya dicium si om, palagi kalo kumisnya
menggesek hidung dan bibirku, asik kali yah. Suamiku gak kumisan soale.
Kami menuju ke kantor suami menembus kemacetan kota. Di kantor, aku
minta tolong sekretaris suami membantu si om. Si om minta di printkan
materi pelatihan, kemudian di fotocopy sejumlah peserta. Semetara itu
dia menyiapkan ruang rapat, dia ubah layoutnya sehingga memadai untuk
dijadikan ruang pelatihan, Beberapa office boy membantu dia, selama itu
aku ya cuma mbuntutin dia aja kemana dia pergi. Dia gesit sekali
membereskan ruang. Setelah ruangan beres, dia minta disipakan peralatan
pelatihan laennya seperti whiteboard, marker, flipchart beserta
kertasnya, layar, lcd projector. Sekretaris juga diminta untuk
mengkontak perusahaan catering langganan untuk menyiapkan konsumsi untuk
2 kali snack dan makan siang untuk 2 hari pelatihan. Lewat magrib baru
semua urusan selesai, lama nunggunya karena harus fotocopy diluar.
Baeknya semua berjalan paralel sehingga waktu menunggu ampir tidak ada,
kecuali aku yang gak ngapa2in ya nunggu si om slesai. Slesai urusan di
kantor, dia ngajak aku makan dulu, "Daripada kamu makan ndirian dirumah
mending kan nemenin aku", katanya. Aku nelpon kerumah memberitahu
pembantu untuk tidak menyiapkan makan malem, artinya pembantu slesai deh
urusannya untuk hari ini. Deket kantor suami banyak tempat makan, dia
ngajak aku makan disalah satu resto.
Sambil makan kami ngobrol
ngalor ngidul. aku nekat aja nanya, "Om beneran mo cium bibir Sintia
tadi". "Napa nanya, kamu mau gak aku cium bibirnya". "Geli kali ya om
kegesek kumis". "Bukan cuma geli kali Sin, napsuin". "Masak sih om".
"Terang aja kamu gak tau, kan suami kamu plontos gitu". Aku tertawa aja.
"Kamu tu ditinggal2 terus apa gak kesepian, mangnya gak usaha apa
gitu". "enggak om, gak boleh ma siabang (suamiku)". "O dia gengsi ya
kalo istrinya mesti kerja juga, dah jadi bos sih". "Kali juga om". "Ya
bantuin nangani kerjaan di kantor, kan kamu sekolah manajemen kan". "Iya
sih om, tapi si abang gak suka tuh kalo aku ikut ngurusin kerjaannya".
"Sayang ya, padahal kamu cantik gini, sexy pula". "apanya yang sexy sih
om, biasa aja kalee". "Ya sexy lagi, tuh lelaki di resto ini aja banyak
yang ngelirik kamu". Memang sih, aku kebetulan pake pakean yang pas
badan sehingga semua lekak liku di badanku jadi terpampang dengan jelas.
Si om aja kalo ngeliat bodiku kaya ngiler gitu, maklum deh dia tinggal
sendiri soale, dah pisah lama dari bokinnya. Kami sanatap maleam santai,
selesai makan dia nganterin aku pulang, "Besok aku jam 7an jemput kamu
ya Sin". "Mangnya Sintia mesti ikut ya om". "Iyalah, kamu kan mewakili
suami, skalian nemenin aku lah". "Wah ngantuk dong om seharian". Tapi
aku turuti ja ajakannya.
Besoknya seharian aku bengong aja, aku
duduk aja diruang kerja suami, browsing ke internet aja, buka imel,
chat ma tetem2 yang kebetulan lagi online. Ketika break, dia masuk ke
kantor, kami ngobrol sebentar karena waktu break cuma seprapat jam.
waktu lunch kita makan nasi kotak dari catering, ramean ma sekretaris.
Rupanya dia pesen juga untuk dirinya, ya gak apalah, itung2 upahnya dia
sibuk2 kemaren sore sampe lepas magrib baru bisa pulang. Demikian juga
waktu break sore. Selesai pelatihan hari pertama, dia ngajak aku makan
lagi di resto laennya lagi, tentunya makanannya beda. Sambil makan
kembali dia ngajakin aku ngobrol. "Sin, pantesan kamu gak punya2 anak,
gak pernah diisi ya". "emangnya botol pake diisi segala". "Mangnya
jarang maen ya Sin". "Maen paan sih om, gundu?" "Iya mulainya kan kamu
maenin gundu siabang". Aku tertawa. "Kalo dia pulang terus gak sempet
pake baju lagi dong". "Kok?" "Iya maen gundu dan maen bilyard kan". "Kok
bilyard?" "Iya nyodok bola masuk lobang". "Bukan bola om yang disodok".
"Iya ya, stiknya yang masuk lobang, bolanya mah ketinggalan diluar".
Kemabli aku tertawa. "Iya ya Sin". "Iya paan sih om". "Maen abis2an kali
dia pulang". "Ya gitulah om, dah lama gak dikluarin, ntar jadi odol
lagi". "Mangnya kamu yakin dia gak maen disana". "Gak taulah om, tapi
setiap pulang pasti dia menggebu2 maennya, ampe lemes Sintia". "Mangnya
brapa kali maennya". "Suka 2-3 kali om". wah kenyang dong kamu, non
stop?" "Gak lah om, pake istirahat, malem trus paginya lagi". Kan baru 2
kali, trus skali laginya kapan?" Kan Sintia bilangnya 2-3 kali, kalo
ampe 3 kali ya malemnya 2 ronde". Kalo dia di Jakarta maennya juga 2-3
kali gitu, ya enggaklah om, pulang ja dan malem banget, dah letoy, terus
tidur, paling weekend, itu juga kalo dia gak entertain pejabat ato
customer besarnya". Kalo weekend juga 2-3 kali". "Gitulah om". Tapi kok
gak hamil2 ya kamunya". "Gak tau deh om". "Mangnya dia maennya cepet
keluar ya". "Gitulah om". "Kasian, dah jablay, gak ngerasa enak lagi,
masak yang ke 3 juga cepet sih". "Ya enggak sih om, kalo ampe 3 kali
lamaan dikit, baru Sintia bisa ikutan nyampe". "Yang ke 2 juga cepet?"
"Sukanya sih gitu om". "Waduh bener2 deh sengsara tu namanya".
Pembicaraan kualihkan kelain topik. Selesai makan dia nganterin aku
pulang.
Hari brikutnya ya rutin aja, pelatihan berjalan sesuai
jadwal yang sudah disusun, tapi slesainya lebih cepet atas permintaan
peserta. Aku sih ok aja dengan percepayan waktu itu, yang penting kan
semua topik sudah dibahas. Selesainya training, "Om, makan dirumah aja
ya, anti biar Sintia minta pembantu pesen dari resto deket rumah, enak
kok makanannya". Dia sih oke aja. Aku call pembantu aku untuk pesen
makanannya. Sampe ke resto deket rumah, aku ambil pesenanku dan sekalian
bayar. Di rumah, aku sendiri yang ngeberesin makanan sementara dia
duduk disofa nonton tv. Aku sudah mengambilkan air putih segelas, sesuai
permintaanaya. Lama juga aku ngeberesin meja, pembantu gak aku minta
bantuin, sehingga dia menghilang kekamarnya. Aku mberesin meja,
ngangetin nasi dulu karena dah dingin, maklum deh masaknya kan pagi.
Slesai mebersin semuanya, aku manggil dia, "Makan yuk om", sambil menuju
ke sofa. Kulihat dia terbaring disenderan sofa, tertidur rupanya. aku
duduk disebelahnya, kutowel2 dia, "Om bangun, makan yuk". Dia membuka
matanya, gak tidur rupanya, mungkin istirahat sejenak. Tapi dia tidak
bergerak dari posisi senderan, dia tersenyum memandangku, "Sin, kamu tu
cantik banget". Mendadak dia menegakkan duduknya, memeluk aku dan
mencium bibirku. aku kaget, secara reflex aku memberontak tapi dia
mengunci aku dalam pelukannya sehingga aku terdiam merasakan bagaimana
bibirnya dengan lapar mengulum2 bibirku. Gesekan kumisnya ke idung ku
memberikan sensasi sendiri, bener kata dia, napsuin. Pelan2 timbul
gairah pada diriku selama dia mengulum2 bibirku. aku merangkul lehernya
sehingga dia makin seru aja menciumku. Ketika dia melepaskan bibirku,
"Gimana, napsuin gak kegesek kumis". "Om sih genit". "Tapi kamu suka
kan". Aku cuma ngangguk, "Yuk makan dulu om, ntar keburu dingin". "Kalo
kamu dingin aku angetin aja". Dia tertawa dan bangkit dario sofa,
mengikuti aku ke meja makan.
Setelah makan, dia bantu beresin
meja lagi, aku mencuci bekas makan, dia juga bantu aku. Romantis juga
nyuci piring ditemein gitu. Selesai cuci piring kita kembali keruang
keluarga, sambil berdiri kembali dia memelukku dan mencium bibirku. kali
ini aku menyambut ciumannya. ntuk sesaat kami berdiri berpelukan,
sementara bibir kami saling mengemut, lidah kami saling berbelit didalem
mulutku. Tangannya mengelus2 punggung dan meremas pantatku, dia menekan
badanku ke badannya. Terasa ada yang menonjol diselangkangannya. "Om
dah keras ya", bisikku ketika dia melepaskan bibirku. Dia tersenyum,
"Dah lama aku ngarepin bisa berduaan ma kamu Sin, kamu menggugak
seleraku banget. Bodo skali suami kamu, ninggalin prempuan sesexy kamu
trus2an". "Aku gak menjawab, aku menyenderkan kepalaku ke dadanya yang
bidang, dia mengelus2 rambutku. Dia meredupkan lampu ruang keluarga dan
kembali memeluk dan menciumku, romantis sekali. Aku dah terlena karena
aksinya itu. "Mandi yuk Sin". aku menurut aja ketika dia menggandeng aku
ke kamarku, dan masuk ke kamar mandi. Dia melepaskan pakean luar ku
sepotong2, dia terbelalak ketika melihat aku cuma pake daleman yang
model bikini, tipis lagi. "Sin kamu sungguh sexy hanya memakai daleman
bikini. Toket kamu besar dan kencang, pinggang kamu ramping dan pinggul
kamu besar, sungguh merangsang", katanya memuji. Aku hanya tersenyum
mendengar pujiannya. Dia melepaskan bajunya. dadanya bidang dan sedikit
berbulu, menambah kegantengannya, walaupun kulitnya gelap. "Om suka
prempuan yang kaya apa?" "Yang kaya kamu gini Sin, muda, cantik, seksi,
dada dan pinggul besar, dan bulunya lebat". "Om senang dengan yang
bulunya lebat". "Ya, karena prempuan yang bulunya lebat hot sekali kalo
diajak maen. Gak puas cuma sekali maen. cuma aku belum tau bulu kamu
lebat atau tidak". "Om priksa saja", tantangku. Aku dah hanyut terbawa
suasana, aku dh gak mikir kalo dia om siabang. dia kembali memeluk dan
mencium bibirku. "Om punya besar ya", kataku tanpa tedeng aling2. "Kalau
kamu pengen tahu, kamu lihat saja", katanya sambil tersenyum. "Tidak
apa-apa kok.."
Aku lalu melepas celana panjangnya, tinggal cd
aja. Kontolnya kliatannya besar tapi dalam keadaan belum ngaceng sekali.
"Hai..lihat ini", katanya sambil melepaskan cdnya. tangan kirinya
memegang kontolnya sendiri dan tangan kanannya memegang tangan kiriku.
Aku melihat kon tol si om yang besar berwarna hitam dengan kepala kon
tol seperti topi baja. "Kamu lihat ini dan pegang saja!" katanya. "Wihh
takut akhh.." desahku dengan suara serak. "Tidak apa-apa biar kamu tidak
penasaran lagi", katanya. Aku masih terpaku melihat kon tolnya. Dia
langsung mencium pipiku perlahan. Karena aku masih diam saja maka wajah
aku dipegangnya dan dia mencium bibirku dengan perlahan. Aku membalas
ciuman itu dengan membuka bibirku, serta merta dia melumat bibirku dan
memasukkan lidahnya. "Emmhh.." desahku perlahan. "Kamu suka kan Sin
ngeliat aku punya" bisiknya di kupingku. Aku hanya mengangguk. Melihat
reaksi positif dari aku, tangan kiriku diarahkan untuk memegang
kontolnya. Walaupun belum keras tapi sudah berdiri tegak, kon tol itu
berikut biji pelernya yang ditutupi jembut lebat. Aku mulai memegang
kontolnya dan ternyata walaupun masih lemas jari telunjuk dan ibu jariku
tidak dapat bersentuhan (membuat bentuk huruf O). Hal ini membuat aku
penasaran ingin melihat secara jelas bentuk kontolnya kalo udah ngaceng,
"Aakkhh gedee bangeet.." desahku dengan suara parau. Kemudian dia
sambil mencium telingaku berbisik, "Kamu kocokin dong.." desahnya. Aku
menuruti permintaannya dan perlahan jariku mulai mengurut ke atas dan ke
bawah, dan dalam relatif singkat kontolnya tersebut ngaceng dengan
kerasnya di tangan aku. Panjang dan besar. "Emmhh.. akhh.." desahnya.
Sementara aku terus mengocok kontolnya, dia pun dengan nafsunya mengulum
bibirku dan jemarinya dengan cepat membuka ikatan braku. Dengan sigap
dia langsung meremas toketku yang telah mengeras. "Akhh enak om" desahku
menggelinjang. Bibirku dilepasnya dan mulutnya langsung mendekat ke
dadaku sambil terus meremas perlahan. Pentilku dihisap sambil dijilat,
toketku berganti-ganti diremasnya sehingga, "Akhh.uuff.." erangku
keenakan. Wajahku sudah menengadah ke atas dengan posisi pasrah,
sementara tangan kiriku terus mengocok kon tolnya yang besar dengan
makin cepat, kadang-kadang kuremas kon tol itu dengan kuat karena aku
sudah tidak bisa menahan rangsangan yang ada pada sekujur tubuhku.
"Ooohh.. ." desahku keenakan. Tangan kananku menekan kepala dia ke
dadaku sementara tangan kiriku sudah tidak beraturan mengocok kon tol
besarnya.
Dia segera membuka ikatan cdku sehingga menyembullah
pahaku dan gundukan nonokku yang ditutupi oleh jembut hitam lebat.
"Kamu mulus sekali Nes, bulu kamu lebat sekali.." bisiknya sambil
tangannya mengusap pahaku. "Ahh om.." aku tersenyum keenakan. Aku hanya
mendesah dan menggelinjangkan pinggulku sambil merenggangkan pahaku
ketika jari-jarinya itu mulai merayap perlahan, mengelus dan menekan
sekitar atas nonokku yang ditumbuhi jembut dan menyebarkan aroma yang
khas. Kami sama-sama mendesah dan mengerang perlahan. "Wanginya sangat
merangsang sekali", katanya sambil mendesah. "Emmhh.." desahku sambil
mengerakkan pinggulku ke kiri dan ke kanan. Jarinya mulai menyentuh
belahan nonokku dan mengusap perlahan terus dari atas ke bawah. Belahan
nonokku sudah terlihat basah dan menjadi licin dan makin menyebarkan
aroma yang membuat si om dan aku menjadi makin terangsang. Aku sudah
melepaskan kontolnya dan kedua tanganku terkulai lemas meremas
kepalanya, kadang-kadang mengusap punggung nya. Dia sabar sekali,
sementara tangan kiri terus membelai belahan nonokku, tangan kanannya
meremas toketku, sementara itu mulutnya menghisap pentilku yang telah
mengeras serta menjilati permukaan toketku atau mengulum bibirku. Kurang
lebih 20 menit dia telah merangsang sekujur tubuhku. Dia dengan leluasa
menggerayangi sekujur tubuhku. Aku hanya tersenyum puas dan pasrah
diraba dan diremas si om. Dia pun menciumi seluruh tubuhku yang telah
polos, bahkan sampai ke punggung pun dia ciumi dengan penuh gairah.
Sungguh sensasi luar biasa.
Dia mengajakku kembali ke kamar
dan membaringku aku ditempat tidur. Gak jadi deh acara mandinya, masih
ada acara laen yang lebih urgent rupanya buat dia. Dia terus membelai
belahan nonokku tanpa dia berusaha memasukkan jari tengah tersebut ke
dalam nonokku yang telah terpampang dengan pasrah. Sementara aku telah
dalam posisi setengah rebahan dengan kaki terbuka mengangkang. Dia
melihat aku sudah pasrah dan seluruh badanku bergetar menahan napsuku
yang berkobar2. Segera dia merubah posisi badannya menghadap ke aku. Dia
berlutut di depanku yang telah mengangkangkan kakiku sehingga posisi
badannya sekarang telah berada di antara kedua kakiku yang mengangkang
lebar dan nonokku yang telah terlihat jelas telah basah. kon tolnya yang
benar-benar luar biasa besarnya telah berada di depan permukaan
nonokku. "Pelan2 om", bisikku. "Ya, aku akan pelan2, kamu harus
mencobanya", desahnya sambil mulai mengarahkan kontolnya ke nonokku yang
telah terbuka sedikit akibat jari-jarinya yang terus membelai belahan
nonokku. "Aku tempelkan saja dahulu kon tol ini sampai kamu siap.."
katanya merayu sambil lidahnya menjilati sekitar kupingku. Aku yang
keenakan lalu membiarkan dia melanjutkan aksinya, dengan menjepit
pinggangnya dengan kedua kakiku, aku melihat kontolnya yang besar itu
ditempelkan tepat di belahan nonokku yang telah basah. Aku merasa
kontolnya mulai secara perlahan menggeser di belahan nonokku.
"Oohh..om.. enaakk.. " erangku. "Uuuff.." desahnya keenakan, "Yaa enakk
Sin..". "Teruss digesek dan ditekan om.." pintaku. "Ya sayang.." katanya
mulai mempercepat gesekan di belahan nonokku. "Tekan teruuss om.."
erangku yang makin lama semakin keenakan. "Enaakk.. oohh..puasin Sintia,
om" desahku dengan suara yang telah parau. Posisi kakiku telah
mengangkang dengan lebar membuat dia lebih leluasa
menggerakkan dan
kadang mendorong kontolnya ke depan sehingga lebih menekan dan
menggesek belahan nonokku. Kulihat nonokku telah terbelah bibirnya
karena tekanan dan gesekan kon tolnya, kepala kon tolnya mulai secara
beraturan menyentuh dan mendorong itilku. "Aahh.. aduuhh..ennaakk",
desahku sementara tanganku telah berada di belakang punggungnya dan
sambil menekan pantatnya. "Emh.. " erangnya menahan sesuatu. Aku tahu
dia sudah ingin menerobos masuk ke dalam nonok ku tapi kerena aku tidak
mengatakannya dia berusaha menahan keinginannya.
"Om.. eeng.."
aku bergumam, aku telah siap dimasuki oleh kon tol besar itu. Aku
mendorong dan menarik pantatnya sedangkan posisi kepala kontolnya
melewati itilku. Terlihat kontolnya mulai bergerak mengikuti arahanku,
mencoba untuk terus menerobos liang nonokku yang akan terasa sempit
sekali untuk ukuran kon tol sebesar dia punya. Kepalaku sudah menengadah
ke atas dengan mata terbelalak tinggal putihnya, sementara mulutku
terbuka mengerang, "Ahh.." "Sin..akhh", desah nya meminta kepastian
kesiapan aku apakah seluruh kontolnya dapat menerobos masuk ke dalam
nonokku. Tapi aku sudah tidak dapat berkata-kata karena mulutku hanya
dapat menganga terbuka. Dia terus melanjutkan aksinya dengan posisi sama
seperti sebelumnya. Terlihat kon tolnya terus berusaha menekan nonokku
dengan kepala kontolnya yang besar itu, tapi dia menarik kembali ketika
aku mulai seperti orang tercekik. "Uuff.. " desahnya sambil terus
memajukan dan menarik pantatnya dan makin lama semakin cepat. Kepala kon
tolnya terus menekan itilku berulang-ulang kadang masuk kadang di luar
bibir nonokku. "Akhh.. engg.. aakhh" aku mencengkeram pantatnya
kuat-kuat dan akibat sundulan kepala kontolnya, "Oohh..Sintia..nyampe
om.. uuff..aah.. enaak.." erangku kelonjotan dan bergetar seluruh
badanku di dalam pelukannya. Dia merasakan siraman cairan hangat dari
dalam nonokku yang terus mengalir membasahi batang dan kepala kontolnya,
membuat kon tol itu menjadi mengkilap dan basah. "Kamuu..nyampe ya
Sin.. " desah nya dengan nafas berirama, nafasnya terdengar keras.
"Eeennakk.. oohh Sintia.. puaass", aku terus mengerang karena terus
merasakan sundulan kepala kon tolnya di dalam nonokku . Ternyata hanya
sebatas leher kepala kon tolnya yang terbenam di dalam nonokku dan
terasa terus menggesek dinding nonokku. "Teruss.. om.. tekan teruuss..
oohh.. benar enak.. ahh.." aku tersenyum puas melihat dia masih terus
berusaha memberikan rangsangan di sekitar dinding nonokku. dia melihat
aku tersenyum dan ikut tersenyum puas. "Kamu puass..Sin. enak.. kan.."
dia tersenyum sambil menjilat bibirnya sendiri.
"Biar kamuu..
lebih puaas Sin.." katanya sambil terus menghujamkan sepertiga kontolnya
ke dalam liang nonokku. Terdengar bunyi, "Sleepp..ahhkk.. brreet.."
rupanya nonokku terus semakin basah dan semakin licin untuk kon tolnya
yang terjepit di nonokku. "Gilaa.. kamuu rapat sekali lubangnya..
uuffhh.. susah.. Sin.. untuk masuk.." Dia penasaran sekali dengan
nonokku yang terlalu sempit. Gila memang, kon tolnya yang besar itu
berhasil menggelosor keluar masuk di nonokku. Posisiku sudah ditindih
oleh badannya. Sementara dia menaik-turunkan pantatnya berirama. kon
tolnya yang besar dan panjang itu sebagian telah keluar masuk di dalam
nonokku, sementara gerakannya makin lama semakin lincah karena nonokku
terus mengeluarkan cairan yang membuat kon tolnya terus dapat menerobos
dinding nonokku. "Aakkhh.. eennak. teruuss..tekan..om... Sintia mau kon
tol gedee.. ahh enaaknya kon tol om.." aku kelojotan dihujami kontolnya
walaupun belum semua kontolnya masuk menembus nonokku. Aku terus meremas
pantatnya dan kadang menekan pantat itu ke bawah. "nonok kamu masih
sempit sayang . oooh nikmatnya nonok kamuu.. enak..adduuhh
kontolku..dijepit aah enak.. haa.. haa.. mhh.. ennak.." dia merem-melek
keenakan. "Sleep.. poof..breett.. aahh.." gerakan pantatnya menekan dua
kali dan memutar dua kali, dia terus menekan agar kontolnya lebih masuk
lagi ke dalam nonokku. Setelah 2 sampai 3 kali menekan kontolnya ke
dalam, pada saat menekan terakhir pantat nya memutar ke kiri dua dan ke
kanan dua kali. Aku sudah tidak sempat lagi bergerak, posisiku hanya
mengangkangkan kaki lebar-lebar dan tanganku hanya dapat memegang
punggungnya dan sekali menjambak rambutnya yang sudah mulai 2 warna,
hitam dan putih keperakan. Sementara nafasku tidak beraturan, yang ada
hanya lenguhan dan lenguhan disertai erangan panjang. Dengan gerakan itu
dia telah melakukan gerakan menghujamkan nonokku yang sempit dan basah.
Terlihat bibir nonokku tertarik keluar dan terdorong masuk mengikuti
gerakan kon tolnya. Tiga puluh menit sudah lewat, keringat telah
membasahi badan kami berdua.
"Kamuu berbalik." desahnya, lalu
dia menarik kontolnya, terdengar bunyi "Plooff.." dan aku mengambil
posisi menungging. Bibir nonokku dengan jelas telah terbuka sehingga
terlihat cairan di pinggirannya. Dia mengambil posisi tepat di belakang
pantatku. Setelah lima kali meremas bongkahan pantatku dengan penuh
nafsu, sedikit demi sedikit dia mulai menempelkan kepala kontolnya
dibelahan nonokku dan terus menggesekkan kepala kon tol tersebut ke atas
dan ke bawah belahan nonokku. "Aahh.. ennaak.. om.." desahku terpejam.
"Nikmatnya kon tol om.. enak.. om.." setelah delapan gesekan naik turun,
aku makin mendesah. "Masukin om.. Sintia mau di*****.. yang enak..
aahhk", dengan sedikit hentakan kepala kontolnya mulai menerobos dinding
nonokku. Perlahan melakukan gerakan maju mundur dan makin lama semakin
cepat. kon tolnya sebagian sudah tenggelam di dalam nonokku. "Ahhk..
uuff..enaak.. oohhkk.. yaa..!" dia mengeram dengan nafas yang memburu,
begitu juga aku. Dia memegang pinggulku sambil mendorong kontolnya yang
menghujam semakin dalam nonokku. "Hee.. aakhh.. okh.." nafasnya memburu
dengan cepat sementara gerakan kontolnya di dalam nonokku terus keluar
masuk dan kadang berputar seperti mengebor nonokku. "Akhh..
eennak..giila..aduh....kon tol om mentook.. mmffhh.. yaa terus.."
erangku. "Sin.. enak.. gilaa.. masuk.. semuaa.. mmffhh..puas.. aakh.."
Dia terus menghujamkan kontolnya dalam-dalam ke nonokku. Sementara aku
hanya bisa mengerang dan menjerit ketika kepala kon tolnyamentok di
dinding rahimku. "Sintia keluarr lagi.. om.. aahk enak.." erangku
terpejam.
Telah 20 menit dia memainkan kontolnya di dalam
nonokku, keringatnya telah menetes ke punggungku. Sementara dipunggungku
telah terdapat lima bekas gigitannya, tiga di pundak dua di leher
belakang. Sungguh buas si om ini kalau sedang ngen tot, kadang-kadang
tangannya meremas toketku dan menariknya ke bawah untuk memberikan
memperkeras dorongan kontolnya. Aku benar-benar sudah lemas dan tidak
bertenaga lagi. Kepalaku sudah rebah ke tempat tidur, sementara tangan
terkulai lemas, rambut telah basah semua dan badanku telah bermandikan
keringat. "Aahk om, Sintia.. lemes.. gila.. keluarin om.." pintaku
memelas. "Yaa.. akh yak.. duh..Sin.. aku keluarin.. huu.. enaak nonok
kamu.. aku mau keluarr.. gila! Enaak.. aku mau keluaar.. aahh.. hak..
uuff.. oohk.. kamu hebat Sin.." Dia melakukan gerakan sangat cepat
menghentakkan kontolnya sampai berbunyi, "Cepaak.. cepakk.." supaya
kontolnya masuk lebih dalam. Aku melakukan gerakan liar memutar dan
menghisap serta memijat kontolnya dengan nonokku. "Sintia juga.. mau
keluar.. ahh.. lagi.. om". "Gila..aahh.. aku juga..keluaar.. haa..
enak.." Kami berdua nyampe bareng, terasa sekali semburan keras pejunya
yang hangat dinonokku. Dia tersenyum puas sambil tangannya meremas
toketku dan mulutnya mencium bibirku. Dia tetap dalam posisi memeluk aku
sementara kontolnya yang sudah mengeluarkan pejunya di dalam nonokku,
masih berada di dalam nonok aku, pelan2 menyusut mengecil dan terlepas.
Lemas sekali, tapi nikmat.
Setelah semuanya reda, Dia
mengajakku masuk ke kamar mandi. Setelah selesai membersihkan badan,
kami kembali ke kamar. Dia mengambilkan aku minuman dari lemari es. "Om,
kok kluarn ya tlanjang sih, ntar keliatan orang lo". "Kan pembantu kamu
dah ngilang ke kamarnya, diluar juga dah gelap, aku mati2in lampunya".
Dia menghidupkan musik romatik dari player yang ada dikamar, suaranya
disetel pelan sehingga romantis sekali malem ini, aku sangat
menikmatinya. dia menemaniku berbaring di ranjang. aku dipeluknya dari
belakang dan diremesnya toketku dengan kuat. Kontolnya terasa keras
sekali, digesekkannya ke pantatku. "Om dah napsu lagi ya, kuat amir sih
om, baru ngecret dan ngaceng lagi". "Kok amir, sapa tuh, ttm kamu ya".
"Kan amat lagi cuti om, jadi mair gantinya". Dia tertawa. "Siapa yang
gak napsu ngeliat kamu yang merangsang kayak gini", jawabnya sambil
terus meremas toketku. Pentilku diplintir2nya. Napsuku pun naik
diperlakukan seperti itu. diremes2nya lagi toketku dengan penuh napsu.
"Aaah", erangku makin terangsang. Kontolnya yang besar sudah ngaceng
dengan sempurna, mengangguk2 seirama dengan gerakan badannya. Aku
berbaring telentang. Paha kukangkangkan sehingga nonokku yang berwarna
merah kehitaman merekah mengundang kontolnya untuk segera memasukinya.
Dia mengurut kontolnya yang sudah ngaceng berat sambil sambil meraba dan
meremasi toketku yang sudah mengencang itu. Aku menjadi makin bernapsu
ketika dia meraba nonokku dan mengilik itilku. Aku meraih kontolnya dan
kukocok pelan. "Om, geli, enak", erangku sambil mempercepat kocokan pada
kontolnya. Kuremasi toketku sambil mengilik itilku sendiri. Nonokku
sudah kuyup saking napsunya.
Segera aku meraih kontolnya dan
kuarahkan ke mulutku. Kujilati seluruh kontolnya dari ujung kepala
sampai ke biji pelirnya tak lupa kukulum sambil sesekali di sedot dengan
kuat. "Ufffffff enak sekali Sin… terusin isapnya….isap yang kenceng",
dia mendesah2. Karena aku sudah nafsu, dengan kuat kusedot ujung kepala
kontolnya sambil sesekali menggunakan ujung lidahku memainkan lubang
kencingnya. Segera dia memposisikan dirinya supaya bisa menjilati dan
menghisap nonokku yang sudah terbuka itu. Ketika dia menjilati itilku
aku mengelinjang kenikmatan sambil kepalanya kukempit dengan kedua belah
pahaku, aku ingin agar dia lebih lama menjilati nonokku. Dengan dua
jari, jari tengah dan telunjuk dimasukkannya ke dalam nonokku dan
dikocok dengan lembut hingga aku mengerang-erang keenakkan. Kontolnya
kugenggam erat sambil terus menghisap-isap ujung kontolnya. Cukup lama
kami saling isap dan jilat. Kini dia terlentang di ranjang dan aku
berada di antara ke dua paha nya. Aku mengisap dan menggigit kecil ujung
kontolnya hingga dia kelojotan merasakan geli yang luar biasa. Segera
aja dia menarik kepalaku agar melepaskan kontolnya dari mulutku, dan
kini aku direbahkan, lalu dia menghisap pentilku sebelah kanan sambil
pentil yang satunya dimainkan dengan jarinya. Aku sangat menikmati
permainan ini sambil tanganku mengilik sendiri itilku. Aku
mengangkangkan pahaku dengan lebar dan setengah kuangkat agar lebih
mudah aku memasukkan jariku.
"Om,,,,,ayo masukin kon tol om di
nonok Sintia dong….. Sintia udah kepengen lagi nihh.." pintaku sambil
mengarahkan kontolnya ke arah nonokku. Sambil kutuntun dia memasukkan
ujung kontolnya di nonokku. Aku yang sudah sangat kepengen, sengaja
mengangkat pantatku sehingga seluruh kontolnya masuk ke dalam nonokku.
"Accchhhhhh…..", desahku. Kali ini lebih mudah kontolnya masuk, nonokku
rupanya sudah menyesuaikan diri dengan kon tol extra largenya. Kedua
paha kulingkarkan di badannya agar kontolnya tetap menancap di nonokku.
Dia menarik kontolnya sedikit keluar lalu dimasukkan dalam-dalam,
ditarik lagi dimasukkan lagi dengan ritme yang berirama membuat aku
mengerang-erang keenakkan, kini dengan ritme yang lebih cepat dia
menekan sekuat tenaga hingga mulutku menganga tanpa bisa mengucapkan
sepatah kata pun karena nikmat yang kurasakan membuat aku hanya sanggup
mengelinjang-gelinjang keenakan. Toketku bergerak naik turun seirama
dengan kocokan kontolnya di nonokku. "Om……..aaccchhhhh……Sintia pengen
diatas ya" pintaku. Tanpa menunggu jawabannya aku lalu kini berada di
atas tubuhnya, kontolnya yang ngaceng itu kutuntun ke nonokku, lalu
dengan jeritan kecil " Aauuu….." seluruh kontolnya kini amblas masuk ke
dalam nonokku yang semakin licin itu. Kini aku sepenuhnya bebas
menguasai kontolnya, seperti orang naik kuda semakin lama semakin cepat
gerakanku sambil tangannya meremas kedua toketku. Aku tidak lagi bergaya
seperti naik kuda, tetapi tetap seperti posisi semula hanya kini aku
menggesekkan nonokku maju mundur sambil kuremas sendiri toketku hingga
akhirnya aku mengejang-ngejang beberapa saat sambil menggigit bibir dan
mata terpejam merasakan nikmat yang tiada tara itu, akhirnya aku
terkulai di atas
tubuhnya beberapa saat.
Segera dia
meminta agar aku berjongkok aja, posisi doggie style adalah posisi
kegemaran ku, segera aku berjongkok sambil membuka lebar pahaku hingga
dia dapat melihat dengan jelas nonokku yang berjembut lebat. Kini kepala
kontolnya diarahkannya ke nonokku, dengan sekali dorongan, masuklah
sebagian kontolnya ke dalam nonok ku. Aku menjerit kecil. Aku
memundurkan pantatku hingga amblaslah seluruh kontolnya ke dalam
nonokku. Dengan kuat dia mendesakkan seluruh kontolnya dengan irama
yangg beraturan hingga aku merasa kegelian lagi. Dia membasahi jari
telunjuknya dengan ludah dan dibasahinya pula lubang pantatku dengan air
ludahnya. Sambil terus menggoyang kontolnya di masukkannya jari
telunjuknya ke pantatku hingga seluruh jarinya masuk, sambil menekan ke
bawah hingga merasakan geseran kontolnya di dalam nonokku. Aku bisa
menikmati permainan ini, berulangkali aku memintanya agar lebih keras
lagi goyangannya sambil memaju mundurkan pantatku "Uufffgggggghhhhhhhh….
Enak Sin" erangnya. Dia mempercepat kocokan kontolnya sambil menekan
kuat kuat jarinya yang ada di pantatku. Tak lama lagi, dia mengejang,
"Sin aku mo ngecret", dan terasa semburan peju hangat di dalam nonokku.
Kontolnya berkedut menyemburkan pejunya berkali2. Sungguh nikmat
permainan kedua ini, jauh lebih nikmat dari yang pertama. Setelah
membersihkan badan lagi, kami berdua terkapar karena nikmat dan lelah,
tak lama kemudian kami terlelap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar