Sabtu, 21 Juli 2012
Istri Pamanku Yang Menggairahkan
Ma, minta susu...! teriak seorang bocah kepada mamanya.
"Iya bentar!" teriak mamanya dari dalam kamar.
Bocah kecil tersebut adalah anak
dari mama yang disebut tadi. Kita sebut saja namanya Ras. Ras merupakan
istri dari abang mama saya, mengertikan? Jadi saya seharusnya
memanggilnya bibi, tapi karena suatu alasan, dia kami panggil Mbak dan
dia tidak keberatan kok dipanggil begitu. Suaminya saat itu bekerja di
luar negeri dan dia ditinggal di rumah mertuanya yaitu nenek saya.
Suaminya telah lama pergi dan hanya pulang sekali dalam setahun.
Pada saat itu umur saya baru akan menginjak 18 tahun, dan sekolah
di salah satu perguruan swasta di kota saya dan pada saat itu sekolah
kami sedang libur, jadi otomatis di rumah sepi karena semua penghuni
rumah sudah keluar entah ke mana. Di rumah kami tinggal bersama nenek,
dan 5 orang sepupu saya yang tentu saja lebih
kecil dari saya semuanya.
Jam baru menunjukkan pukul 9.00 pagi. Nenek saya sedang pergi ke pasar
dan biasanya bila beliau ke pasar tidak pernah sebentar. Kelima sepupu
saya sudah keluar dari tadi pagi jadi yang tinggal di rumah cuma saya
dan Mbak Ras serta anaknya yang baru berumur 5 tahun. Saya dan Mbak Ras
bisa dibilang sangat dekat, karena kami sering berbicara dan bercanda
bersama. Jadi di antara kami berdua sangat terbuka. Namun pada saat itu
saya tidak berani berbuat macam-macam kepadanya, tapi kalau berpikir
macam-macam sih pasti ada, he he he.
"Ma, buatkan susu dong!" celoteh bocah tadi menagih janjinya tadi.
"Iya, nih tiap hari minum susu aja. Susu mahal tau!" mamanya menyodorkan
sebotol susu kepada anaknya dan diterima anaknya dengan gembira tanda
bahwa dia tidak mau mengerti tentang kemahalan susu.
Memang anaknya setiap bangun tidur dan sebelum tidur selalu meminta
susu. Kebetulan lagi pada saat itu saya baru selesai sarapan pagi dan
timbul keisengan saya untuk bercanda kepada Mbak Ras.
"Saya juga minta susu dong Mbak!" kata saya sambil menyodorkan gelas
kepadanya.
"Eh.. loe itu udah gede, itu kan susu buat anak-anak", balas Mbak Ras.
"Lho, jadi kalau udah gede gak boleh minum susu?" tanya saya sambil
pasang muka tak berdosa.
"Bukannya nggak boleh, tapi itukan susu buat anak-anak", tegasnya sekali
lagi.
"Jadi yang buat orang dewasa mana?" tantang saya kepadanya.
"Ini!" sambil menunjuk kepada buah dadanya yang sepertinya cukup besar
dan padat itu.
Terang saja saya terkejut, dan saya pun malu karena dia tidak biasanya
bercanda sampai begitu.
Sebenarnya saya tahu kalau dia itu sebenarnya sudah sangat haus dengan
seks. Bayangkan saja selama hampir setahun tidak berhubungan dengan
suaminya, siapa yang tahan. Dan argumen saya ini juga telah saya
buktikan. Kebetulan kamar saya yang berada di lantai 2 tepat di atas
kamar mandi, dan lantai 2 hanya berlantaikan papan jadi iseng-iseng saya
melubangi papan itu biar bisa mengintip orang mandi. Saya sering
mengintip Mbak Ras mandi dari lubang itu dan saya lihat bahwa Mbak Ras
sangat sering merangsang dirinya sendiri di kamar mandi, misalnya dengan
memijat-mijat dadanya sendiri dan mengelus-elus kemaluannya sendiri.
Jadi dari itu saya mengambil kesimpulan kalau dia sering terangsang.
"Kok bengong? mau minum susu nggak?" ucapnya membuyarkan lamunanku.
"Apa masih ada? anak Mbak kan udah lima tahun?" jawab saya menetralisir
kekagetan saya.
"Gak tau dech.. kamu coba aja, hehehe... udah dech.." katanya sambil
melewati saya menuju kamar mandi kemudian berbisik sekilas kepada saya.
"Pintu kamar mandi nggak Mbak kunci."
Terang saja saya senang sekali, soalnya saya sering baca buku porno
dan pernah berkhayal kalau saya melakukan hubungan badan dengan Mbak
Ras dan sepertinya sekarang bisa terwujud. Saya membuka pintu kamar
mandi perlahan dan saya lihat Mbak Ras sedang membelakangi saya
menggantung pakaian yang akan dipakainya. Dengan perlahan juga saya
tutup pintu kamar mandi dan menguncinya tanpa suara.
Saya melihat Mbak Ras mulai membuka baju tidurnya tanpa membalikkan
tubuhnya. Sepertinya dia tidak sadar kalau saya sudah berada di dalam.
Setelah baju dilepas kemudian tangan saya menuju ke pengait BH-nya
bermaksud membantu membuka BH-nya. Dia kaget karena tiba-tiba ada orang
di belakangnya namun setelah mengetahui bahwa yang di belakangnya adalah
saya dia tersenyum dan membiarkan saya melanjutkan kegiatan saya.
Setelah BH-nya terbuka saya kemudian melemparkannya ke tong tempat baju
kotor.
"Mbak, susunya boleh saya minum sekarang", tagih saya kepadanya.
Dia hanya mengangguk dan kemudian membalikkan badannya. Terlihatlah
olehku dua buah tonjolan di dalamnya yang selama ini belum pernah saya
lihat secara langsung. Sebelumnya saya hanya mengintip. Kemudian dia
menyodorkan dadanya kepada saya dan dengan cepat saya sambar dengan
mulut saya. Dia hanya mendesis tidak jelas. Lama saya menghisap dan
menjilat kedua dadanya membuat dia terus menggelinjang dan menjambak
rambut saya. Dadanya kanan kiri secara bergantian menjadi korban
keganasan lidah saya.
Mbak Ras kemudian secara lembut membuka kaos saya dan tanpa saya sadari
kaos saya sudah terlepas. Mungkin karena keasyikan meminum susu alam.
Sementara tangan saya yang kiri mulai meraba-raba perutnya sedangkan
yang kanan mengusap-usap dadanya yang sebelah kanan. Sementara mulut
saya dengan menjulurkan lidah keluar mempermainkan puting susu yang
sebelah kiri yang membuat Mbak Ras semakin ngos-ngosan. Tangan saya
sebelah kiri mulai nakal dengan menyusupkan jari-jarinya ke celana
tidurnya yang belum dibuka. Tangan mbak pun tidak mau kalah, dia pun
mulai mencari-cari sesuatu di selangkangan saya dan setelah menemukannya
dia pijat dengan lembut. Kemaluan saya yang merasakan ada rangsangan
dari luar celana semakin meronta minta keluar. Mbak Ras yang sudah
berpengalaman itu kemudian membuka reitsleting celana saya dan kemudian
melorotkannya ke bawah dengan menggunakan kakinya karena dia tidak bisa
membungkuk sebab dadanya sekarang masih berada dalam kekuasaan saya.
Setelah CD saya dibuka, tangannya yang sekarang lebih nakal mulai
mengocok perlahan batang kejantanan saya dan itu jelas saja membuat saya
terbang tinggi, sebab baru kali ini batang kejantanan saya yang satu
ini dipegang oleh tangan seorang wanita yang lembut. Mbak Ras makin
menjadi ketika jilatan saya turun ke perutnya dan bermain di sekitar
pusarnya dan kemudian dengan sekali tarik celana tidur yang dari tadi
menghalangi pemandangan indah saya buka dan sekarang di depan saya
berdiri seorang wanita hanya dengan celana dalam krem yang jika
diperhatikan lebih seksama bisa dilihat transparan, tapi siapa yang
sempat melihat ketransparanannya itu kalau sudah terangsang.
Jilatan saya turun agak ke bawah menuju ke kemaluannya yang ditumbuhi
bulu-bulu yang rapi namun karena sudah basah terlihat acak-acakan. Saya
menjilati liang kemaluannya dari luar CD-nya. Itu sengaja saya lakukan
agar bisa lebih merangsangnya. Dan ternyata benar dia tidak sabar dan
segera menurunkan CD-nya sendiri. Saya hanya tersenyum memandang
ketidaksabarannya itu, dan jilatan saya lanjutkan tetapi tetap belum
menyentuh lubang kenikmatannya itu yang membuat dia blingsatan dengan
menggerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan yang bertujuan agar jilatan
saya berlanjut ke liang kemaluannya. Saya lihat kemaluannya sudah
banjir, karena tidak pernah merasakan cairan dari wanita maka jilatan
saya pun merambah ke liang kemaluannya. Asin! tapi kok enak yah kata
saya dalam hati.
Mbak Ras pun kembali mendesis keenakan, "Ahhh... terus Tango", ujarnya.
Lidah saya pun mulai bermain cepat. Tiba-tiba tubuh Mbak Ras mengejang
dan diikuti dengan desahan panjang, "Ahhh... nikmat sekati Tango.
Pemanasan kamu sungguh hebat." Kemudian dia pun duduk di lantai kamar
mandi dengan perlahan. Setelah puas dengan kemaluannya, saya kembali ke
atas dan mencoba untuk melumat bibirnya. Bibir yang dari tadi mendesis
tidak karuan itu kemudian melumat bibirku yang baru saja sampai di
depannya. Lama kami saling melumat sambil tangan kanan saya memainkan
puting susunya dan tangan yang satunya lagi mencari lubang kewanitaannya
dan menekan-nekan klitorisnya yang jelas saja membuat lumatan bibirnya
semakin menjadi.
Tangannya pun tidak mau kalah, sambil berpagutan dia mencari kembali
batang yang tadi sempat dilepasnya karena kenikmatan yang dia rasakan.
Setelah ketemu, kemudian dia mulai menggerak-gerakkan tangannya mengocok
kemaluanku yang sudah sangat tegang dan membesar sambil sesekali
mengusap bagian kepalanya yang sudah mengeluarkan cairan bening kental.
Kemudian secara perlahan-lahan saya mendorong kepalanya ke belakang agar
dia rebah ke lantai kamar mandi. Setelah dia rebah, Mbak Ras mendorong
dada saya lembut yang membuat saya terduduk dan dia kemudian bangkit
kembali. Saya terkejut, saya mengira dia telah sadar dengan siapa dia
sedang bermain, namun dengan seketika keterkejutan saya hilang sebab dia
kemudian dengan sikap merangkak memegangi kelamin saya dan kemudian dia
malah memasukkan kelamin saya ke mulutnya.
Ahh... terasa nikmat sekali sebab Mbak Ras sangat pandai memainkan
kemaluan saya di dalam mulutnya. Saya bisa merasakan lidahnya bermain
dengan lincahnya. Saya juga merasakan kepala kemaluan saya dipermainkan
dengan lidahnya yang lincah itu. Setelah bermain lama di bawah situ,
mulutnya kemudian merambah ke atas menciumi perut, kemudian dada saya
dan kemudian kembali ke mulut saya, namun karena saya tahu dia baru saja
melepaskan mulutnya dari kemaluan saya, saya berusaha menghindar dari
lumatan bibirnya dan mencoba agar dia tidak tersinggung dengan mencium
pipinya dan kemudian telinganya. Tangan saya yang menganggur kemudian
saya suruh bekerja lagi dengan mengusap-usap selangkangannya dan
terdengar dia berbisik kepada saya, "Masukkan ahhh... sekarang yahhh,
Mbak udahhh kepingin... banget.. nih... ahhh."
Saya kemudian mengambil inisiatif dengan mendorong Mbak Ras agar kembali
rebah dan dengan perlahan dia menuruti kemauan saya dengan rebahan di
lantai kamar mandi. Saya kemudian mengambil segayung air dan menyiramkan
ke tubuhnya dan kemudian satu gayung lagi untuk disiramkan ke tubuh
saya sendiri.
Setelah kami berdua basah, tangan kanan saya kemudian meremas-remas
dadanya sedangkan tangan kiri saya memegang kejantanan saya menuju ke
lubang sejuta kenikmatan. Mbak Ras pun sudah siap menerima terjangan
saya dengan membuka kedua kakinya agar memudahkan saya memasukinya.
Dengan perlahan tapi pasti saya mencoba untuk memasukkan kepunyaan saya
yang dari tadi sudah tegak ke kemaluannya. Namun karena sudah lama dia
tidak tersentuh laki-laki, membuat saya agak susah juga untuk
menancapkannya. Beberapa kali saya arahkan batang saya, namun agak susah
untuk berhasil, dan setelah beberapa tusukan, akhirnya kelamin saya
masuk dengan sukses ke selangkangannya. Yah, cengkeraman liang
kemaluannya sungguh nikmat, karena saat itu liang kemaluannya sangat
sempit dan itu sudah membuat saya merem melek, dan dengan gerakan pelan
saya mulai menaik-turunkan pinggul saya. Saya melihat Mbak Ras mengerang
kenikmatan sampai bola matanya hilang, dan dia juga meggerak-gerakkan
pinggulnya ke kiri dan ke kanan dengan maksud agar semua ruang di liang
kemaluannya terjejali dengan kemaluanku yang sudah mulai memompa. Setiap
pompaan membuat dia mendesah tidak karuan.
Setelah beberapa menit, dia kemudian memelukku dengan erat dan
membalikkan tubuhku dan tubuhnya. Kini dia sudah berada di atasku, dan
gantian dia yang menaik-turunkan pinggulnya mengejar kenikmatan yang
tiada tara. Sementara itu tanganku yang sudah bebas kembali memainkan
susunya dan mengusap-usap punggungnya.
"Ssaayyaaa... udah ahhh... mau... keeeluar nihhh..." desahnya.
Mendengar desahannya yang begitu seksi saya semakin terangsang dan saya
mulai merasakan ada sesuatu tenaga dalam yang ingin dikeluarkan dan
semua sepertinya sudah terkumpul di kejantanan saya.
"Saya juga udah mau keluar Mbak...!" desis saya mempercepat gerakan
pinggul saya dari bawah.
"Tahann... sebenntaarr..." katanya.
"Biaaarrr... Mbak kee... luar dulu... ouhh..."
Saya pun mengerti untuk tidak mengeluarkannya di dalam, sebab dengan
alasan apapun saya tidak mau sperma yang saya keluarkan ini menjadi anak
dari rahim bibi saya. Saya berusaha untuk menahan, sesaat kemudian
terasa cengkeraman di kelamin saya terasa kuat dan terasa hangat, tubuh
Mbak Ras kembali mengejang. Kalau saya tidak mencabut kemaluan saya
dengan sedikit mendorong perut Mbak Ras, mungkin saya pun akan mengalami
orgasme bersamaan dengan Mbak Ras. Untung saja saya sigap, sesaat
kemudian Mbak Ras terkulai lemas di atas tubuh saya menikmati sisa-sisa
kenikmatan. Paha saya terasa hangat karena pelumas yang keluar dari
liang kemaluan Mbak Ras.
Saya pun memeluknya, dan membalikkan tubuhnya karena saya belum
terpuaskan saya pun kembali merangsang Mbak Ras dengan jilatan di
sekitar selangkangannya. Setelah berkisar 3 - 4 menit Mbak Ras kembali
terangsang dan menyuruh saya memasukkan lagi kepunyaan saya ke dalam
kemaluannya. Tanpa ba-bi-bu lagi, langsung saya tancapkan ke dalam
kemaluannya. Kali ini lebih mudah karena kemaluan kami berdua memang
telah licin. Setelah memompa beberapa menit, saya kembali merasakan
gelombang kenikmatan dan dengan segera saya mencabutnya dan
mengocok-ngocoknya dengan tangan sendiri. Namun tidak disangka, Mbak Ras
kemudian menangkap kemaluan saya dan menggantikan tangan saya dengan
tangannya dan kemudian memasukkan kemaluan saya ke dalam mulutnya.
Ahhh... terasa sungguh nikmat, apalagi permainan lidahnya membuat saya
tidak bisa bertahan lama dan akhirnya semua saya keluarkan di dalam
kuluman mulutnya.
Tapi saya tidak melihat dia melepaskannya, dia seakan tidak mau
melepaskan kemaluanku yang sedang muntah dan dia menghisap habis semua
muntahannya tanpa sisa. Setelah saya merasakan pelumas dari dalam tubuh
saya habis, batang kemaluan saya pun perlahan-lahan kembali mengecil.
Melihat hal itu, Mbak Ras kemudian melepaskan batang kemaluan saya, dan
tersenyum kepada saya. Kemudian dia berbisik, "Tango, terima kasih yah,
Mbak udah lama nggak menikmatinya dari pamanmu, entar lain kali kalau
ada kesempatan bisa kan kamu puasin Mbak lagi?" Dengan masih terduduk di
lantai saya mengangguk sambil tersenyum nakal kepada Mbak Ras. Kemudian
kami pun mandi sama-sama, saling membersihkan diri dan sesekali tangan
saya bergerak nakal menyentuh payudaranya yang tadi pentilnya sempat
mencuat.
Setelah kejadian pertama itu, kami pun sering melakukannya di hari
Minggu atau hari-hari libur dimana keadaan rumah sedang sepi. Kadang di
kamar mandi, kadang di kamarnya. Namun setelah beberapa bulan kami
melakukanya, dia mendengar bahwa suaminya yang di luar negeri sudah
menikah lagi dan dia pun memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya
di Jakarta. Dan setelah kepergiannya atau lebih tepatnya kepulangannya
ke Jakarta saya tidak pernah mendengar kabarnya lagi sampai sekarang.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar