abels:
Cerita Dewasa
"..Saya terima nikahnya..",
Masih terbayang dalam
ingatanku perasaan bahagia dan lega saat selesai mengucapkan ijab kabul
di muka penghulu tadi pagi. Bahagia karena berhasil menyunting gadis
yang kucintai, lega karena telah berhasil melewati cobaan dan rintangan
yang sangat berat selama hampir sepuluh tahun hubungan kami.
Wangi
melati harum semerbak sampai ke setiap sudut kamar pengantin yang
dihias berwarna dominan merah jambu. Dan, di sisiku terbaring gadis yang
amat sangat kucintai, berbalut daster tipis yang juga berwarna merah
jambu. Matanya yang indah dan bening menatapku penuh rasa cinta,
sementara jemarinya yang halus membelai lembut tanganku yang sedang
memeluknya. Kulitnya tidak terlalu putih, tetapi halus dan mulus. Dia,
yang kukenal saat sama-sama duduk di bangku kuliah, yang menjadi incaran
para pemuda di kampus, sekarang telah resmi menjadi istriku.
Malam
ini adalah malam pertama kami sah untuk sekamar dan seranjang. Tidak
ada lagi rasa takut atau khawatir dipergoki orang, tidak ada lagi rasa
terburu-buru, dan juga tidak ada lagi rasa berdosa seperti yang kami rasakan dan alami selama berpacaran. Masa pacaran kami memang tidak terlalu "bersih", saling cium, saling raba bahkan sampai ke tingkat Heavy
Petting sering kami lakukan. Tapi, dengan penuh rasa sayang dan
tanggungjawab, aku berhasil mempertahankan kesuciannya sampai saat ini.
Aku bangga akan hal itu.
Suasana
yang romantis ditambah dengan sejuknya hembusan AC sungguh
membangkitkan nafsu. Kupeluk dia, kukecup keningnya lalu kuajak dia
untuk berdoa pada Yang Maha Kuasa seperti pesan mertua laki-lakiku tadi.
Andaikan apa yang kami lakukan malam ini menumbuhkan benih dalam rahim,
lindungi dan hindarilah dia dari godaan setan yang terkutuk.
Dari kening, ciumanku turun ke alis
matanya yang hitam lebat teratur, ke hidung dan sampai ke bibirnya.
Ciuman kami semakin lama semakin bergelora, dua lidah saling berkait
diikuti dengan desahan nafas yang semakin memburu. Tanganku yang tadinya
memeluk punggungnya, mulai menjalar ke depan, perlahan menuju ke
payudaranya yang cukup besar. Sungguh pintar dia ini memilih daster yang
berkancing di depan dan hanya
4 buah, mudah bagi tanganku untuk membukanya tanpa harus melihat. Tidak
lama kemudian kaitan BH-nya berhasil dilepaskan oleh tanganku yang
sudah cukup terlatih ini. Kedua bukit kembar dengan puncaknya yang
coklat kemerahan tersembul dengan sangat indah. Daster dan BH itupun
segera terlempar ke lantai.
Sementara itu, dia juga telah berhasil membuka kancing piyamaku, melepas singlet dan juga celana panjangku. Hanya tinggal celana dalam masing-masing yang masih memisahkan tubuh telanjang kami berdua.
Kulepaskan
ciumanku dari bibirnya, menjalar ke arah telinga, lalu kubisikkan
kata-kata cinta padanya. Dia tersenyum dan menatapku sambil berkata
bahwa dia juga amat mencintaiku. Kulanjutkan ciumanku ke lehernya, turun
ke dadanya, lalu dengan amat perlahan, dengan lidah kudaki bukit indah
itu sampai ke puncaknya. Kujilati dan kukulum puting susunya yang sudah
mengacung keras. dia mulai mendesah dan meracau tidak jelas. Sempat
kulihat matanya terpejam dan bibirnya yang merah indah itu sedikit
merekah. Sungguh merangsang. Tanganku mengelus, meremas dan memilin
puting di puncak bukit satunya lagi. Aku tidak ingin buru-buru, aku
ingin menikmati detik demi detik yang indah ini secara perlahan.
Berpindah dari satu sisi ke sisi satunya, diselingi dengan ciuman ke
bibirnya lagi, membuatnya mulai berkeringat. Tangannya semakin liar
mengacak-acak rambutku, bahkan kadang-kadang menarik dan menjambaknya,
yang membuat nafsuku semakin bergelora.
Dengan berbaring
menyamping berhadapan, kulepaskan celana dalamnya. Satu-satunya kain
yang masih tersisa. Perlakuan yang sama kuterima darinya, membuat
kemaluanku yang sudah sedemikian kerasnya mengacung gagah. Kubelai
kakinya sejauh tanganku bisa menjangkau, perlahan naik ke paha.
Berputar-putar, berpindah dari kiri ke kanan, sambil sekali-sekali
seakan tidak sengaja menyentuh gundukan berbulu yang tidak terlalu lebat
tapi terawat teratur. Sementara dia rupanya sudah tidak sabar, dibelai
dan digenggamnya kemaluanku, digerakkan tangannya maju mundur. Nikmat
sekali. Walaupun hal itu sudah sering kurasakan dalam kencan-kencan liar
kami selama berpacaran, tetapi kali ini rasanya lain. Pikiran dan
konsentrasiku tidak lagi terpecah.
Melalui paha sebelah dalam,
perlahan tanganku naik ke atas, menuju ke kemaluannya. Begitu tersentuh,
desahan nafasnya semakin keras, dan semakin memburu. Perlahan kubelai
rambut kemaluannya, lalu jari tengahku mulai menguak ke tengah. Kubelai
dan kuputar-putar tonjolan daging sebesar kacang tanah yang sudah sangat
licin dan basah. Tubuh dia mulai menggelinjang, pinggulnya bergerak ke
kiri-ke kanan, juga ke atas dan ke bawah. Keringatnya semakin deras
keluar dari tubuhnya yang wangi. Ciumannya semakin ganas, dan mulai
menggigit lidahku yang masih berada dalam mulutnya. Sementara tangannya
semakin ganas bermain di kemaluanku, maju-mundur dengan cepat. Tubuhnya
mengejang dan melengkung, kemudian terhempas ke tempat tidur disertai
erangan panjang. Orgasme yang pertama telah berhasil kupersembahkan
untuknya.
Dipeluknya aku dengan keras sambil berbisik,
"Ohh, nikmat sekali. terima kasih sayang."
Aku
tidak ingin istirahat berlama-lama. Segera kutindih tubuhnya, lalu
dengan perlahan kuciumi dia dari kening, ke bawah, ke bawah, dan terus
ke bawah. Deru nafasnya kembali terdengar disertai rintihan panjang
begitu lidahku mulai menguak kewanitaannya. Cairan vagina ditambah
dengan air liurku membuat lubang hangat itu semakin basah. Kumainkan
klitorisnya dengan lidah, sambil kedua tanganku meremas-remas pantatnya
yang padat berisi. Tangannya kembali mengacak-acak rambutku, dan
sesekali kukunya yang tidak terlalu panjang menancap di kepalaku. Ngilu
tapi nikmat rasanya. Kepalanya terangkat lalu terbanting kembali ke atas
bantal menahan kenikmatan yang amat sangat. Perutnya terlihat naik
turun dengan cepat, sementara kedua kakinya memelukku dengan kuat.
Beberapa
saat kemudian, ditariknya kepalaku, kemudian diciumnya aku dengan
gemas. Kutatap matanya dalam-dalam sambil meminta ijin dalam hati untuk
menunaikan tugasku sebagai suami. Tanpa kata, tetapi sampai juga
rupanya. Sambil tersenyum sangat manis, dianggukkannya kepalanya.
Perlahan,
dengan tangan kuarahkan kemaluanku menuju ke kewanitaannya.
Kugosok-gosok sedikit, kemudian dengan amat perlahan, kutekan dan
kudorong masuk. dia merintih keras, dan karena mungkin kesakitan,
tangannya mendorong bahuku sehingga tubuhku terdorong ke bawah. Kulihat
ada air mata meleleh di sudut matanya. Aku tidak tega, aku kasihan!
Kupeluk dan kuciumi dia. Hilang sudah nafsuku saat itu juga.
Setelah
beristirahat beberapa lama, kucoba memulainya lagi, dan lagi-lagi
gagal. Aku sangat mencintainya sehingga aku tidak tega untuk
menyakitinya.
Malam itu kami tidur berpelukan dengan tubuh masih
telanjang. Dia meminta maaf, dan dengan tulus dan penuh kerelaan dia
kumaafkan. Malam itu kami berdiskusi mengenai perkosaan. Kalau hubungan
yang didasari oleh kerelaan dan rasa sayang saja susah, agak tidak masuk
diakal bila seorang wanita diperkosa oleh seorang pria tanpa membuat
wanita itu tidak sadarkan diri. Bukankah si wanita pasti berontak dengan
sekuat tenaga?
Malam Kedua.
Jam 10 malam kami berdua masuk
kamar bergandengan mesra, diikuti oleh beberapa pasang mata dan
olok-olok Saudara-Saudara Iparku. Tidak ada rasa jengah atau malu,
seperti yang kami alami pada waktu mata Receptionist Hotel mengikuti
langkah-langkah saat kami pacaran dulu. Olok-olok dan sindiran-sindiran
yang mengarah dari mulut Saudara-Saudara Iparku, kutanggapi dengan
senang dan bahagia.
Siang tadi, kami berdua membeli buku mengenai
Seks dan Perkawinan, yang di dalamnya terdapat gambar anatomi tubuh pria
dan wanita. Sambil berpelukan bersandar di tempat tidur, kami baca buku
itu halaman demi halaman, terutama yang berkaitan dengan hubungan Seks.
Sampai pada halaman mengenai Anatomi, kami sepakat untuk membuka baju
masing-masing. Giliran pertama, dia membandingkan kemaluanku dengan
gambar yang ada di buku. Walau belum disentuh, kemaluanku sudah
menggembung besar dan keras. dia mengelus dan membolak balik "benda" itu
sambil memperhatikannya dengan seksama. Hampir saja dia memasukkan dan
mengulumnya karena tidak tahan dan gemas, tapi kutahan dan kularang. Aku
belum mendapat giliran.
Kemudian, kuminta dia berbaring
telentang di tempat tidur, menarik lututnya sambil sedikit mengangkang.
Mulanya dia tidak mau dan malu, tapi setelah kucium mesra, akhirnya
menyerah. Aku mengambil posisi telungkup di bawahnya, muka dan mataku
persis di atas vaginanya. Terlihat bagian dalamnya yang merah darah,
sungguh merangsang. Dengan dua jari, kubuka dan kuperhatikan
bagian-bagiannya. Seumur hidupku, baru kali ini aku melihat kemaluan
seorang wanita dengan jelas. Walaupun sering melakukan oral, tapi belum
pernah melihat apalagi memerhatikannya karena selalu kulakukan dengan
mata tertutup. Aku baru tahu bahwa klitoris bentuknya tidak bulat,
tetapi agak memanjang. Aku bisa mengidentifikasi mana yang disebut Labia
Mayor, Labia Minor, Lubang Kemih, Lubang Senggama, dan yang membuatku
merasa sangat beruntung, aku bisa melihat apa yang dinamakan Selaput
Dara, benda yang berhasil kujaga utuh selama 10 tahun. Jauh dari
bayanganku selama ini. Selaput itu ternyata tidak bening, tetapi
berwarna sama dengan lainnya, merah darah. Ditengahnya ada lubang kecil.
Sayang aku tidak ingat lagi, seperti apa bentuk lubang tersebut.
Tidak
tahan berlama-lama, segera kulempar buku itu ke lantai, dan mulai
kuciumi kemaluan dia itu. Kumainkan klitorisnya dengan lidahku yang
basah, hangat dan kasar, hingga membuat dia kembali mengejang, merintih
dan mendesah. Kedua kakinya menjepit kepalaku dengan erat, seakan tidak
rela untuk melepaskannya lagi. Kupilin, kusedot, dan kumain-mainkan
benda kecil itu dengan lidah dan mulutku. Berdasarkan teori-teori yang
kuperoleh dari Buku, Majalah maupun VCD Porno, salah satu pemicu orgasme
wanita adalah klitorisnya. Inilah saatnya aku mempraktekkan apa yang
selama ini hanya jadi teori semata.
Dia semakin liar, bahkan
sampai terduduk menahan kenikmatan yang amat sangat. Dia lalu menarik
pinggulku, sehingga posisi kami menjadi berbaring menyamping berhadapan,
tetapi terbalik. Kepalaku berada di depan kemaluannya, sementara dia
dengan rakusnya telah melahap dan mengulum kemaluanku yang sudah sangat
keras dan besar. Nikmat tiada tara. Tapi, aku kesulitan untuk melakukan
oral terhadapnya dalam posisi seperti ini. Jadi kuminta dia telentang di
tempat tidur, aku naik ke atas tubuhnya, tetap dalam posisi terbalik.
Kami pernah beberapa kali melakukan hal yang sama dulu, tetapi rasa yang
ditimbulkan jauh berbeda. Hampir bobol pertahananku menerima jilatan
dan elusan lidahnya yang hangat dan kasar itu. Apalagi bila dia
memasukkan kemaluanku ke mulutnya seperti akan menelannya, kemudian
bergumam. Getaran pita suaranya seakan menggelitik ujung kemaluanku.
Bukan main nikmatnya.
Karena hampir tidak tertahankan lagi, aku
segera mengubah posisi. Muka kami berhadapan, kembali kutatap matanya
yang sangat indah itu. Kubisikkan bahwa aku sangat menyayanginya, dan
aku juga bertanya apakah kira-kira dia akan tahan kali ini. Setelah
mencium bibirku dengan gemas, dia memintaku untuk melakukannya
pelan-pelan.
Kutuntun kemaluanku menuju vaginanya. Berdasarkan
gambar dan apa yang telah kuperhatikan tadi, aku tahu di mana kira-kira
letak Liang Senggamanya. Kucium dia, sambil kuturunkan pinggulku
pelan-pelan. Dia merintih tertahan, tapi kali ini tangannya tidak lagi
mendorong bahuku. Kuangkat lagi pinggulku sedikit, sambil bertanya
apakah terasa sangat sakit. Dengan isyarat gelengan kepala, kutahu bahwa
dia juga sangat menginginkannya. Setelah kuminta dia untuk menahan
sakit sedikit, dengan perlahan tapi pasti kutekan pinggulku, kumasukkan
kemaluanku itu sedikit demi sedikit. Kepalanya terangkat ke atas menahan
sakit. Kuhentikan usahaku, sambil kutatap lagi matanya. Ada titik air
mata di sudut matanya, tetapi sambil tersenyum dia menganggukkan
kepalanya. Kuangkat sedikit, kemudian dengan sedikit tekanan, kudorong
dengan kuat. Dia mengerang keras sambil menggigit kuat bahuku. Kelak,
bekas gigitan itu baru hilang setelah beberapa hari. Akhirnya, seluruh
batang kemaluanku berhasil masuk ke dalam lubang vagina dia tercinta.
Aku bangga dan bahagia telah berhasil melakukan tugasku. Kucium dia
dengan mesra, dan kuseka butir air mata yang mengalir dari matanya. Dia
membuka matanya, dan aku dapat melihat bahwa dibalik kesakitannya, dia
juga sangat bahagia.
Perlahan kutarik kemaluanku keluar, kutekan
lagi, kutarik lagi, begitu terus berulang-ulang. Setiap kutekan masuk,
dia mendesah, dan kali ini, bukan lagi suara dari rasa sakit. Kurasa,
dia sudah mulai dapat menikmatinya. Permukaan lembut dan hangat dalam
liang itu seperti membelai dan mengurut kemaluanku. Rasa nikmat tiada
tara, yang baru kali ini kurasakan. Aku memang belum pernah bersenggama
dalam arti sesungguhnya sebelum ini. Butir-butir keringat mulai
membasahi tubuh telanjang kami berdua. Nafsu birahi yang telah lama
tertahan terpuaskan lepas saat ini. Kepala dia mulai membanting ke kiri
dan ke kanan, diiringi rintihan dan desahan yang membuat nafsuku semakin
bergelora. Tangannya memeluk erat tubuhku, sambil sekali-sekali kukunya
menancap di punggungku. Desakan demi desakan tidak tertahankan lagi,
dan sambil menancapkan batang kemaluanku dalam-dalam, kusemburkan sperma
sebanyak-banyaknya ke dalam rahim dia. Aku kalah kali ini.
Kupeluk
dan kuciumi wajah dia yang basah oleh keringat, sambil berucap terima
kasih. Matanya yang bening indah menatapku bahagia, dan sambil tersenyum
dia berkata, "sama-sama." Kutitipkan padanya untuk menjaga baik-baik
anak kami, bila benih itu tumbuh nanti. Kami baru sadar bahwa kami lupa
berdoa sebelumnya, tapi mudah-mudahan Yang Maha Esa selalu melindungi
benih yang akan tumbuh itu.
Seprai merah jambu sekarang bernoda
darah. Mungkin karena selaput dara dia cukup tebal, noda darahnya cukup
banyak, hingga menembus ke kasur. Akan menjadi kenang-kenangan kami
selamanya.
Malam itu kami hampir tidak tidur. Setelah
beristirahat beberapa saat, kami melakukannya lagi, lagi dan lagi. Entah
berapa kali, tapi yang pasti, pada hubungan yang ke dua setelah
tertembusnya selaput dara itu, aku berhasil membawa dia orgasme, bahkan
lebih dari satu kali. Aku yang sudah kehilangan banyak sperma, menjadi
sangat kuat dan tahan lama, sehingga akhirnya dia menyerah kalah dan
tergeletak dalam kenikmatan dan kelelahan yang amat sangat.
Saat
ini, kami telah memiliki 3 orang anak yang lucu-lucu. Tapi gairah dan
nafsu seperti tidak pernah padam. Dalam usia kami yang mendekati 40
tahun, kami masih sanggup melakukannya 2-3 kali seminggu, bahkan tidak
jarang, lebih dari satu kali dalam semalam.Nafsu yang didasari oleh
cinta, memang tidak pernah padam. Aku sangat mencintai dia, begitupun
yang kurasakan dari dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar