Sabtu, 21 Juli 2012
Dina sayang Om...
Aku
Dina, cerita ini terjadi ketika Aku baru masuk SMU. Aku tinggal bersama
dengan ke 2 ortu dan adikku di sebuah apartment. Ortu membeli 2
apartmen yang letaknya saling berhadapan di lantai yang sama. Aku dan
adikku tinggal di satu apartment dan ortu di apartmen satunya lagi.
Ayahku punya seorang
kakak angkat yang usianya gak jauh diatas ayah. Hubungan keluargaku
dengan om itu cukup akrab. om sering berkunjung ke apartmen baik untuk
urusan pekerjaan maupun hanya bersilaturahmi. Maklum om dah pisah dari
tante, yang telah menikah lagi dengan orang lain, sedang om masih
sendiri sejak perpisahannya dengan tante. Om ku ganteng, walaupun
usianya sedikit diatas ayahku tapi malah kelihatan lebih
muda dari ayahku. Badannya tegap atletis, mungkin karena dia masih
rajin melakukan fitness sekali semingu, jogging ampir tiap hari dan juga
renang seminggu sekali. Gak seperti
ayahku yang udah gendut dan keliatan tua, maklum deh ayah sibuk dengan
kerjaannya, workaholik lah orang bilang, sehingga gak sempet ngapa2in.
waktu untuk keluarga paling weekend, itupun sering dianggu karena ada
pekerjaan yang harus dilakukan ayah. Om sering mengajak kami jalan2,
kalo ayah kharus melakukan pekerjaannya. Diam2 aku mengagumi om,
kelihatannya macho sekali deh.
Cerita ini terjadi ketika ortu dan adikku harus keluar kota untuk
menengok nenekku yang sedang sakit. Aku tidak ikut karena hari ini om
akan datang untuk mengambil pesanannya yang dititipkan lewat aya. ayah
berpesan untuk menyampaikan pesanan itu kalo om datang ke apartment.
Katanya om akan datang sore sekitar magrib. Aku senang juga karena bisa
berduaan aja
ama om tanpa ada orang lain diapartment yang mengganggu. Sorenya
terdengar bel pintu berbunyi. Om mengebel pintu apartmentku karena ayah
dah memberi tau kalo mereka keluar kota, tapi pesanan om dititpkan pada
aku. Segera aku membuka pintu menyambut om. "Hai cantik", om selalu
menyapa aku seperti itu. Seneng aku dipuji cantik oleh om. "Kok seneng
banget kelihatannya". "Iya om, seneng bisa berduaan ama om", jawabku
terus terang. "Loh kok seneng, kan dah sering jalan ma om". "Iya tapi
kan ramean. duduk om. ini pesenan om yang dititipkan ayah buat om". Om
duduk di sofa. Memang
apartment aku dan adikku lumayan lengkap perabotannya walaupun serba
minimalis. Di ruang tamu yang merangkap kamar makan ada seperangkat
sofa, tv, audio system, meja makan dan pantri kering. Dapur diubah
fungsi sebagai gudang karena makanan disupply dari apartment ortu. "Om
jalan yuk", kataku. "Mo kemana", tanya om. "Ke mal yuk". "Mo nyari apa?"
"Makan ama liat2 aja. di apartment gak ada makanan. tadi mama
pesen supaya aku ngajak om nyari makan diluar aja". "Emangnya ortu kamu
pulangnya kapan. Adikmu mana?" "Adik ikut om, pulangnya besok sore
kali". "Terus kamu takut sendirian, mau om temenin". Wah itu yang aku
harapkan bisa berduaan ama om sampe besok. "Bentar ya om, aku tuker baju
dulu". Segera aku menghilang kekamarku dan tukar pakean. Aku gak tau,
rupanya om ngintip ketika aku tuker pakean. Tapi ya gak tejadi apa2.
Kemudian segera aku keluar apartment nersama om. Dengan manjanya aku
memeluk tangan om. Kami bermobil ke mal yang deket dengan apartmentku.
Sampe malem aku bener2 have fun bersama om, kami cari makan, dan setelah
makan om ngajak aku nonton film. Aku ya ok aja, didalem bioskop aku
memegangi tangan om terus, perhatianku gak pada filmnya tapi pada sosok
pria macho yang duduk disebelah aku. "Tu orang pada ngeliatin kita,
mereka kira aku om senang yang lagi gaet abg cantik", kata om ketika
keluar dari bioskop. "Kamu manja amat sih". "Biarin aja", jawabku. "Mo
kemana lagi nih". "Pulang yuk om". "ayuk". Kami menuju ke tempat parkir
dan langsung kembali ke apartment. Segera mobil meluncur kembali ke
apartment, gak lama karena apartment dekat dengan mal.
Sesampe di apartment aku segera tuker dengan pakean rumah lagi. aku kalo
dirumah Memang gak memakai bra. Aku hanya memakai tanktop ketat
sepinggang dan celana pendek yang juga ketat. kedua pentilku tampak
jelas sekali tercetak di tanktopku. Si om terpana melihat lekak liku
bodiku yang Memang mengundang selera lelaki yang melihatnya. "Kamu
beneran mo om temenin". "Kalo om gak keberatan". "Tapi om gak bawa baju
ganti". "Nanti aku ambilin celana kolor dan baju kaos ayah". Segera aku
keluar apartment, membuka apartment ortu dan masuk ke kamar ortu untuk
mengambil celana kolor dan kaos oblong ayah. "Kegedean kali ya om, ayah
kan gendut", kataku sembari menyerahkan pakean itu ke om. "Gak apa, kan
cuma buat bobo". Si om masuk ke kamarku, ketika keluar kamar hanya
memakai celana kolor gombrang dan kaos yang rada kebesaran. Kelihatannya
dia tidak mengenakan CD karena kontolnya kelihatan jelas tercetak di
celana gombrangnya, kayanya dah ngaceng deh. Mungkin dia napsu ngeliat
bodiku. Om duduk di sofa nonton tv. Aku duduk disebelahnya. "Din kamu
seksi sekali. toket kamu besar juga ya, pasti cowok kamu suka ya, suka
diremes2 ya Din ma cowok kamu". "Ih om tau aja". "Iya tau lah Din, om
kan juga lelaki. Lelaki mana yan gak suka ngeremes toket montok seperti
toketmu itu". "Om suka ngeremes juga ya, terus om ngeremes siapa, kan
gak ada tante". Om cuma tersenyum, "Kamu mau gak om remes". "Ih om genit
ih". "Kamu suka nonton film bokep ya Din". "Iya om ma cowok Dina".
"Dimana nontonnya?" "Dirumah cowok Dina, dia kan sering sendirian di
rumahnya, ortunya sering pergi dua2nya, katanya berbisnis". Terus,
diremes deh". "Iya om, abis nonton film gituan kan napsu juga". "Cuma
diremes?" "he he", aku hanya tertawa. "Kamu dah sering maen ma cowok
kamu ya Din". "Gak sering om, cuma ampir tiap malem minggu". "Itu mah
sering", kata om sambil merangkul pundakku. Aku merinding ketika om
menarikku merapat kebadannya. Dia mencium pipiku. "Om bawa film bokep,
yang maen orang indonesia ma bule. mo liat?' "Mau om, biasanya aku
nonton kalo gak bule, ya cina apa jepun". Si om mengambil dvd dari tas
yang dibawanya tdi dan dipasangnya. Segera filmpun mulai. Ceweknya orang
sini, togepasar lah, jembutnya juga lebat, sedang si bule krempeng,
tapi kontolnya gede en panjang banget. Biasalah ritual film bokep saling
isep sampe akhirnya si bule naikin tu prempuan dan masuk deh. serenade
ah uh dimulai.
Si om rupanya sudah dibawah pengaruh napsu berahinya. Dia menatapku
dengan pandangan yang seakan2 mau menelanjangiku. Segera dia mencium
bibirku, aku menyambutnya. Lidah kami saling melilit dan kemudian
dijulurkan lidahnya kedalam mulutku. Segera kuemut lidahnya, kemudian
ganti aku yang menjulurkan lidahku ke mulutnya. Diapun tidak menyia2kan
kesempatan untuk segera memerah kedua toketku gantian. "Din, om dah lama
pengen ngeremes toket kamu". Pentilku yang dah mulai mengeras dipilin2
dari luar tanktopku. "Dilepas ya Din tanktopnya", katanya seraya menarik
tanktopku keatas. Dvd dimatikannya karena kami sudah tidak lagi
memperhatikan perilaku ke2 anak manusia yang berlainan jenis sedang
beraksi di film itu. Toketku sudah telanjang dihadapannya. Dia segera
meremas2 toketku. "Baru 16 dah besar gini Din toket kamu, kenceng lagi,
om mau ngasi kenikmatan sama kamu, mau kan", katanya perlahan sambil
mencium toket ku yang montok. ". Aku diam saja, mataku terpejam. Dia
mengendus-endus kedua toketku yang berbau harum sambil sesekali
mengecupkan bibir dan menjilatkan lidahnya. pentil toket kananku dilahap
ke dalam mulutnya. Badanku sedikit tersentak ketika pentil itu digencet
perlahan dengan menggunakan lidah dan gigi atasnya. "Om...", rintihku,
tindakannya membangkitkan napsuku juga. Aku menjadi sangat ingin
merasakan kenikmatan dien tot, sehingga aku diam saja membiarkan dia
menjelajahi tubuhku. Disedot-sedotnya pentil toketku secara berirama.
Mula-mula lemah, lama-lama agak diperkuat sedotannya. Diperbesar daerah
lahapan bibirnya. Kini pentil dan toket sekitarnya yang berwarna
kecoklatan itu semua masuk ke dalam mulutnya. Kembali disedotnya daerah
tersebut dari lemah-lembut menjadi agak kuat. Mimik wajahku tampak
sedikit berubah, seolah menahan suatu kenikmatan. Kedua toketku yang
harum itu diciumi dan disedot-sedot secara berirama. Dibenamkannya
wajahnya di antara kedua belah gumpalan dada ku. Perlahan-lahan dia
bergerak ke arah bawah. Digesek-gesekkan wajahnya di lekukan tubuhku
yang merupakan batas antara gumpalan toket dan kulit perutku. Kiri dan
kanan diciumi dan dijilatinya secara bergantian. Kecupan-kecupan bibir,
jilatan-jilatan lidah, dan endusan-endusan hidungnya pun beralih ke
perut dan pinggangku. Bibir dan lidahnya menyusuri perut sekeliling
pusarku yang putih mulus. Wajahnya bergerak lebih ke bawah. Dengan nafsu
yang menggelora dia memeluk pinggulku secara perlahan-lahan. Celana
pendekku ditariknya kebawah, aku mengangkat pantatku supaya lebih mudah
dia melepaskan celanaku. Kecupannya pun berpindah ke CD tipis yang
membungkus pinggulku. Ditelusurinya pertemuan antara kulit perut dan CD,
ke arah pangkal paha. Dijilatnya helaian-helaian rambut jembutku yang
keluar dari CDku. "Din, jembut kamu lebat banget ya, pantes kamu
napsunya besar". Lalu diendus dan dijilatnya CD pink itu di bagian
belahan bibir nonokku. Aku makin terengah menahan napsuku, sesekali aku
melenguh menahan kenikmatan yang kurasakan.
Dia melepaskan semua yang nempel dibadannya sehingga bertelanjang bulat.
Aku terkejut melihat kontolnya yang begitu besar dan panjang dalam
keadaan sangat tegang. Napsuku bangkit juga melihat kontolnya, timbul
hasratku untuk merasakan bagaimana nikmatnya kalo kontol besar itu
menggesek keluar masuk nonokku.
Dia bangkit. Dengan posisi berdiri di atas lutut dikangkanginya tubuhku.
kontolnya yang tegang ditempelkan di kulit toketku. Kepala kontol
digesek-gesekkan di toketku yang montok itu. Sambil mengocok batangnya
dengan tangan kanannya, kepala kontolnya terus digesekkan di toketku,
kiri dan kanan. Setelah sekitar dua menit dia melakukan hal itu. Diraih
kedua belah gumpalan toketku yang montok itu. Dia berdiri di atas lutut
dengan mengangkangi pinggang ramping ku dengan posisi badan sedikit
membungkuk. kontolnya dijepitnya dengan kedua gumpalan toketku.
Perlahan-lahan digerakkannya maju-mundur kontolnya di cekikan kedua
toket ku. Di kala maju, kepala kontolnya terlihat mencapai pangkal
leherku yang jenjang. Di kala mundur, kepala kontolnya tersembunyi di
jepitan toketku. Lama-lama gerak maju-mundur kontolnya bertambah cepat,
dan kedua toketku ditekannya semakin keras dengan telapak tangannya agar
jepitan di kontolnya semakin kuat. Dia pun merem melek menikmati
enaknya jepitan toketku. Akupun mendesah-desah tertahan, "Ah... hhh...
hhh... ah..." kontolnya pun mulai melelehkan sedikit cairan. Cairan
tersebut membasahi belahan toketku. Gerakan maju-mundur kontolnya di
dadaku yang diimbangi dengan tekanan-tekanan dan remasan-remasan
tangannya di kedua toketnya, menyebabkan cairan itu menjadi teroles rata
di sepanjang belahan dadaku yang menjepit kontolnya. Cairan tersebut
menjadi pelumas yang memperlancar maju-mundurnya kontolnya di dalam
jepitan toketku. Dengan adanya sedikit cairan dari kontolnya tersebut
dia terlihat merasakan keenakan dan kehangatan yang luar biasa pada
gesekan-gesekan batang dan kepala kontolnya dengan toketku. "Hih...
hhh... ... Luar biasa enaknya...," dia tak kuasa menahan rasa enak yang
tak terperi. Nafasku menjadi tidak teratur. Desahan-desahan keluar dari
bibirku , yang kadang diseling desahan lewat hidungku, "Ngh... ngh...
hhh... heh... eh... ngh..." Desahan-desahanku semakin membuat nafsunya
makin memuncak. Gesekan-gesekan maju-mundurnya kontolnya di jepitan
toketku semakin cepat. kontolnya semakin tegang dan keras. "Enak sekali,
Din", erangnya tak tertahankan. Dia menggerakkan kontolnya maju-mundur
di jepitan toketku dengan semakin cepat. Alis mataku bergerak naik turun
seiring dengan desah-desah perlahan bibirku akibat tekanan-tekanan,
remasan-remasan, dan kocokan-kocokan di toketku. Ada sekitar lima menit
dia menikmati rasa keenakan luar biasa di jepitan toketku itu.
Toket sebelah kanan dilepas dari telapak tangannya. Tangan kanannya lalu
membimbing kontol dan menggesek-gesekkan kepala kontol dengan gerakan
memutar di kulit toketku yang halus mulus. Sambil jari-jari tangan
kirinya terus meremas toket kiriku, kontolnya digerakkan memutar-mutar
menuju ke bawah. Ke arah perut. Dan di sekitar pusarku, kepala kontolnya
digesekkan memutar di kulit perutku yang putih mulus, sambil sesekali
disodokkan perlahan di lobang pusarku. Dicopotnya CD minimku. Pinggulku
yang melebar itu tidak berpenutup lagi. Kulit perutku yang semula
tertutup CD tampak jelas sekali. Licin, putih, dan amat mulus. Di bawah
perutku, jembutku yang hitam lebat menutupi daerah sekitar nonokku.
Kedua paha mulusku direnggangkannya lebih lebar. Kini hutan lebat di
bawah perutku terkuak, mempertontonkan nonokku. Dia pun mengambil posisi
agar kontolnya dapat mencapai nonokku dengan mudahnya. Dengan tangan
kanan memegang kontol, kepalanya digesek-gesekkannya ke jembutku. Kepala
kontolnya bergerak menyusuri jembut menuju ke nonokku. Digesek-gesekkan
kepala kontol ke sekeliling bibir nonokku. Terasa geli dan nikmat.
Kepala kontol digesekkan agak ke arah nonokku. Dan menusuk sedikit ke
dalam. Lama-lama dinding mulut nonokku menjadi basah. Digetarkan
perlahan-lahan kontolnya sambil terus memasuki nonokku.
Kini seluruh kepala kontolnya yang berhelm pink tebenam dalam jepitan
mulut nonokku. Kembali dari mulutku keluar desisan kecil karena nikmat
tak terperi. Kontolnya semakin tegang. Sementara dinding mulut nonokku
terasa semakin basah. Perlahan-lahan kontolnya ditusukkan lebih ke
dalam. Kini tinggal separuh kontol yang tersisa di luar. Secara perlahan
dimasukkan kontolnya ke dalam nonokku. Terbenam sudah seluruh kontolnya
di dalam nonokku. Sekujur kontol sekarang dijepit oleh nonokku . Secara
perlahan-lahan digerakkan keluar-masuk kontolnya ke dalam nonokku.
Sewaktu keluar, yang tersisa di dalam nonokku hanya kepalanya saja.
Sewaktu masuk seluruh kontol terbenam di dalam nonokku sampai batas
pangkalnya. Dia terus memasuk-keluarkan kontolnya ke lobang nonokku.
Alis mataku terangkat naik setiap kali kontolnya menusuk masuk nonokku
secara perlahan. Bibir segarku yang sensual sedikit terbuka, sedang
gigiku terkatup rapat. Dari mulut sexy ku keluar desis kenikmatan,
"Sssh...sssh... hhh... hhh... ssh... sssh..." Dia terus mengocok
perlahan-lahan nonokku. Enam menit sudah hal itu berlangsung. Kembali
dikocoknya secara perlahan nonokku sampai selama dua menit. Kembali
ditariknya kontolnya dari nonokku. Namun tidak seluruhnya, kepala kontol
masih dibiarkannya tertanam dalam nonokku. Sementara kontol dikocoknya
dengan jari-jari tangan kanannya dengan cepat
Rasa enak itu agaknya kurasakan pula. Aku mendesah-desah akibat
sentuhan-sentuhan getar kepala kontolnya pada dinding mulut nonokku,
"Sssh... sssh... zzz...ah... ah... hhh..." Tiga menit kemudian
dimasukkannya lagi seluruh kontolnya ke dalam nonokku. Dan dikocoknya
perlahan. Sampai kira-kira empat menit. Lama-lama dia mempercepat
gerakan keluar-masuk kontolnya pada nonokku. Sambil tertahan-tahan, dia
mendesis-desis, "Din... nonokmu luar biasa... nikmatnya..." Gerakan
keluar-masuk secara cepat itu berlangsung sampai sekitar empat menit.
Tiba-tiba dicopotnya kontol dari nonokku. Segera dia berdiri dengan
lutut mengangkangi tubuhku agar kontolnya mudah mencapai toketku.
Kembali diraihnya kedua belah toket montok ku untuk menjepit kontolnya
yang berdiri dengan amat gagahnya. Agar kontolnya dapat terjepit dengan
enaknya, dia agak merundukkan badannya. Kontol dikocoknya maju-mundur di
dalam jepitan toketku. Cairan nonokku yang membasahi kontolnya kini
merupakan pelumas pada gesekan-gesekan kontolnya dan kulit toketku.
"Oh...hangatnya... Sssh... nikmatnya...Tubuhmu luarrr biasa...", dia
merintih-rintih keenakan. Aku juga mendesis-desis keenakan, "Sssh..
sssh... sssh..." Gigiku tertutup rapat. Alis mataku bergerak ke atas ke
bawah. Dia mempercepat maju-mundurnya kontolnya. Dia memperkuat tekanan
pada toketku agar kontolnya terjepit lebih kuat. Karena basah oleh
cairan nonokku, kepala kontolnya tampak amat mengkilat di saat melongok
dari jepitan toketku. Leher kontol yang berwarna coklat tua dan helm
kontol yang berwarna pink itu menari-nari di jepitan toketku. Semakin
dipercepat kocokan kontolnya pada toketku. Tiga menit sudah kocokan
hebat kontolnya di toket montok ku berlangsung. Dia makin cepat
mengocokkan kontol di kempitan toket indah ku. Akhirnya dia tak kuasa
lagi membendung jebolnya tanggul pertahanannya. "Din..!" pekiknya dengan
tidak tertahankan. Matanya membeliak-beliak. Jebollah pertahanannya.
Kontolnya menyemburkan peju. Crot! Crot! Crot! Crot!
Pejunya menyemprot dengan derasnya. Sampai empat kali. Kuat sekali
semprotannya, sampai menghantam rahangku. Peju tersebut berwarna putih
dan kelihatan sangat kental. Dari rahang peju mengalir turun ke arah
leherku. Peju yang tersisa di dalam kontolnya pun menyusul keluar dalam
tiga semprotan. Cret! Cret! Cret! Kali ini semprotannya lemah. Semprotan
awal hanya sampai pangkal leherku, sedang yang terakhir hanya jatuh di
atas belahan toketku. Dia menikmati akhir-akhir kenikmatan. "Luar
biasa...Din, nikmat sekali tubuhmu...," dia bergumam. "Kok gak
dikeluarin di dalem aja om", kataku lirih. "Gak apa kalo om ngecret
didalem Din", jawabnya. "Gak apa om, biasanya cowokku juga ngecret
didalem kok om. Tapi belum dien tot juga aku ngerasa nikmat sekali om",
kataku lagi. "Ini baru ronde pertama Din, mau lagi kan ronde kedua",
katanya. "Mau om, tapi ngecretnya didalem ya", jawabku. "Kok tadi kamu
diem aja Din", katanya lagi. "Bingung om, tapi nikmat", jawabku sambil
tersenyum. "Engh..." aku menggeliatkan badanku. Dia segera mengelap
kontol dengan tissue yang ada di atas meja, dan mengelap peju yang
berleleran di rahang, leher, dan toketku. Ada yang tidak dapat dilap,
yakni cairan peju yang sudah terlajur jatuh di rambut ku. "Mo kemana
om", tanyaku. "Mo ambil minum dulu", jawabnya. Dia kembali membawa gelas
berisi air putih, diberikannya kepada ku yang langsung kutenggak sampe
habis. Dia kembali lagi untuk mengisi gelas dengan air. Masih tidak puas
dia memandangi toket indahku yang terhampar di depan matanya. Dia
memandang ke arah pinggangku yang ramping dan pinggulku yang melebar
indah. Terus tatapannya jatuh ke nonokku yang dikelilingi oleh jembut
hitam jang lebat. Aku ingin mengulangi permainan tadi, digeluti, didekap
kuat. Mengocok nonokku dengan kontolnya dengan irama yang
menghentak-hentak kuat. Dan dia dapat menyemprotkan pejunya di dalam
nonokku sambil merengkuh kuat-kuat tubuhnya saat aku nyampe. Nafsuku
terbakar. Aku diajaknya kekamar. Aku berbaring diranjang dan dia
disebelahku.
"Din...," desahnya penuh nafsu. Bibirnya pun menggeluti bibirku. Bibir
sensualku yang menantang itu dilumat-lumat dengan ganasnya. Sementara
aku pun tidak mau kalah. Bibirku pun menyerang bibirnya dengan
dahsyatnya, seakan tidak mau kedahuluan oleh lumatan bibirnya. Kedua
tangannyapun menyusup diantara lenganku. Tubuhku sekarang berada dalam
dekapannya. Dia mempererat dekapannya, sementara aku pun mempererat
pelukanku pada dirinya. Kehangatan tubuhnya terasa merembes ke badanku,
toketku yang membusung terasa semakin menekan dadanya. Aku meremas-remas
kulit punggungnya. Aku mencopot celananya dan merangkul punggungnya
lagi. Dia kembali mendekap erat tubuhku sambil melumat kembali bibirku.
Dia terus mendekap tubuhku sambil saling melumat bibir. Sementara tangan
kami saling meremas-remas kulit punggung. Kehangatan menyertai tubuh
bagian depan kami yang saling menempel. Kini kurasakan toketku yang
montok menekan ke dadanya. Dan ketika saling sedikit bergeseran,
pentilku seolah-olah menggelitiki dadanya. Kontolnya terasa hangat dan
mengeras. Tangan kirinya pun turun ke arah perbatasan pinggang ramping
dan pinggul besar ku, menekannya kuat-kuat dari belakang ke arah
perutnya. Kontolnya tergencet diantara perut bawahku dan perut bawahnya.
Sementara bibirnya bergerak ke arah leherku, diciumi, dihisap-hisap
dengan hidungnya, dan dijilati dengan lidahnya. "Ah... geli... geli...,"
desahku sambil menengadahkan kepala, agar seluruh leher sampai daguku
terbuka dengan luasnya. Aku pun membusungkan dadaku dan melenturkan
pinggangku ke depan. Dengan posisi begitu, walaupun wajahnya dalam
keadaan menggeluti leherku, tubuh kami dari dada hingga bawah perut
tetap dapat menyatu dengan rapatnya. Tangan kanannya lalu bergerak ke
dadaku yang montok, dan meremas-remas toketku dengan perasaan gemas.
Setelah puas menggeluti leherku, wajahnya turun ke arah belahan dadaku.
Dia berdiri dengan agak merunduk. Tangan kirinya pun menyusul tangan
kanan, yakni bergerak memegangi toket. Digeluti belahan toketku,
sementara kedua tangannya meremas-remas kedua belah toketku sambil
menekan-nekankannya ke arah wajahnya. Digesek-gesekkan memutar wajahnya
di belahan toketku. Bibirnya bergerak ke atas bukit toket sebelah kiri.
Diciuminya bukit toketku, dan dimasukkan pentil toketku ke dalam
mulutnya. Kini dia menyedot-sedot pentil toket kiriku. Di ainkan
pentilku di dalam mulutnya dengan lidah. Sedotan kadang diperbesar ke
puncak bukit toket di sekitar pentil yang berwarna coklat. "Ah... ah...
om...geli...," aku mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke
kiri-kanan.
Dia memperkuat sedotannya. Sementara tangannya meremas kuat toket
sebelah kanan. Kadang remasan diperkuat dn diperkecil menuju puncak, dan
diakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jarinya
pada pentilku. "Om... hhh... geli... geli... enak... enak...
ngilu...ngilu..." Dia semakin gemas. Toketku dimainkan secara
bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit toket kadang
disedot sebesar-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang
disedot hanya pentilku dan dicepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan
lain kadang diremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan
remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya dipijit-pijit dan
dipelintir-pelintir kecil pentil yang mencuat gagah di puncaknya.
"Ah...om... terus... hzzz...ngilu... ngilu..." aku mendesis-desis
keenakan. Mataku kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhku ke kanan-kiri
semakin sering frekuensinya.
Sampai akhirnya aku tidak kuat melayani serangan-serangan awalnya.
Jari-jari tangan kananku yang mulus dan lembut menangkap kontolnya yang
sudah berdiri dengan gagahnya. "Om.. kontolnya besar ya", ucapku. Sambil
membiarkan mulut, wajah, dan tangannya terus memainkan dan menggeluti
kedua belah toketku, jari-jari lentik tangan kananku meremas-remas
perlahan kontolnya secara berirama. Dia merengkuh tubuhku dengan
gemasnya. Dikecupnya kembali daerah antara telinga dan leherku. Kadang
daun telinga sebelah bawahnya dikulum dalam mulutnya dan dimainkan
dengan lidahnya. Kadang ciumannya berpindah ke punggung leherku yang
jenjang. Dijilati pangkal helaian rambutku yang terjatuh di kulit
leherku. Sementara tangannya mendekap dadaku dengan eratnya. Telapak dan
jari-jari tangannya meremas-remas kedua belah toketku. Remasannya
kadang sangat kuat, kadang melemah. Sambil telunjuk dan ibu jari tangan
kanannya menggencet dan memelintir perlahan pentil toket kiriku,
sementara tangan kirinya meremas kuat bukit toket kananku dan bibirnya
menyedot kulit mulus pangkal leherku yang bebau harum, kontolnya
digesek-gesekkan dan ditekan-tekankan ke perutku. Aku pun menggelinjang
ke kiri-kanan. "Ah... om... ngilu... terus om... terus... ah... geli...
geli...terus... hhh... enak... enaknya... enak...," aku merintih-rintih
sambil terus berusaha menggeliat ke kiri-kanan dengan berirama sejalan
dengan permainan tangannya di toketku. Akibatnya pinggulku menggial ke
kanan-kiri. "Din.. enak sekali Din... sssh... luar biasa... enak
sekali...," diapun mendesis-desis keenakan. "Om keenakan ya? kontol om
terasa besar dan keras sekali menekan perut aku. Wow... kontol om terasa
hangat di kulit perut aku. Tangan om nakal sekali ... ngilu,...,"
rintihku. "Jangan mainkan hanya pentilnya saja... geli... remas
seluruhnya saja..." aku semakin menggelinjang-gelinjang dalam dekapan
eratnya. Aku sudah makin liar saja desahannya, aku sangat menikmati
gelutannya, lupa bahwa dia ini om suamiku. "Om.. remasannya kuat
sekali... Tangan om nakal sekali..Sssh... sssh... ngilu... ngilu...Ak...
kontol om ... besar sekali... kuat sekali..."
Aku menarik wajahnya mendekat ke wajahku. Bibirku melumat bibirnya
dengan ganasnya. Dia pun tidak mau kalah. Dilumatnya bibirku dengan
penuh nafsu yang menggelora, sementara tangannya mendekap tubuhku dengan
kuatnya. Kulit punggungku yang teraih oleh telapak tangannya
diremas-remas dengan gemasnya. Kemudian dia menindihi tubuhku. Kontolnya
terjepit di antara pangkal pahaku dan perutnya bagian bawah. Akhirnya
dia tidak sabar lagi. Bibirnya kini berpindah menciumi dagu dan leherku,
sementara tangannya membimbing kontolnya untuk mencari nonokku.
Diputar-putarkan dulu kepala kontolnya di kelebatan jembut disekitar
bibir nonokku. Aku meraih kontolnya yang sudah amat tegang. Pahaku yang
mulus itu terbuka agak lebar. "Om kontolnya besar dan keras sekali"
kataku sambil mengarahkan kepala kontolnya ke nonokku. Kepala kontolnya
menyentuh bibir nonokku yang sudah basah. Dengan perlahan-lahan dan
sambil digetarkan, kontol ditekankan masuk ke kunonok. Kini seluruh
kepala kontolnya pun terbenam di dalam nonokku. Dia menghentikan gerak
masuk kontolnya. "Om... teruskan masuk... Sssh... enak... jangan
berhenti sampai situ saja...," aku protes atas tindakannya. Namun dia
tidak perduli. Dibiarkan kontolnya hanya masuk ke nonokku hanya sebatas
kepalanya saja, namun kontolnya digetarkan dengan amplituda kecil.
Sementara bibir dan hidungnya dengan ganasnya menggeluti leherku yang
jenjang, lengan tanganku yang harum dan mulus, dan ketiakku yang bersih
dari bulu. Aku menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan. "Sssh...
sssh...enak... enak... geli..geli, om. Geli... Terus masuk, om.."
Bibirnya mengulum kulit lengan tanganku dengan kuat-kuat. Sementara
tenaga dikonsentrasikan pada pinggulnya.
Dan...satu... dua... tiga! kontolnya ditusukkan sedalam-dalamnya ke
dalam nonokku dengan sangat cepat dan kuat. Plak! Pangkal pahanya beradu
dengan pangkal pahaku yang sedang dalam posisi agak membuka dengan
kerasnya. Sementara kontolnya bagaikan diplirid oleh bibir nonokku yang
sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt! "Auwww!"
pekikku. Dia diam sesaat, membiarkan kontolnya tertanam seluruhnya di
dalam nonokku tanpa bergerak sedikit pun. "Sakit om... " kataku sambil
meremas punggungnya dengan keras. Dia pun mulai menggerakkan kontolnya
keluar-masuk nonokku. Seluruh bagian kontolnya yang masuk nonokku
dipijit-pijit dinding lobang nonokku dengan agak kuatnya. "Bagaimana
Din, sakit?" tanyaku. "Sekarang sudah enggak om...ssh... enak sekali...
enak sekali... kontol om besar dan panjang sekali... sampai-sampai
menyumpal penuh seluruh penjuru nonok aku..," jawabku. Dia terus memompa
nonokku dengan kontolnya perlahan-lahan. Toketku yang menempel di
dadanya ikut terpilin-pilin oleh dadanya akibat gerakan memompa tadi.
Kedua pentilku yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadanya.
Kontolnya diiremas-remas dengan berirama oleh otot-otot nonokku sejalan
dengan genjotannya tersebut. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala
kontolnya menyentuh suatu daging hangat di dalam nonokku. Sentuhan
tersebut serasa geli-geli nikmat.
Dia mengangkat kedua kakiku. Sambil menjaga agar kontolnya tidak
tercabut dari nonokku, dia mengambil posisi agak jongkok. Betis kananku
ditumpangkan di atas bahunya, sementara betis kiriku didekatkan ke
wajahnya. Sambil terus mengocok nonokku perlahan dengan kontolnya, betis
kiriku yang amat indah itu diciumi dan dikecupi dengan gemasnya.
Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang diciumi dan
digeluti, sementara betis kiriku ditumpangkan ke atas bahunya. Begitu
hal tersebut dilakukan beberapa kali secara bergantian, sambil
mempertahankan gerakan kontolnya maju-mundur perlahan di nonok ku.
Setelah puas dengan cara tersebut, dia meletakkan kedua betisku di
bahunya, sementara kedua telapak tangannya meraup kedua belah toketku.
Masih dengan kocokan kontol perlahan di nonokku, tangannya meremas-remas
toket montok ku. Kedua gumpalan daging kenyal itu diremas kuat-kuat
secara berirama. Kadang kedua pentilku digencet dan dipelintir-pelintir
secara perlahan. Pentilku semakin mengeras, dan bukit toketku semakin
terasa kenyal di telapak tangannya. Aku pun merintih-rintih keenakan.
Mataku merem-melek, dan alisku mengimbanginya dengan sedikit gerakan
tarikan ke atas dan ke bawah. "Ah...om, geli... geli... ... Ngilu om,
ngilu... Sssh... sssh... terus om, terus.... kontol om membuat nonok aku
merasa enak sekali... Nanti jangan dingecretinkan di luar nonok, ya om.
Ngecret di dalam saja... " Dia mulai mempercepat gerakan masuk-keluar
kontolnya di nonokku. "Ah-ah-ah... bener, om. Bener... yang
cepat...Terus om, terus... " Dia bagaikan diberi spirit oleh
rintihan-rintihanku. Tenaganya menjadi berlipat ganda. Ditingkatkan
kecepatan keluar-masuk kontolnya di nonokku. Terus dan terus. Seluruh
bagian kontolnya diremas-remas dengan cepatnya oleh nonokku. Aku menjadi
merem-melek. Begitu juga dirinya, dia pun merem-melek dan
mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa. "Sssh... sssh...
Din... enak sekali... enak sekali nonokmu... enak sekali nonokmu..." "Ya
om, aku juga merasa enak sekali... terusss...terus om, terusss..." Dia
meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kontolnya pada nonokku. "Om...
sssh... sssh... Terus... terus... aku hampir nyampe...sedikit lagi...
sama-sama ya om...," aku jadi mengoceh tanpa kendali. Dia mengayuh
terus. Sementara itu nonokku berdenyut dengan hebatnya. "Om...
Ah-ah-ah-ah-ah... Mau keluar om... mau keluar..ah-ah-ah-ah-ah...
sekarang ke-ke-ke..." Tiba-tiba kontolnya dijepit oleh dinding nonok ku
dengan sangat kuatnya. Di dalam nonokku, kontolnya disemprot oleh cairan
yang keluar dari nonokku dengan cukup derasnya. Dan aku meremas lengan
tangannya dengan sangat kuatnya. Aku pun berteriak tanpa kendali:
"...keluarrr...!" Mataku membeliak-beliak. Sekejap tubuh kurasakan
mengejang. Dia pun menghentikan genjotannya. Kontolnya yang tegang luar
biasa dibiarkan tertanam dalam nonokku. Aku memejam beberapa saat dalam
menikmati puncak. Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan
tanganku pada lengannya perlahan-lahan mengendur. Kelopak mataku pun
membuka, memandangi wajahnya. Sementara jepitan dinding nonokku pada
kontolnya berangsur-angsur melemah, walaupun kontolnya masih tegang dan
keras. Kedua kakiku lalu diletakkan kembali di atas ranjang dengan
posisi agak membuka. Dia kembali menindih tubuh telanjangku dengan
mempertahankan agar kontolnya yang tertanam di dalam nonokku tidak
tercabut.
"Om... luar biasa... rasanya seperti ke langit ke tujuh," kataku dengan
mimik wajah penuh kepuasan. Kontolnya masih tegang di dalam nonokku.
Kontolnya masih besar dan keras. Dia kembali mendekap tubuhku. Kontolnya
mulai bergerak keluar-masuk lagi di nonokku, namun masih dengan gerakan
perlahan. Dinding nonokku secara berangsur-angsur terasa mulai
meremas-remas kontolnya. Namun sekarang gerakan kontolnya lebih lancar
dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan yang disemprotkan
oleh nonokku beberapa saat yang lalu. "Ahhh...om... langsung mulai
lagi... Sekarang giliran om.. semprotkan peju om di nonok aku..
Sssh...," aku mulai mendesis-desis lagi. Bibirnya mulai memagut bibirku
dan melumat-lumatnya dengan gemasnya. Sementara tangan kirinya ikut
menyangga berat badannya, tangan kanannya meremas-remas toket ku serta
memijit-mijit pentilnya, sesuai dengan irama gerak maju-mundur kontolnya
di nonokku. "Sssh... sssh... sssh... enak om, enak... Terus...teruss...
terusss...," desisku. Sambil kembali melumat bibirku dengan kuatnya,
dia mempercepat genjotan kontolnya di nonokku. Pengaruh adanya cairan di
dalam nonokku, keluar-masuknya kontol pun diiringi oleh suara,
"srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret..." Aku tidak henti-hentinya
merintih kenikmatan, "Om... ah... " Kontolnya semakin tegang.
Dilepaskannya tangan kanannya dari toketku. Kedua tangannya kini dari
ketiak ku menyusup ke bawah dan memeluk punggungku. Akupun memeluk
punggungnya dan mengusap-usapnya. Dia pun memulai serangan dahsyatnya.
Keluar-masuknya kontolnya ke dalam nonok ku sekarang berlangsung dengan
cepat dan bertenaga. Setiap kali masuk, kontol dihunjamkan keras-keras
agar menusuk nonokku sedalam-dalamnya. Kontolnya bagai diremas dan
dihentakkan kuat-kuat oleh dinding nonokku. Sampai di langkah terdalam,
aku membeliak sambil mengeluarkan seruan tertahan, "Ak!" Sementara
daging pangkal pahanya bagaikan menampar daging pangkal pahaku sampai
berbunyi: plak! Di saat bergerak keluar nonokku, kontolnya dijaga agar
kepalanya tetap tertanam di nonokku. Remasan dinding nonokku pada
kontolnya pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan
gerak masuknya. Bibir nonokku yang mengulum kontolnya pun sedikit ikut
tertarik keluar. Pada gerak keluar ini akumendesah, "Hhh..." Dia terus
menggenjot nonokku dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak. Aku
meremas punggungnya kuat-kuat di saat kontol dihunjam masuk
sejauh-jauhnya ke nonokku. Beradunya daging pangkal paha menimbulkan
suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran antara kontolnya dan nonokku
menimbulkan bunyi srottt-srrrt... srottt-srrrt... srottt-srrrt... Kedua
nada tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecilku: "Ak! Hhh... Ak!
Hhh... Ak! Hhh..." "Din... Enak sekali Din... nonokmu enak sekali...
nonokmu hangat sekali... jepitan nonokmu enak sekali..." "Om... terus
om...," rintihku, "enak om... enaaak... Ak! Hhh..." Diapun mengocokkan
kontolnya ke nonokku dengan semakin cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke
dalam, kontolnya berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi
dibandingkan langkah masuk sebelumnya. "Din... aku... aku..." Karena
menahan rasa nikmat yang luar biasa dia tidak mampu menyelesaikan
ucapannya yang Memang sudah terbata-bata itu. "Om, aku... mau nyampe
lagi... Ak-ak-ak... aku nyam..." Tiba-tiba kontolnya mengejang dan
berdenyut dengan amat dahsyatnya. Dia tidak mampu lagi menahan lebih
lama lagi. Namun pada saat itu juga tiba-tiba dinding nonok ku mencekik
kuat sekali. Dengan cekikan yang kuat dan enak sekali itu, dia tidak
mampu lagi menahan jebolnya bendungan pejunya. Pruttt! Pruttt! Pruttt!
Kepala kontolnya disemprot cairan nonokku, bersamaan dengan pekikanku,
"...nyampee...!" Tubuhku mengejang dengan mata membeliak-beliak.
"Din...!" dia melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuhku
sekuat-kuatnya. Wajahnya dibenamkan kuat-kuat di leherku yang jenjang.
Pejunya pun tak terbendung lagi. Crottt! Crottt! Crottt! Pejunya
menyembur dengan derasnya, menyemprot dinding nonokku yang terdalam.
Kontolnya yang terbenam semua di dalam nonokku terasa berdenyut-denyut.
Beberapa saat lamanya kami terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali.
Dia menghabiskan sisa-sisa peju dalam kontolnya. Cret! Cret! Cret!
kontolnya menyemprotkan lagi peju yang masih tersisa ke dalam nonokku.
Kali ini semprotannya lebih lemah. Perlahan-lahan baik tubuhku maupun
tubuhnya tidak mengejang lagi. Dia menciumi leher mulusku dengan
lembutnya, sementara aku mengusap-usap punggungnya dan mengelus-elus
rambutnya. Aku merasa puas sekali dien tot om. Ini baru awal permainan,
karena si om akan nemani aku sampe besok sore, bayangkan berapa besarnya
kenikmatan yang akan aku peroleh dari kontol si om.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar