Sabtu, 21 Juli 2012
Selingkuh dengan kakak ipar
Sore itu aku baru saja mengantar istriku Ine piknik ke Bali
bareng-bareng murid SMU dan teman-temannya sesama guru. Aku antar sampai
bis berangkat menuju Bali diiringi lambaian tangan istriku tercinta.
Sebelum berangkat istriku berpesan agar segera mengembalikan uang yang dipinjamnya kepada istri kakaknya, yang berarti adalah
kakak iparku juga yang bernama Arti. Walaupun cuaca agak mendung,
tetapi kuantarkan juga uang itu kepada kakak ipar istriku.
Sampai di sana ternyata sepi, nggak ada orang dan pintu rumah tertutup
rapat. Ku ketuk pintu rumah "Dok..dok..dok....kula nuwun", sapaku. Nggak
ada jawaban. Berulang-ulang kuketuk pintu juga nggak ada jawaban.
Akhirnya iseng-iseng pegangan pintu ku dorong, ternyata pintu nggak
terkunci. Teledor benar kakak iparku ini, begitu pikirku. Aku masuk ke
kamar tamu, sepi. Sayup-sayup ku dengar suara gemercik air
di kamar mandi belakang. Segera aku ke sana dan menyapa kakak iparku.
"Mbak.. mbak" sapaku agak keras, karena suara air mandipun keras juga.
"Siapa itu?" jawab dari dalam.
"Aku...Unang" jawabku. "Ada apa.." tanyanya lagi. "Ini mbak aku disuruh
Ine mengembalikan uang yang dipinjam kemarin" jawabku. "Ya..tunggu
sebentar" jawab mbak Arti dari dalam kamar mandi.
Akhirnya aku duduk-duduk di depan TV sambil menonton acaranya. Lima
menit berlalu, sepuluh menit, limabelas menit sudah
aku menunggu, ternyata mbak Arti belum juga kelar acara mandinya.
Iseng-iseng aku bangkit menuju kamar mandi dan mencoba melihat dari luar
apa yang sedang dilakukan kakak iparku ini. Waah....ada lubang kunci,
itu cukup buatku untuk mengintipnya. Deg..plasss...jantungku seakan
rontok melihat pemandangan yang belum pernah aku saksikan.
Kulihat kakak iparku ini sedang menggosok-gosok badannya dengan sabun
mandi sambil duduk di pinggir kamar mandi dengan kaki mengangkang.
Terlihat jelas di mataku, karena posisi duduknya menghadap ke pintu
kamar mandi. Wajahnya terlihat memerah, matanya tertutup rapat dan
bibirnya menganga sambil sesekali mengeluarkan erangan halus,
"ahhhhgg...ahhhhhg...ssshh". Kulihat payudaranya ranum banget, walaupun
agak kecil, putingnya merah dan menegang, indah sekali. Pandangan ku
alihkan ke bawah. Srettt..darahku mendidih seketika, karena vagina-nya
terlihat sangat bagus, seperti
mawar merah yang sedang merekah, yang sekelilingnya dihiasi dengan
bulu-bulu halus membentuk lingkaran di sekitar mulut luar dan sekitar
perut. Mbak Arti terus menggosok payudara dan vaginanya sambil pantatnya
bergoyang-goyang. Diantara keluarga kami, mbak Arti ini mempunyai
pantat yang paling bagus, padat dan besar, tetapi serasi dengan bentuk
tubuhnya. Ohhh. Rupanya kakak iparku ini sedang masturbasi. Aku tak
begitu saja menyia-nyiakan kesempatan ini. Kuteruskan kegiatanku
mengintip. Pantat mbak Arti semakin bergetar keras ketika
jarinya menyentuh klitoris yang menyembul di antara vagina-nya.
Digosoknya vagina-nya dengan gerakan memutar seirama dengan goyangan
pantatnya.
Mungkin sudah klimaks, karena kulihat mbak Arti mengejang dan meluruskan
kakinya sambil menciumi ketiaknya sendiri. Khawatir ketahuan aku segera
berjingkat-jingkat menuju depan TV dan kembali duduk, Pura-pura membaca
Koran yang ada di depanku. Jegleggg...pintu kamar mandi dibuka. Kakak
iparku keluar dari kamar mandi dengan mengenakan daster tipis tembus
pandang, hingga membuat tenggorokanku kering menahan gejolak seksku yang
kian meninggi. Tetapi aku pura-pura acuh dan bertanya "Mas Dwi pergi ke
mana to mbak" tanyaku basa-basi. "Masmu baru penataran di Ungaran
selama 3 hari, tadi siang baru berangkat, mbak mengantar sampai
terminal" sahutnya. Wahhh..duda ketemu janda nich, pikirku. "Ini mbak
titipan dari Ine, mohon maaf karena baru sekarang baru bisa
ngembali’in" kusampaikan permintaan maaf istriku sambil memberikan
amplop berisi uang "Ah..nggak apa-apa" sahutnya.
Baru berbincang-bincang sebentar, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya
seakan-akan mengguyur bumi ini. "Waduh..hujan" kataku memecah suara
hujan yang jatuh di atas genting. "Ya berteduh dulu to di sini, nggak
usah sungkan, wong di rumah saudara aja. Sebentar mbak buat’in minuman
hangat" sahutnya. Mbak Arti berjalan ke dapur. Cleguk...aku menelan
ludah karena kulihat pantat mbak Arti bergoyang ke kanan dan ke kiri,
seakan-akan menantang setiap lelaki untuk menjamahnya. Kulihat terus
setiap gerakan tubuhnya dengan seksama. Darahku seakan berhenti ketika
kakak iparku ini mengaduk minuman di gelas. Seluruh tubuhnya bergoyang,
payudaranya, perutnya, pantatnya pokoknya syuur banget. Tiba-tiba dia
lari dari dapur menuju ke arahku dan memelukku erat-erat sambil
berteriak, "Dik Unang, kakak jijik lihat kecoa di dekat gelas itu"
katanya sambil menunjuk ke arah dapur. "Tenang mbak, tenang, ayo kita
bunuh kecoa itu" sahutku sambil tetap memeluk kakak iparku itu dan
berjalan menuju dapur.
Dengan sebuah gagang sapu, kubunuh kecoa itu dan kubuang ditempat
sampah, tetapi anehnya kegiatan itu kulakukan dengan tetap berpelukan
dengan kakak iparku itu. Jantungku mulai berdetak sembarangan. Nafsu
mulai naik ke ubun-ubun. Tiba-tiba kedua mata kami beradu pandang, lama
sekali sambil nafas kami terengah-engah. Sementara hujan berubah menjadi
rintik-rintik, mendukung suasana menjadi dingin dan sepi. Nggak sadar,
entah siapa yang memulai, bibir kami saling berpagut, hangat. Kulumat
bibir kakak iparku itu dengan penuh nafsu. Sekali-sekali kugigit
bibirnya dan kumainkan lidahku di atas langit-langit mulutnya. Nafsu
seks sudah mengasai kami berdua.
Aku tahu itu tidak boleh, tetapi kami nggak kuasa untuk menghentikannya.
Kami semakin tenggelam dalam birahi. Kini leher jenjang kakak iparku
menjadi sasaranku berikutnya. Kuciumi dan kujilat sepuasnya. Hampir saja
aku mencipok lehernya itu, kalau tidak ditepis oleh kakak iparku itu
dan memprotes, "Jangan dik..nanti membekas", larangnya. Kemudian kujilat
kuping belakang mbak Arti sambil kubisikkan sesuatu. Ia mengangguk.
Sambil masih tetap berdiri di pinggir wastafel dapur kulepas pakaiannya
satu per satu. Hingga kini tak selembar benangpun melilit tubuhnya.
Kupandangi tubuh indah itu sampai lama, hingga lidahku tahu-tahu sudah
memainkan puting payudara yang sudah memerah tegang itu.
Pelan-pelan kaki kanannya ku angkat dan kuletakkan di pinggir wastafel
itu. Jemarikupun refleks memainkan bulu-bulu halus di sekitar vaginanya.
Kudengar kakak iparku melenguh-lenguh tanda terangsang. "Ah....
ouhgh..... sshh.... nikmat.. terus....". Dengan penuh nafsu serangan
kuteruskan dengan lidah di bibir vaginanya yang sudah basah oleh cairan
hangat itu. Kujilat–jilat mesra sambil sesekali menggigit bagian dalam
bibir vagina itu.
Rupanya seranganku membuahkan hasil. Mbak Arti bergetar keras dan
mengajakku pindah ke sofa. Kami duduk berpangkuan sambil terus melakukan
kontak seksual. Kini giliran Mbak Arti yang gantian menyerangku.
Dicopotinya semua pakaianku. Ia sempat terbelalak begitu melihat
penisku. Entah apa yang dirasakannya. Yang jelas ia langsung melahap
penisku sampai habis. Diisap-isap, dikocok-kocok dan dijilati sampai
puas.
Gantian aku yang menggelinjang hebat, karena terus terang aku sudah
terangsang ketika aku mengintip kakak iparku ini mandi.
"Mmmmhhhh....srup....srup.." penisku dihisap-hisap sampai badanku
merinding semua. Ia memandang mataku dan memberi tanda agar pindah ke
kamar tidurnya.
Kami berbaring dengan ambil posisi 69. Kini didepan wajahku terpampang
vagina yang menganga dan memerah. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan,
langsung ku serang vagina itu hingga Mbak Arti menggelinjang penuh
kenikmatan. Tetapi sebaliknya Mbak Artipun semakin gencar menyerang
peny-ku dengan tak kalah hebatnya. Tiba-tiba ia bangun dan mendorongku
hingga jatuh telentang. Hujan belum juga berhenti. dalam hati kunyayikan
lagu anak-anak yang kugubah syairnya, TIK..TIK...TIK BUNYI HUJAN DI
ATAS RANJANG.
Ia mulai ambil posisi membelakangiku dan membimbing peny-ku masuk ke
dalam lobang vagina yang sudah becek itu disertai gerakan naik turun.
Pelan-pelan....agak cepat....sampai seperti kesetanan ia terus
menggoyang pantatnya naik turun. Kuimbangi gerakannya dengan mendorong
peny-ku maju mundur. Mulutnya menceracau tak karuan. Dengan masih
melakukan gerakan tadi kuremas-remas payudara yang kini semakin mengeras
itu. Hingga akhirnya ia menjerit kecil "Ohhhh..aku sudah nggak tahan
lagi dik....Ahsh..". Segera kuambil posisi konvensional. Kutelentangkan
ia, pahanya ku buka lebar-lebar dan tumitnya kuletakkan di bahuku.
Kuterobos lubang menganga itu dengan rudalku, dan kuserang
habis-habisan. Permainan ini kami lakukan hampir 1 jam, sampai kakak
iparku berdesah hebat sambil berkata "Ahg....ough..sh... Aku mau keluar
dik. Ohhhg". Kutambah kecepatan permainanku karena akupun sudah
mendekati detik-detik orgasme. Kurasakan darah mengalir dari seluruh
tubuh ke peny-ku Kugoyang, kugoyang dan kugoyang terus, sampai
masing-masing kami mencapai puncak kenikmatan dengan kusemburkan mani ku
ke dalam vagina kakak iparku itu sambil memeluknya erat-erat. Sepuluh
menit kami berpagut mesra.
Hingga akhirnya kami kenakan pakaian kami kembali. "Mbakkk.." panggilku.
"Mmhhhhh.." jawabnya manja. "Aku sebetulnya sudah mengintip waktu mbak
tadi mandi" godaku. "Ahhhh..kamu nakal.." sungutnya sambil mencubit
lenganku keras-keras. Senda gurau berakhir sampai aku berpamitan pulang
dan kebetulan hujan sudah agak reda. Sebelum pulang kucium mesra pipi
dan bibirnya sambil kubisikkan di telinganya "Mbak adalah kakak iparku
tersayang".
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar